Ketika film dimulai Ruby pun dengan diam menontonnya, sedikit penasaran dengan film yang ditontonnya ini karena Aidan tidak mau memberitahukannya.
Film itu dimulai dari ketika seorang wanita pirang cantik dan seksi yang sepertinya seorang pelayan yang memakai seragam masuk dengan membawa vacuum cleaner. Ia bilang sepertinya, karena pakaian pelayan itu terlalu seksi panjang rok seragamnya lima belas senti di atas lutut mempertontonkan kaki jenjangnya dan berpotongan leher rendah hingga saat membungkuk payudaranya seakan bisa tumpah sewaktu-waktu.
Saat wanita itu masuk ke sebuah ruangan yang sepertinya ruang duduk di sana ada seorang pria yang sepertinya pemilik rumah. Pria itu mengenakan pakaian kantor tanpa jas dan dasi sedang membaca sebuah Koran dengan serius tetapi pria itu mulai melirik-lirik pelayannya yang sedang membungkuk membersihkan karpet, memperlihatkan bokongnya dan celana dalam transparannya yang berwarna merah kepada si majikan.
Si majikan pun menyingkirkan Koran dan meraih si pelayan duduk di pangkuannya lalu meraba tubuh pelayan itu sambil membuka pakaiannya….
“kyaaaa….” Teriak Ruby yang langsung menutup kedua mata dan telinganya dari adegan di hadapannya ini dan suara-suara desahan yang keluar dari si pelayan saat adegan berlanjut ke si majikan memasuki tubuh si pelayan yang sudah tidak mengenakan pakaian.
“film apa ini!” seru Ruby yang jantungnya berdebar cepat dan tenggorokannya maenjadi kering. Ia pun langsung merebut remote dari pria itu kemudian mematikan tv.
Terdengar suara tawa tertahan di sebelahnya membuat Ruby menatap pria itu dengan tajam tapi hal itu malah membuat Aidan tertawa semakin kencang.
“kau hanya ingin mempermainkanku!”ia menunding Aidan dengan telunjuknya.
“ehem…tidak tidak” katanya sesudah berhasil mengendalikan dirinya. “itu salah satu latihan kita berikutnya. Pria sangat menyukai fantasi-fantasi seperti itu”
“tapi aku yakin Evan tidak akan se-mesum itu” dengan yakin Ruby berkata
“tapi dia juga seorang pria, terakhir kali kulihat” Aidan memandang wanita itu dengan menetang bantahan dari Ruby saat tidak ada bantahan ia melanjutkan “ambil kotak di sana” ia menunjuk kotak besar di meja kecil yang terletak di sudut sehingga Ruby tidak memperhatikan “dan gantilah di kamar mandi”
Ruby memutar bola matanya mendengar perintah itu tapi tetap mengambil kotak itu dan membawanya ke kamar mandi yang ditunjukkan oleh pria itu.
“hei…kau pasti bercanda kan” cicit Ruby beberapa menit kemudian yang hanya mengeluarkan kepalanya dari kamar mandi.
“keluarlah”
“tapi… ini…”
“keluar” perintah Aidan tidak ingin dibantah “atau aku yang akan masuk dan akan kupastikan kalau kau akan keluar dari sana tanpa selembar pakaian pun di tubuhmu” Ancamnya.
Dengan terpaksa ia pun keluar dengan mengenakan pakaian seragam pelayan yang mirip dengan yang ada di film tadi bedanya potongan dadanya sedikit lebih sopan tetapi tetap menampilkan belahan payudaranya dan sebagian kulit payudaranya, rok yang dipakainya pun mencapai pertengahan pahanya.
“cocok juga kau dengan seragam ini” kata Aidan menatap wanita itu dari atas ke bawah dengan perlahan seakan menikmati makanan penutup kesukaannya.
“jangan menatapku seperti itu” Ruby memalingkan wajahnya tidak sanggup memandang pria itu.
“kemari. Berdiri di depanku” kata pria itu yang masih duduk di sofanya.
“mau apa kau?”
“tutup mata-mu”