Ruby bersenandung ria melewati jam demi jam hari itu dan hampir melupakan perjanjinya dengan Aidan kalau bukan karena ia melihat pria itu datang dan langsung menghampirinya.
“ada yang ingin kubicarakan denganmu” kata pria itu
“ada apa?”
Aidan melihat ke sekeliling café “ ada tempat dimana kita bisa berbicara tanpa dingaggu?” ia mengangkat sebelah alisnya.
Rei yang ikut melihat ke sekeliling akhirnya berkata “ikut aku”
Mereka sudah berada di tempat VIP café itu dimana biasanya ruangan itu digunakan apabila ada meeting dengan klien atau acara-acara yang membutuhkan ruangan privat.
“sesuai perjanjian kita kemarin aku membutuhkan bantuanmu segera, lusa kita akan pergi ke perkebunan” putusnya setelah duduk di sofa yang ada di sana.
Ruby langsung teringat janjinya pergi dengan Evan lusa nanti “tapi…tapi lusa aku ada janji”
“batalkan”
“batalkan” kata Ruby menirukan nada suara pria itu “enak saja! Lusa Evan akan mengajakku pergi dan aku gak akan, denger yah GAK AKAN pernah menolak ajakannya!”
“kau ada janji dengan Evan? Kalau begitu semakin bagus bagimu untuk membatalkannya”
“kenapa” kata Ruby menantang
“karena...” kata Aidan berusaha menjelaskan seperti kepada anak-anak “bila kau menjauh pria itu pasti akan penasaran. Intinya adalah semakin kau menolak semakin penasaranlah si pria.”
“definisimu aneh”
Aidan tampak berpikir sejenak berusaha untuk menjelaskan dengan menggunakan perumpamaan yang gampang di mengerti “pria itu seperti binatang buas, semakin mangsanya menjauh semakin gencar jugalah ia untuk menangkap mangsanya itu.” Lalu tambahnya “kita juga akan berlatih di perkebunan nanti yang pasti semua ini akan menguntungkanmu. Jadi silahkan kau pilih sendiri, kau ikut aku ke perkebunan atau janjimu pada Evan.”
Masih menatap pria itu dengan sedikit ketidakpercayaan Ruby pun akhirnya menyerah dan menelpon Evan “Van, sorry kayanya aku gak bisa pergi bareng lusa nanti aku ada perlu… penting.”
“….”
“sorry yah Van sekali lagi” katanya meminta maaf sebelum mematikan telpon.
“bagus” kata Aidan disertai senyum puasnya.
“awas kalau ini tidak berhasil membuatku mendapatkan Evan” ancamnya
Mendengar ancaman itu Aidan hanya mengangkat bahunya ringan seakan menganggap enteng ancaman wanita itu “sekarang kita bisa melanjutkan pelajaranmu.”
“sekarang?!”
“yeah”
“tapi…aku…” Ruby menghela napas “baiklah. Apa yang harus kulakukan”
“kemari”
Ruby yang berdiri beberapa langkah di depan pria itu berjalan selangkah ke arah Aidan.
“lebih dekat”
Menghela napas tidak sabar ia berjalan beberapa langkah lagi sampai Ruby berada tepat di depan pria itu.
“bagus” kata Aidan dengan nada puas. “sekarang naik ke pangkuanku dan jangan membantah” tambahnya saat dilihatnya wanita itu akan membuka mulut untuk protes.
Terlihat sedikit keraguan saat Ruby naik ke pangkuan pria itu dengan kedua kakinya mengapit pinggul Aidan. “posisi ini sedikit…”
“ssstt…” Aidan menaruh jari telunjuknya ke depan bibir wanita itu, membungkam protesnya “rasakan saja.” Katanya dan semakin mendekatkan wajahnya dengan wajah wanita itu.