Delapan

16.8K 1.4K 19
                                    

Prilly duduk di kursi taman ekspresi kesalnya.

"Tuh orang kemana sih? Bukannya minta maaf, ini malah gak kelihatan sama sekali!" ucap Prilly kesal, tapi sedetik kemudian Prilly tersadar akan satu hal.

Berpacaran dengan Ali hanya perjanjian pada teman-temannya--Na dan Saa--tapi sekarang Prilly malah sulit untuk mengakhiri semuanya, dan secuil perasaan tak rela muncul di hati Prilly.

Prilly menghela nafas kasar, "Cepat atau lambat, semua ini harus berakhir, sebelum gue rasa semakin sulit untuk mengahiri."

Prilly mencengkram ujung roknya, hingga pada akhirnya Prilly merasa dadanya sesak, di dalam bayangan Prilly kini hanyalah wajah ceria Ali.

"Hmm... kalau gue tega sama lo, pasti gue udah ngehancurin hati lo saat ini juga, tapi kenyataannya gue gak akan tega. Dan gue sadar, lo sama gue beda banget!" lirih Prilly lalu menunduk menatap ujung sepatunya, melepas cengkramannya pada ujung rok.

"Prill,"

Suara yang Prilly nantikan akhirnya terdengar, Prilly menghembuskan nafasnya, lalu menoleh.

"Ya?" sahut Prilly ketus, Ali duduk di sebelah Prilly.

"Jalan yuk!" ajak Ali seakan-akan tak terjadi apapun di antara mereka, Prilly menatap Ali kesal sebentar lalu mengalihkan pandangannya.

"Gak!" jawab Prilly ketus, yang justru membuat Ali menarik pergelangan tangan membuat Prilly melompat dan berada di depan Ali.

"Eh Prill, lo dudukin apaan tadi?" tanya Ali bingung, Prilly berbalik.

"Emang kenapa?" Kini giliran Prilly yang bertanya balik.

"Ya itu rok lo ada merah-merah gitu!" jawab Ali polos sembari menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.

Mata Prilly melotot, dan wajahnya memanas kini. Prilly langsung berlari ke arah toilet tak jauh dari sana.

"Lah tu anak kenapa?" Ali bertambah bingung.

Ali akhirnya menunggu Prilly di depan toilet.

"Li!"

Hampir Lima menit, akhirnya Prilly keluar.

"Kenapa?" tanya Ali bingung.

"Gimana bilangnya ya, duhh.... tolong beliin gue anu dong," pinta Prilly tak jelas.

"Anu apaan?"

"Ish itu loh,"

"Apaan?"

Prilly menatap sekelilingnya, dan akhirnya matanya menangkap sebuah bungkusan. "Itu, nah yang kayak gitu!" tunjuk Prilly membuat Ali ikut menatap sesuatu yang Prilly tunjukan.

Akhirnya, Ali mengerti dan langsung menggeleng. "Dih ogah gue!" ucap Ali menolak permintaan Prilly.

"Ali please," ucap Prilly dengan nada memelas, Ali memutar bola matanya malas.

"Ogah, gak! Harga diri gue jatoh kalo gue ketauan beli gituan!" tolak Ali.

"Lo tega sama gue?" tanya Prilly yang malah membuat Ali tak tega, Ali menghela nafasnya.

"OKE!" pekik Ali kesal, Ali langsung pergi dari sana.

'Siap-siap harga diri lo jatoh, Li!' ucap Ali dalam hati.

Ali berjalan cepat keluar dari perkarangan sekolah, menuju minimarket yang tak jauh dari sekolahnya.

Ali masuk ke dalam mencari barang yang tadi Prilly tunjukkan.

"Sumpah gue gak ngerti!" gumam Ali yang sedari tadi hanya berjalan dari rak satu ke rak lainnya.

"Nah ini dia!" ucap Ali dengan nada kesal, tak seperti orang-oramg yang mendapatkan sesuatu yang diinginkan lalu berekspesi ceria dan berbinar. Kini, Ali harus menahan malu karena Prilly. Akhirnya, Ali berjalan ke kasir untuk membayar barang yang tadi Ali ambil.

Bad Boy and Good GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang