"Saat jatuh cinta kamu harus siap menghadapi 2 hal yang akan menyiksamu perlahan-lahan, yaitu:
ditinggalkan dan kehilangan." -Author----------
Hazna menatap para tetangga yang sedang membacakan yasin dirumah orang tua Tiffany. Ini adalah hari ke tujuh sejak meninggalnya Tiffany.
Hazna menoleh kearah Maliq yang saat ini menunduk dan diam saja. Hazna cukup mengerti perasaan Maliq, dia sangat terpukul dengan kepergian Tiffany.
Hazna tahu betapa cintanya dia pada Tiffany dan calon anaknya.Bahkan saat proses pemakaman pun Maliq menangis tanpa suara, saat melihat Tiffany dan calon anaknya dimakamkan berdampingan.
Malam ini Maliq memakai baju kokoh putih dan celana hitam. Dia tidak berbicara apapun sejak mendapati kenyataan bahwa Tiffany meninggal, walau Hazna sudah berusaha untuk mengajaknya berbicara.
"Nak Hazna."
Hazna menoleh saat merasakan usapan pada pundaknya.
"Tante?" Hazna tersenyum saat mendapati Ibu dari Tiffany yang memanggilnya.
"Maafkan Tiffany ya nak, maafkan dia karena sudah banyak menyakitimu."
Hazna tersenyum sambil mengusap punggung Ibu Tiffany saat melihat matanya berkaca-kaca saat menatapanya.
Hazna mencoba tersenyum padanya."Tante, Hazna sudah memaafkan Tiffany, Hazna sudah mengikhlaskan semuanya. Bagi Hazna, Tiffany adalah saudara. Hazna tidak ingin menghalangi kebahagiaan siapapun, termasuk Maliq dan Tiffany "
Ibu Tiffany menggeleng dia menatap Hazna.
"Dulu Tiffany memang sangat mencintai Maliq. Ibu fikir maliq juga begitu tapi saat tahu maliq mengkhianati Tiffany,
dia sangat terpukul. Sampai dia bertemu dengan Ezra dan menikah dengannya.
Tapi ternyata kebahagian mereka tidak berlangsung lama karena kecelakaan itu Hazna."Tiba-tiba Ibu Tiffany menatap Hazna dengan tatapan yang berbeda.
"Hazna, mengenai Ezra tante minta maaf karena..."
Hazna menyentuh tangannya untuk menghentikan kata-katanya.
"Tante, mengenai Tiffany dan Ezra, hazna tidak berhak ikut campur. Biar itu jadi cerita mereka dan mengenai Tiffany, Maliq maupun Hazna biar itu jadi kenangan kami. Hazna tidak pernah membenci Tiffany, karena dari dia juga Hazna belajar sabar dan ikhlas."
"Kamu benar-benar wanita baik Hazna. Beruntung orang-orang yang mengenalmu nak. Bisa kamu ikut tante sebentar, ada yang ingin tante tunjukkan."
Hazna terlihat berfikir sesaat sebelum akhirnya mengangguk, sebelum mengikuti langkah Ibu Tiffany, Hazna menoleh kembali kearah Maliq yang saat ini ternyata sedang menatapnya sebelum akhirnya dia mengalihkan pandangannya kearah lain.
Hazna mengikuti Ibu Tiffany yang saat ini menuju kelantai atas, dan langkahnya terhenti didepan pintu yang Hazna yakini adalah sebuah kamar. Ibu Tiffany membukanya perlahan, dan yang pertama kali Hazna rasakan adalah kehampaan.
Kamar ini memang kamar pada umumnya, ada ranjang queen size dan segala barang-barang wanita lainnya. Tapi entah kenapa Hazna merasakan sebuah kehampaan, kekosongan dan kesepian?
Hazna menoleh kearah Ibu Tiffany yang saat ini menatapnya."Ini adalah kamar Tiffany, dulu dia meninggalkan kamar ini setelah berpisah dari Maliq. Setelah tahu Maliq mengkhianatinya, dia mengurung dirinya dikamar ini berhari-hari bahkan sampai seminggu penuh. Dia tidak mau menemui siapapun, tidak mau makan apapun. Dia menghabiskan waktunya hanya untuk menangis disini. Kami yang khawatir dengan keadaannya akhirnya mendobrak paksa pintu kamar dan.. dan keadaannya sungguh memilukkan untuk tante lihat. Dia seperti mayat hidup Hazna.
Dia tidak mau diajak berbicara, pandangannya kosong sampai kami harus membawanya ke psikiater.
Dan tante sangat bersyukur karena dari sanalah Tiffany tidak sengaja bertemu Ezra, dia yang membuat Tiffany sembuh dan membuat Tiffany melupakan Maliq."
KAMU SEDANG MEMBACA
WEDDING FOR MY HUSBAND (SERIES 1)
Espiritual"Menikahlah dengan suamiku. aku melamarmu untuk menjadi istri kedua suamiku. Aku rela kau menjadi maduku.. " Hazna menolehkan kepala menatap wanita cantik itu Lalu tersenyum penuh harap.. --- Karna cinta saja tidak cukup untuk bertahan dlm sebuah hu...