Part 14✓

21.5K 1.1K 9
                                    

"inikah harga yang harus dia bayar untuk melihat senyum bahagiamu, melalui segala jalan dengan menahan perih yang terpendam. Jika mereka saja tahu apa yang dia rasakan, mengapa kau menutup mata saat dia kesakitan?" -Author-

-------

"Menangislah, jika kau ingin menangis" Hazna menoleh saat mendengar suara Umminya dari arah belakangnya.
Hazna tersenyum dan Ummi Hazna melihatnya dengan tatapan iba.

"Tidak ada yang perlu ditangisi Ummi, bukankah Hazna yang meminta restu kalian agar pernikahan ini terjadi."
Hazna kembali menatap Maliq dan Tiffany yang saat ini sudah duduk dihadapan penghulu.

Hazna tetap diam saat merasakan usapan lembut pada pundaknya.
"Ummi tidak tahu apa yang terjadi dalam rumah tanggamu nak. Tapi apapun yang terjadi nanti, ingatlah masih ada Ummi dan Abi untuk tempatmu berpulang."

"Pasti Ummi, Hazna pasti ingat itu." Hazna mengangguk pasti menatap Ummi nya.

"Baiklah mari kita mulai acara ijab qabul ini. Diharap para hadirin untuk tenang, dan sebelumnya maaf sekali karena ini adalah pernikahan kedua mas Maliq, izinkan saya meminta persetujuan dari isteri pertama mas Maliq yaitu mba Hazna."

Pak penghulu menatap kearah Hazna.
"Mba Hazna sebagai isteri pertama dari mas Maliq, ikhlas dan ridho kah engkau jika suamimu menikah lagi untuk yang kedua kalinya hari ini, dengan wanita yang bernama Tiffany?"

Semua para tamu menatap Hazna menunggu jawabannya, Hazna tahu banyak sekali para tamu yang hadir membicarakan pernikahan Maliq dan Tiffany. Bahkan sebagian besar dari para tamu menatap iba kearahnya.

Hazna menoleh menatap Maliq dan Tiffany yang sama-sama menunggu jawabannya, lalu menoleh kembali kearah pak penghulu. Dan dia tersenyum lalu mengangguk.

"Insyaallah saya ikhlas. Saya meridhoi suami saya menikah lagi dengan seorang wanita bernama Tiffany yang saya beri kesempatan menjadi isteri kedua suami saya."

Pak penghulu itu tersenyum tipis lalu mengangguk.
"Baiklah kalau begitu, karena sudah mendapat izin dari isteri pertama mas Maliq mari kita mulai saja ijab qabul ini. Silahkan mas Maliq jabat tangan saya..."

Bersamaan dengan maliq yang menjabat tangan pak penghulu, Hazna menyentuh perutnya saat merasakan sakit hebat diperutnya. Lalu dia meringis nyeri. Hazna mengabaikan pak penghulu yang telah mengucapkan ijab kepada Maliq. Dia mundur perlahan sambil memegangi perutnya, Hazna sebisa mungkin bergerak menjauh tanpa mengusik jalannya acara ijab qabul.

"Saya terima nikah dan kawinnya Tiffany binti........."

Hazna berlari kearah toilet sambil menutup mulutnya membuka pintu lalu menguncinya.

"Hoekk,, hhh.. hoekkk." tidak keluar apapun dari mulutnya tapi mual hebat Hazna rasakan diperutnya.

Dengan nafas terengah-engah Hazna membersihkan bibirnya. Lalu memegangi pinggiran wastafel dengan kedua tangannya dan menutup mata sejenak untuk menenangkan dirinya.

"Bagaimana pak, bagaimana kondisi menantu saya? apa dia sudah ditemukan?" wanita paruh baya itu menatap pak polisi dihadapannya penuh harap.

"Maafkan kami Bu, selama seminggu ini kami sudah berusaha mencari menantu ibu tapi satu-satunya fakta yang bisa kami simpulkan adalah menantu ibu sudah meninggal dan jasadnya masuk kedalam jurang. ini adalah bukti yang memperkuat dugaan kami.."
Polisi itu memberikan sebuah kemeja yang suda tidak berbentuk. Warnanya sudah bercampur darah dan kondisinya sudah tidak utuh lagi.

"kami menemukan ini disekitar mobil menantu ibu yang sudah terbakar"

wanita paruh baya itu menerima serpihan baju yang diyakini milik menantunya dengan tangan gemetar.

WEDDING FOR MY HUSBAND (SERIES 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang