Dua Puluh Tujuh

13.9K 1.2K 64
                                    

Lala Karmela - Satu jam saja

Prilly mempercepat langkahnya menuju parkiran, kelasnya telat keluar karena guru yang mengajar habis marah-marah di kelasnya, ia bilang pada Ali, ia yang akan menunggu di parkiran tapi nyatanya ia yang telat.

"Gue gak boleh bikin Ali nunggu lama," ucap Prilly, entah kenapa ia sangat yakin Ali sedang menunggunya.

Saat sampai di parkiran Prilly mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru parkiran, tapi ia tidak mendapati Ali di sana. Apa Ali belum datang? Atau memang tidak akan datang? Atau mungkin Ali sudah pergi karena terlalu lama menunggu Prilly?

Prilly pun menghela napasnya berat, mungkin memang Ali tidak niat bertemu dengannya, dadanya pun seketika sesak, harusnya ia sadar diri dengan sikap Ali saat ini, harusnya ia tidak terlalu percaya diri dan berharap lebih karena percuma semua itu hanya membuatnya sakit.

Prilly kembali melanjutkan langkahnya, kini kakinya melangkah menuju ruang musik. Ia sendiri juga tidak tahu, kenapa ia harus ke tempat itu.

Prilly tersenyum sangat tipis saat melihat alat musik favoritenya, ia pun mengambil alat musik itu lalu duduk di kursi yang ada di sana dan bersiap memain alat musik tadi.

***

Ali yang baru saja keluar dari toilet langsung mengambil langkah menuju parkiran. Dalam hati kecilnya ia sangat senang jika Prilly meminta waktunya tapi yang membuat Ali sesak, yang Prilly minta hanya satu hari, Ali mengingikan lebih namun akhirnya ia sadar, ia sendiri yang mengambil keputusan untuk pergi.

Sampai di parkiran Ali tidak melihat Prilly, Ali menghembuskan napasnya kasar.

"Sebenernya lo niat gak sih Prill? Lo yang bilang bakal nunggu di parkiran tapi malah lo yang gak dateng, gue udah dua balik loh ke sini," gerutu Ali sendiri.

"Gue coba cari di kelas dia deh." Ali pun berjalan menuju kelas Prilly, tapi setibanya di sana yang ia dapati kelas Prilly kosong.

Ali semakin gemas dengan Prilly, sebenarnya gadis itu kemana? Dan apa yang harus ia lakukan? Pulang atau tetap menunggu Prilly?

"Gue balik aja kali ya? Mungkin dia berubah pikiran atau dia sengaja ngerjain gue?"
"Ah bingung gue, mending ke kantin dulu deh beli minum dehidrasi gue mikirin Prilly mulu." Ali pun memutar arah menuju kantin.

Saat Ali sedang berjalan, ada suara petikan gitar dari salah satu ruangan dekat sana yang entah kenapa membuat Ali menghentikan langkahnya. Ali pun meneliti lagi dari mana suara petikan gitar tersebut, dan akhirnya ia tahu, suara itu dari ruang musik yang ada tepat di sampingnya.

Jangan berakhir

Aku tak ingin berakhir

Ali mengenali suara nyanyian dari dalam sana, yang bisa dipastikan yang menyanyi adalah si pemain gitar di dalam ruang musik itu, tanpa pikir panjang Ali langsung masuk ke dalam ruang musik tersebut.

Satu jam saja

Ku ingin diam berdua

Mengenang yang pernah ada

Tidak salah lagi, Ali kenal si pemain gitar dan si penyanyi tadi, Ali sudah bisa menebak dari tubuh mungil yang kini sedang membelakangi dirinya.

"Prilly..." lirih Ali sangat pelan, nyaris tidak terdengar.

Jangan berakhir

Karena esok takkan lagi

Satu jam saja

Bad Boy and Good GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang