part 9✓

21.5K 1K 17
                                    

"Dia tidak diajarkan menangisi laki-laki untuk apapun alasan yang mendasari. Dia lengah menjaga hati sampai tak sadar duri menancap membuat sekujur tubuh merasa nyeri" -author-

-----

Hazna mamandang lautan yang ada dihadapannya.
Memikirkan banyak hal yang dia lalui. Kalian mungkin bertanya-tanya mengapa dia masih bertahan? Kenapa Hazna tidak pergi saja? Atau kenapa dia tidak meminta berpisah saja?

Kalian boleh katakan Hazna bodoh,  Hazna lemah atau apapun itu. Tapi kenyataannya takdir nya tetap harus disini. Mendampingi laki-laki yang secara sah masih berstatus suaminya. Terlepas apapun alasan dia menikahi Hazna.

Tiba-tiba angin berhembus tepat dihadapannya dan sekujur tubuhnya merinding. Dan saat itu Hazna tahu, dia datang, laki-laki itu datang. Dia berdiri sekitar dua langkah dibelakang Hazna, tepat disisi kanannya. Tanpa berbalik Hazna cukup tahu dia datang untuk Hazna.

"Bagaimana rasanya?"
Hazna tersenyum kecil mendengar pertanyaannya.

"Cukup membuatku kaget"

"Lalu mengapa kau masih bertahan?"

"karena Takdir"
Hazna tetap pada posisinya memandang ombak yang terus berlomba-lomba untuk menuju ke tepi.

"Kau mempunyai pilihan untuk tidak kesakitan"

"Tapi aku tetap memilih untuk bertahan"

"Ini akan jadi lebih buruk jika kau tak memilih pergi."

"Nyatanya aku ingin disini, melalui kesakitan ini."

"Apa kau mampu?"

"Aku akan mencobanya" tepat setelah jawaban terakhirnya, Hazna membalikan badan dan dia tidak ada. Tidak ada siapapun dibelakangnya,
Hazna menutup mata seiring semilir angin yang menerpa wajahnya.

------

Hazna bangkit dari duduknya saat mendengar pintu apartemen terbuka.
Dia melangkah kearah pintu untuk menyambut kedatangan Maliq. Apapun yang sudah terjadi dalam rumah tangganya, Hazna tetap berusaha menjadi isteri yang baik.
Tetap melayani Maliq seperti biasa, tanpa mengubah keadaan walau jarak mereka saat ini lebih terasa berjauhan.

Hazna cukup tahu, setelah semua kenyataan yang terungkap hubungan mereka tidak akan sama lagi, mereka tidak akan sedekat dulu. Hazna tersenyum miris mengetahui kedekatan mereka pun ternyata bagian dari sandiwara Maliq.

Belum sampai dipintu masuk langkah Hazna terhenti saat melihat Maliq disana. Maliq berdiri didepan pintu, tapi bukan itu yang menjadi fokusnya. Disamping Maliq berdiri seorang wanita dengan dress hitam, Rambutnya ikalnya dia gerai, sebagai wanita Hazna mengakui kecantikannya. Dan yang pasti wanita ini bukan wanita yang 4 tahun lalu Hazna temui diruangan kantor maliq. Hazna merasakan bahwa dia bukan wanita yang sering dikencani Maliq lalu ditinggalkan begitu saja,
Ada yang berbeda dari wanita ini.
Hazna mengalihkan pandangan kearah tangan mereka yang saling bertautan.

"Kebetulan kau ada disini, kenalkan ini Tiffany kekasihku "

Tepat setelah ucapan Maliq, Hazna merasa ada yang menyentil hatinya dari dalam. Berucap istigfar dalam hati, Hazna mencoba mempertahankan ekspresi datar di wajahnya. Hazna tahu, Maliq berulang kali mengujinya agar dia merasa menang. Tapi jika ini satu-satunya jalan untuk mempertahankan rumah tangganya, terpaksa Hazna harus mengikuti permainannya.

"Sepertinya aku tidak bertanya."

Hazna melipat kedua tangannya didepan dada, memandang kedua orang dihadapannya yang mengaku sebagai sepasang kekasih. Yang mungkin untuk orang yang melihatnya akan memandang miris pada Hazna.
Karena suaminya sendiri dengan berani membawa wanita yang jelas dia akui sebagai kekasihnya.

Dan hebatnya mereka datang bersamaan kehadapan Hazna, untuk menghancurkan Hazna.

"Dia akan menginap disini" Hazna menaikan satu alisnya mendengar perkataan Maliq.

"Siapa yang mengizinkannya menginap disini?"
Maliq terlihat marah mendengar jawaban Hazna, dan menatap tajam kearahnya.

"Apa hakmu hah? Biar aku ingatkan padamu bahwa ini adalah apartemenku, jadi aku berhak membawa siapapun kemari"

Hazna tersenyum sinis memandang kedua orang dihadapannya.
"Dan biar kuingatkan juga padamu, bahwa di apartemen MILIKMU ini ada seorang wanita yang masih berstatus sebagai isteri SAHmu."

Lalu tiba-tiba saja wanita itu tertawa.
"Isteri? Haha.. biar kuberitahu padamu, Maliq menikahimu hanya untuk mendapatkan harta warisannya. Jadi jangan bertingkah seperti orang penting."

"kenapa memangnya jika Maliq menikahiku hanya untuk sebuah harta warisan? Setidaknya aku punya alasan kuat yang bisa membuatnya menikahiku, menjadikannya halal bagiku. Sedangkan kau ? Apa yang kau punya untuk membuat Maliq memilihmu, cinta? Haha.. aku berani bertaruh jika saja kau datang lebih dulu kehadapan Maliq membawa cintamu itu aku yakin Maliq tetap akan memilihku untuk mendapat harta warisannya. Karena kita sama-sama tahu bukan, laki-laki seperti apa yang berdiri disampingmu ini." Hazna tersenyum sinis sambil menatap Maliq yang terlihat marah.

"Kau!!!" Maliq menunjuk kearah Hazna.

"Apa?" Hazna mengangkat dagunya, menatap tajam maliq yang sedang menahan emosinya.

"Dengarkan aku baik-baik! selama aku masih disini menjadi isteri sahmu, kau tidak bisa membawa wanita lain kemari. Jika kau masih berani membawa dia kemari, kupastikan aku akan melakukan hal yang tidak pernah kau bayangkan sebelumnya."

"kau berani mengancamku?"

"jika itu satu-satunya cara membuatmu sadar kenapa tidak? sekarang lebih baik bawa pergi wanita ini dari sini. "

Hazna tetap menjaga nada bicaranya, karena tidak ingin terpancing emosi dari kelakuan Maliq.

"Kau akan menyesal karna berani melawanku!"

Maliq berbalik dan membawa wanita itu keluar dari apartemen, masih dalam keadaan tangan yang saling menggenggam.

Dan saat mereka hilang dari pandangannya bergumam lirih.
"Sebentar lagi Hazna, sebentar lagi.."

--------

WEDDING FOR MY HUSBAND (SERIES 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang