"Jangan tanya kemana perginya air matanya. Tidak ada yang boleh melihat kelemahannya agar bisa menghancurkan hidupnya. Sekalipun hati meraung kesakitan, tapi hanya dihadapan Allah semua tersampaikan" -Author-
-------------
Dua bulan berlalu begitu begitu cepat.
sampai saat ini Hazna tak menyangka, jika dia tinggal satu atap dengan suaminya dan madunya.
Tidak mudah menjalani semuanya.Bahkan terkadang sesak melandanya saat dihadapannya, mereka bermesraan tanpa perduli kehadiran Hazna.
Tanpa perduli bahwa Hazna juga punya hak yang sama sebagai seorang isteri.
Tapi sejak awal Hazna tahu, inilah resiko yang harus dia jalani saat dia memutuskan untuk berbagi suami dengan Tiffany.
Hazna tersenyum miris menyadari kenyataan ini.Hazna menoleh kearah wanita berjilbab biru yang sedang sibuk mengganti channel tv, dia terlihat bosan dengan tayangan yang ada.
Dia adalah Tiffany, kalian heran mengapa Hazna mengatakan wanita berjilbab biru? ya, tepat setelah pulang dari bulan madunya dengan Maliq, Tiffany meminta tolong pada Hazna agar membimbingnya untuk belajar menjadi isteri yang baik.
Dan Hazna dengan senang hati menyambut niat baiknya.
Tiffany memulainya dengan menutup auratnya.Menyimpan semua baju-baju seksi nya dan menggantinya dengan baju muslimah modern.
Dia bilang jika harus memakai pakaian syar'i seperti Hazna, dia belum mampu.Tapi Hazna memakluminya, karena Hazna tahu untuk menjadi lebih baik tidaklah mudah. Semua butuh proses dan kemantapan hati.
"kau tidurlah jika sudah mengantuk, biar aku saja yang menunggu Mas Maliq pulang."
Tiffany menoleh dengan mata sayu nya. Hazna tahu dia sudah cukup bosan dan mengantuk menunggu Maliq yang sudah jam 10 malam belum juga pulang.
"Tapi bagaimana denganmu?"
"Aku tidak apa-apa. Kau tidurlah, aku tahu kau sudah mengantuk. "
Tiffany menghembuskan nafas lelah, menoleh kearah jam dinding lalu menoleh kearah Hazna.
"Baiklah, karna aku sudah benar-benar mengantuk dan karena malam ini jadwalnya bersamamu, jadi tolong sampaikan salamku pada Mas Maliq. katakan padanya, maaf tak bisa menunggunya pulang"
"Ya, aku akan mengatakanya "
Hazna mengangguk dan tersenyum bersamaan Tiffany yang bangkit dari duduknya dan mengucapkan selamat malam pada Hazna.
Hazna memandangnya sampai dia masuk kekamarnya.Hazna termenung memikirkan kedatangan Tiffany pertama kali keapartemen ini. Hazna sendiri yang menyambut kedatangannya, bahkan Hazna sendiri yang menyiapkan kamar yang akan ditempatinya dan Maliq.
Mereka sudah sepakat membagi waktu, walau akhir-akhir ini Maliq lebih memilih tidur dengan Tiffany. Tapi Hazna cukup memakluminya biar bagaimanapun mereka masih pengantin baru.
Dua jam berlalu dan jam dinding menunjukkan angka 12 malam. Hazna yang mulai bosan menyadarkan kepala kesofa menatap langit-langit kamar sambil mengelus-elus perutnya.
Mirisnya, Hazba baru menyadari bahwa belum ada yang tau keberadaan buah hatinya yang saat ini sedang tumbuh dalam rahimnya.
satu-satunya orang yang dia beri tahu adalah Maliq, yang tak lain adalah ayah dari calon anaknya tapi ternyata dia tak bahagia dengan kabar kehamilan Hazna.Hazna tersentak mendengar pintu apartemen terbuka dan Hazna bangkit dari duduk nya dan berjalan kearah ruang tamu.
Hazna melihat Maliq yang baru masuk dan sedang mengunci pintu."kau sudah pulang?" Hazna mengambil tas kerja dari tangan Maliq lalu membantu melepaskan dasi dilehernya.
"Ya, dimana Tiffany?"
KAMU SEDANG MEMBACA
WEDDING FOR MY HUSBAND (SERIES 1)
Spiritual"Menikahlah dengan suamiku. aku melamarmu untuk menjadi istri kedua suamiku. Aku rela kau menjadi maduku.. " Hazna menolehkan kepala menatap wanita cantik itu Lalu tersenyum penuh harap.. --- Karna cinta saja tidak cukup untuk bertahan dlm sebuah hu...