Keesokan harinya saat makan siang Aidan datang ke café tanpa pemberitahuan, ia memperhatikan Ruby yang sedang melayani para tamu dengan senyum ramah di wajahnya sampai wanita itu menyadari keberadaannya dan menghampirinya.
“hei, sedang apa kau di sini?” tanya Ruby dengan senyuman yang masih tergambar di wajahnya.
“memangnya aku tidak boleh ke tempat tunanganku sendiri?” tanya Aidan balik dengan mengangkat sebelah alisnya.
Kata-kata pria itu membuat wajah Ruby memerah malu yang semakin membuat Aidan gemas untuk semakin menggodanya tetapi sayangnya waktu yang ada tidak memungkinkan karena ia ada meeting dengan klien 20 menit lagi, maka ia pun mengatakan alasan kedatangannya.
“baby, bisakah kau menemaniku pergi ke perkebunan Robert dan Susan? Mereka memutuskan untuk menjual perkebunan itu padaku” kata Aidan dengan raut wajah bahagia “kalau kau tidak keberatan pastinya” tambahnya mengingat kejadian terakhir mereka di sana.
Ruby yang mengetahui arah pikiran pria itu berkata dengan nada lembut dan terselip sedikit kekesalan “aku sudah tidak apa-apa, Aidan. Jangan memperlakukan aku seperti boneka kaca yang bisa pecah kapan saja. Kapan kau ingin ke sana?”
Tersenyum Aidan menjawab “besok kita akan ke sana dan sekarang asistenku sedang ke apartemenmu untuk membereskan barang-barangmu. Jadi kau hanya perlu membawa tubuh mungilmu ini” godanya.
“selalu seenaknya sendiri” Ruby memutar bola matanya sedangkan Aidan hanya menyeringai lebar.
***
“apakah kau tahu setelah kalian menanda tangani dokumen-dokumen itu Susan dan Robert akan kemana?” tanya Ruby saat mereka sedang dalam perjalanan menuju perkebunan.
“kudengar mereka akan berkeliling dunia untuk meneliti tanaman-tanaman langka yang memang menjadi hobi Robert sejak lama dan Susan akan menemani sekaligus mempelajari berbagai kerajinan tangan di berbagai Negara.” Jawab Aidan.
“oh, itu pasti akan menyenangkan!” seru Ruby yang sejak dulu ingin melihat berbagai kota dan berjalan-jalan melihat keindahannya.
“kau tahu kau bisa memilih negara manapun yang kau inginkan untuk bulan madu kita nanti, mungkin yang cuacanya sejuk hingga pada malam harinya kita bisa saling menghangatkan” kata Aidan serius dan mulai memikirkan beberapa Negara yang cocok untuk menjadi tempat bulan madu yang romantis.
“dasar mesum” dengan kesal dan wajah merona Ruby memukul pelan dada bidang pria itu.
“tapi kamu cinta kan sayang” Aidan mengedipkan sebelah matanya dengan genit.
Ruby hanya membalas dengan mendengus dan menatap jendela mobil.
“kau benar-benar akan mengubah tempat itu menjadi sebuah resort?” tanya Ruby setelah keheningan.
“kita lihat saja nanti” jawab pria itu bersamaan dengan mobil yang berhenti karena mereka sudah tiba di tempat tujuan.
“hallo, sayang.” sapa Susan setelah mereka turun dari mobil.
“hai Susan” sapa Ruby balik dan mengangguk pada Robert yang tersenyum ramah.
“mari masuk dan kita mulai saja membereskan dokumen-dokumen yang diperlukan.” Kata Robert pada Aidan.
Mereka semua masuk dan berkumpul di perpustakaan kecil Robert, di sana sudah ada pengacara dari masing-masing pihak dan orang-orang yang berkepentingan. Aidan dan Robert diberikan berkas-berkas yang mereka baca lalu mereka tanda tangani, setelah semua dokumen sudah lengkap mereka berjabat tangan dan para pengacara dan notaris pun pulang hingga tinggal Susan, Robert, Ruby dan Aidan yang ada di sana.