"Sesak melihatnya diam tanpa kata.
bernafas tanpa merasa, menangis tanpa air mata. Berteriak tanpa suara.
dan dia pun tersiksa tanpa kamu tahu rasanya." -author----------
Maliq mendongak menahan tangis saat menyaksikan Hazna memandikan bayi mungil yang beratnya bahkan kurang dari 2,5 kg itu.
Hazna memandikannya dengan lembut, seakan takut menyakiti bayi itu.Kemarin setelah tahu bayinya meninggal dan akan dimakamkan hari ini, dia memaksa untuk ikut dalam proses pemakaman. Bahkan dia memaksa untuk memandikan dan mengkafani bayi itu sendiri.
Maliq menatap Umi Hazna , dan Mamah nya yang sudah menangis sejak tadi.
Tapi Hazna? semenjak perjalanan dari rumah sakit dia sendiri yang memangku bayi yang sudah tidak bernafas itu.Hazna hanya menatap bayinya dalam diam. Tidak ada kata-kata, tidak ada air mata.
Setelah memandikan bayinya Hazna menuju keruang tengah lalu mengambil kain kafan yang sudah disediakan..Semua pelayat menangis menyaksikan bagaimana Hazna dengan sangat rapi melilitkan kain itu ditubuh kecil bayinya.
Jujur saja, Maliq tidak berani menyebut bayi itu sebagai bayi mereka. Maliq malu, setelah sekian banyak dosa yang telah dia lakukan rasanya dia tak pantas menyebut bayi itu sebagai anaknya.
Setelah Hazna selesai, dia menaruh bayinya dan membiarkan para pelayat membacakan doa.
Bayi Hazna berjenis kelamin laki-laki
dan yang paling miris adalah banyak orang mengatakan dia mirip dengan Maliq.Padahal Maliq ingat, dengan brengseknya dulu dia meminta Hazna mengugurkannya.
Ya Allah, laki-laki macam apa dia
yang dengan kejamnya menyangkal darah dagingnya sendiri.Saat ini mereka sudah berada didepan liang lahat yang sudah disiapkan untuk memakamkan bayi mereka.
Sejak tadi bayi itu dalam ada dekapan Hazna, Maliq bahkan tidak berani mendekatinya.
Saat waktunya Pak ustad meminta Hazna menurunkan bayinya keliang lahat, Maliq melihat Hazna menunduk membisikan sesuatu ditelinga bayinya.
Lalu Hazna melangkah bukan kearah liang lahat justru dia melangkah kearah Maliq. Hazna menatap Maliq dalam-dalam lalu tersenyum tipis. Bahkan hampir tidak terlihat seperti tersenyum."apa kau tidak ingin mengucapkan sesuatu pada anak kita?"
Maliq diam tidak menjawab lalu menoleh kearah bayi yang sudah menutup matanya dalam dekapan Hazna.
"Ini juga anakmu kan mas? mengapa kau tidak ingin mengucapkan kata-kat terakhir untuknya. Setidaknya sebelum dia tidur ditempat barunya ."
Maliq mengangkat kedua tangannya yang tiba-tiba bergetar bermaksud untuk menerima bayi itu.
Dan saat bayi itu sudah ada dalam dekapannya, perasaan hangat dan juga sesak bercampur didadanya.
Ya Allah ampuni Maliq, ampuni dia yang telah dengan tega pernah membencinya, bahkan berniat menyingkirkan bayi tak berdosa ini.
Maliq mengamati matanya yang tertutup, hidungnya, bibirnya, alisnya dan bentuk wajahnya.
Bahkan bayi itu hampir sama miripnya dengan Maliq saat dia masih bayi dulu."Nak, maafkan.. maafkan Ayah."
Maliq sekuat mungkin menahan air mata yang sudah mengenang dipelupuk matanya.
"Boleh aku minta tolong Mas?"
Maliq mendongak menatap Hazna yang tidak melepaskan pandangannya dari bayi mereka.
"Ya."
"Bisakah kau mengantarkannya kedalam sana dan mengadzankan dia untuk pertama dan terakhir kalinya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
WEDDING FOR MY HUSBAND (SERIES 1)
Espiritual"Menikahlah dengan suamiku. aku melamarmu untuk menjadi istri kedua suamiku. Aku rela kau menjadi maduku.. " Hazna menolehkan kepala menatap wanita cantik itu Lalu tersenyum penuh harap.. --- Karna cinta saja tidak cukup untuk bertahan dlm sebuah hu...