"Ketika jodoh sudah ditetapkan. Sejauh apapun kau berlari, selama apapun kau pergi, dan sedalam apapun kau bersembunyi. Orang yang sama akan datang padamu walau dengan cara paling menyaktikan buatmu" -author-
---
Hazna duduk diruang tamu keluarganya. Disana ada Abi dan Ummi nya yang duduk di sebelahnya. Mereka sedang menerima tamu, teman lama Abi nya sewaktu bersekolah dulu.
Dia menghembuskan nafas perlahan, dia tahu apa maksud dari kedatangan pasangan paruh baya yang sedang duduk dihadapan Abi dan ummi nya itu. Abinya sudah mengatakan beberapa minggu yang lalu bahwa Abinya akan menjodohkannya dengan putera dari teman lamanya ini.
Dan hari ini pun putera dari pasangan paruh baya itu sedang duduk disamping kedua orang tuanya yang sedang bersilahturahmi. Perjodohan mereka memang tidak akan dilaksanakan dalam waktu dekat, saat ini mereka hanya sekedar diperkenalkan.
"Hazna, bukankah kamu baru saja menyelesaikan kuliahmu apa rencanamu selanjutnya?"
Wanita paruh baya yang tidak lain isteri dari teman Abi nya bertanya padanya sambil tersenyum.
"Hazna belum punya rencana apa-apa tante. Kebetulan Hazna saat ini sedang disibukkan pembangunan rumah singgah."
Hazna tersenyum menjawab wanita paruh baya itu."Tante sangat berharap jika kamu benar-benar menjadi menantu tante. Sudah cantik, sholehah pula." Hazna hanya tersenyum tipis menjawab pernyataan itu.
Dia melirik kearah laki-laki yang Abi nya pilihkan untuk menjadi calon imamnya kelak. Lelaki itu hanya menunjukkan ekspresi datar.
Tidak berniat menyapa sama sekali.Dan akhirnya setelah makan malam keluarga laki-laki itu pamit pulang menyisakan Hazna dan kedua orang tuanya yang sekarang sedang duduk diruang tengah.
"Bagaimana Hazna?" tiba-tiba Abi nya menatap Hazna. Hazna jelas tahu apa maksud Abinya itu, dia menatap Abi nya yang menuntut jawaban darinya.
"Apa Abi yakin dengan pilihan Abi?"
"Ya, Abi tidak mungkin menjerumuskanmu nak."
"Hazna sangat menghargai pilihan Abi. Tapi bolehkah beri Hazna waktu untuk memikirkan keputusan ini?"
Abinya mengehela nafas, biar bagaimanapun Hazna adalah puterinya satu-satunya. Dia mengajarkan Hazna ilmu agama sedari kecil. Hazna tidak mengenal istilah pacaran karna itu memang larangan darinya. Dia ingin Hazna terhindar dari pergaulan bebas saat ini, dia mencoba menawarkan perjodohan untuk Hazna dan berharap Hazna bersedia menerima calon suami pilihannya.
"Baiklah, Abi berikan waktu untukmu"
"Terimakasih Abi, Ummi. Kalau begitu Hazna kekamar dulu"
Dia melangkah menuju kamar, lalu menutup pintunya secara perlahan.
Dia berdiri dihadapan Cermin yang memantulkan bayangan dirinya.
Dia adalah "Talita Hazna Humaira" gadis berusia 21 tahun yang baru menyelesaikan kuliahnya sebagai Sarjana Sastra Bahasa di Universitas indonesia.Dia adalah wanita berjiljab Besar. Semua jilbab yang dia gunakan jatuh dengan sempurna menutup sampai setengah kakinya. Tidak ada gaun, celana jeans ataupun kemeja.
Yang ada hanya setumpuk gamis syar'i, rok dan blouse panjang besar didalam lemarinya.Dia adalah wanita dengan ilmu agama yang kuat. Dia terlahir dari pasangan muslim yang sangat kental ilmu agamanya. Dan dia memutuskan berjilbab sedari masuk Sekolah Menengah Pertama dan memutuskan berhijab syar'i tepat setelah masuk bangku perkuliahan.
Dia seorang Hafidzah Al-Qur'an sejak masuk Sekolah Menengah Atas. Disaat wanita seusianya sibuk mencari kepopuleran masa muda, Hazna malah menyibukkan dirinya memperdalam ilmu agamanya.
Dia tidak berteman dengan laki-laki, tidak berteman dalam artian sebenarnya. Hazna hanya akan mengenal laki-laki tapi tidak untuk berteman ataupun hubungan apapun lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
WEDDING FOR MY HUSBAND (SERIES 1)
Espiritual"Menikahlah dengan suamiku. aku melamarmu untuk menjadi istri kedua suamiku. Aku rela kau menjadi maduku.. " Hazna menolehkan kepala menatap wanita cantik itu Lalu tersenyum penuh harap.. --- Karna cinta saja tidak cukup untuk bertahan dlm sebuah hu...