"Mungkin hati memberontak walau bibir tak berucap, tapi Allah selalu menujukkan kuasa. Karena sekalipun kau tak mengharapkannya, tapi semua ini terjadi dengan nyata." -author-
---------------------------
Tak terasa sebulan berlalu begitu cepat. Pernikahan pun tepat didepan mata, Hazna masih tak percaya bahwa saat ini wanita yang ada dicermin tepat dihadapannya adalah dirinya sendiri.
Hazna berfikir akan jadi apa rumah tangganya nanti, karna jelas saja Hazna dan Maliq adalah dua orang asing yang dipertemukan untuk menjalin sebuah pernikahan.
Hazna tidak mengenal Maliq sama sekali. Karena jangankan mengenal, berbicara saja baru terhitung dua kali dan sampai saat didetik-detik dia akan resmi menjadi isteri Maliq, Hazna hanya tahu nama Maliq tapi tidak dengan dirinya.Setengah melamun, Hazna terkaget saat ada yang mengelus pundaknya. Hazna melirik lewat cermin dan menemukan wajah Umminya disana, Ummi Hazna sedang tersenyum kearahnya dan baru Hazna sadari jika para penata rias telah keluar dari kamarnya. Ummi Hazna mengajak Hazna untuk duduk dipinggiran ranjang, disusul Ummi yang duduk disampingnya.
"Apa yang kau rasakan?"
Ummi Hazna memandang kedua mata Hazna, mencoba mencari jawaban atas pertanyaannya.Hazna pun mengalihkan pandangan, menghindari tatapan dari Ummi nya.
"Entahlah Ummi, Hazna sendiri tidak tahu apa yang Hazna rasakan. Tapi Hazna akan mencoba menjalani ini dengan ikhlas Ummi."
Hazna menunduk menyembunyikan perasaannya yang sebenarnya. Tidak boleh ada yang tahu apa yang Hazna rasakan, termasuk Ummi nya sendiri.Tiba-tiba Ummi Hazna menggenggam kedua tangan Hazna dan meletakkan keatas pangkuannya.
"Ummi tahu, kamu belum sepenuhnya yakin dengan pernikahan ini tapi Ummi berharap kamu tetap bisa menjadi isteri yang baik. Ingat nak, setelah ini kamu akan menjadi seorang isteri. Dan ketahuilah sekarang ridho Allah ada pada suamimu Hazna."Seketika mata Hazna berkaca-kaca memandang Ummi nya, dan detik berikutnya Hazna memeluk Ummi nya. Hazna tidak menangis, tapi tangannya terkepal kuat dibelakang tubuh Ummi nya menahan gelojak didada yang seakan ingin meledak.
"Ingat nak, apapun yang terjadi nanti sebagai seorang wanita kamu harus pintar bersabar. Karena dalam rumah tangga peran wanita sangatlah penting. Jangan sampai kamu dikuasai emosi, ego dan gengsi. Bagaimanapun suamimu nanti, hormati dia seperti kamu menghormati Ummi dan Abi. Kamu mengerti?"
"Insyaallah Hazna akan mengingat pesan Ummi."
Perbincangan Hazna dan Ummi nya terhenti karna ketukan pintu. Dan Hazna melihat Sesil, adik sepupunya berdiri dihadapannya sambil tersenyum.
"Kak Hazna, acara akan segera dimulai. Ka Hazna diminta untuk turun menyaksikan Ijab qabul"
Hazna mengalihkan pandangan pada Ummi nya yang tersenyum lalu mengangguk. Dia menghembuskan nafas, mengusir rasa gugup yang menyerang. Lalu Ummi Hazna dan Sesil menuntun Hazna untuk turun menuju ruang tamu, tempat diadakannya prosesi ijab qabul yang diadakan dirumahnya.
Hazna menuruni tangga didampingi Ummi disebelah kanannya dan Sesil disebelah kirinya. Semua mata menuju kearahnya sampai dimana tepat dia duduk disamping Maliq. Laki-laki yang saat ini memandang kearah Hazna dengan tersenyum.
Dan Hazna pun hanya bisa menunduk meredakan segala getaran dalam dadanya.
"Apa nak Hazna siap?"
Hazna memandang Pak penghulu yang sedang menunggu jawabannya.
Lalu Hazna mengangguk pelan.
"Insyaallah, saya siap."Dan Pak penghulu pun menanyakan hal yang sama pada Maliq, yang dijawab dengan tegas bahwa dia siap menjalani proses ijab qabul.
Tiba-tiba saja Hazna dihantam ketakutan luar biasa yang membuatnya harus mengepalkan kedua tangannya dibawah meja. Semua suara disekitarnya seakan tak terdengar, sampai suara itu melemaskan seluruh tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
WEDDING FOR MY HUSBAND (SERIES 1)
Spiritual"Menikahlah dengan suamiku. aku melamarmu untuk menjadi istri kedua suamiku. Aku rela kau menjadi maduku.. " Hazna menolehkan kepala menatap wanita cantik itu Lalu tersenyum penuh harap.. --- Karna cinta saja tidak cukup untuk bertahan dlm sebuah hu...