"karena semua rasa punya massa nya,
ada saat dimana:
dia yang selalu kamu sakiti justru terbayang sampai mimpi dan dia yang kamu cintai mungkin saja terlewati. " -author---------------
Maliq termenung menatap keluar jendela kantornya. Menatap lalu lalang diluar sana yang ramai dengan aktivitas mereka masing-masing.
Fikirannya melayang dimalam dia melihat Hazna yang terlihat kesakitan. Saat tengah malam itu, Maliq hendak kedapur untuk mengambil minum tapi dia melihat Hazna termenung sendirian disamping meja makan dan beberapa saat kemudian Hazna membungkuk seperti orang kesakitan, dia meringis sambil meremas perutnya.
Lalu berjalan tertatih menuju kearah kamarnya sambil terus memegangi perutnya.
Ingin rasanya Maliq nenghampiri dan menanyakan keadaan Hazna, tapi ego menahan Maliq untuk tetap ditempatnya memperhatikan Hazna yang masuk kedalam kamarnya."Apa yang kau fikirkan?"
Maliq melirik dari ekor matanya dan mendapati Arga disampingnya.
"Sejak kapan kau disini?"
"cukup lama untuk memperhatikan kau yang terlihat gelisah, ada apa?"
"Tidak ada apa-apa."
"Ayolah, kau fikir berapa lama kita berteman. Aku tahu ada yang mengganjal di fikiranmu, apa ini tentang Tiffany? istri kesayanganmu itu? "
Maliq tidak menjawab, dia diam sambil terus menerawang jauh.
"Bagaimana lagi cara untuk menghancurkannya?"
Beberapa saat kemudian barulah Arga mengerti siapa yang sedang difikirkan oleh Maliq, diam-diam dia menarik sudut bibirnya.
"Jadi begitu eh?"
Maliq menatap Arga yang saat ini sedang tersenyum sinis.
"apa maksudmu?
Arga menggendikkan bahunya.
"jadi sekarang kau sudah sering memikirkannya"
Maliq menatap tajam Arga, saat dia menyadari Arga sedang menggodanya.
"jangan menggodaku! selama ini kau tahu, aku hanya ingin menghancurkannya."
"lalu apa yang kau dapat? apa kau merasa kau sudah berhasil menghancurkannya?"
"aku memintanya mengugurkan kandungannya."
Arga terbelalak menatap Maliq kaget.
Dia menarik bahu kanan Maliq agar berhadapan dengannya."apa yang kau katakan tadi?"
"aku meminta Hazna mengugurkan kandungannya."
"kau gila !!!!"
Maliq kembali menatap jendela kantornya menghiraukan ekspresi tak percaya Arga.
"kau gila Maliq, kau benar-benar gila. tanpa alasan yang jelas kau membenci Hazna, memanfaatkannya, mengkhianatinya dan sekarang dia hamil anakmu dan kau dengan mudahnya menyuruh dia mengugurkannya."
"kau tahu Arga, dia bersumpah akan membuatku menyesal jika sampai aku nekad menyingkirkan anaknya."
Maliq berbicara tanpa mengabaikan perkataan Arga. Sedangkan Arga yang disampingnya sudah mengepalkan tangannya dengan wajah merah padam menahan emosi, memandang sahabatnya yang baginya sudah seperti pecundang ini.
"Bahkan jika sampai terjadi apa-apa dengan kandungan Hazna dan itu karena kau, aku tidak akan mengakuimu sebagai sahabatku lagi."
Maliq menoleh menatap Arga dan melihat kemarahan diwajah sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
WEDDING FOR MY HUSBAND (SERIES 1)
Espiritual"Menikahlah dengan suamiku. aku melamarmu untuk menjadi istri kedua suamiku. Aku rela kau menjadi maduku.. " Hazna menolehkan kepala menatap wanita cantik itu Lalu tersenyum penuh harap.. --- Karna cinta saja tidak cukup untuk bertahan dlm sebuah hu...