Aidan dibawa ke sebuah kandang kosong oleh orang-orang berpakaian hitam dan bertopeng dan mereka meninggalkannya di sana “permainan apa lagi ini” katanya lalu mendengus.
Perlahan-lahan ia keluar dari kandang itu khawatir kalau-kalau ada kejutan lain yang muncul, saat akan melangkah kembali mencari Ruby ia menemukan Nathan berdiri di depannya di depan kandang pelatihan kuda, pria itu seperti sedang menunggu seseorang.
Ia menghampiri pria itu dan bertanya “sedang apa kau disini?”
“aku menunggumu. ikut aku” katanya.
Aidan tahu kalau pria itu tidak banyak bicara walaupun mereka sudah berteman cukup lama dulu tapi baginya sosok Nathan cukup misterius di matanya “untuk apa aku mengikutimu” tantang Aidan, kesal karena kata-kata pria itu yang seperti perintah baginya dan ia benci diperintah.
“kau tidak ingin segera menyelamatkan wanitamu?” Nathan menatap mantan temannya itu tajam
“kau tahu dimana dia? Apakah dia dalam bahaya?”
“akan kujelaskan cerita panjangnya nanti, singkatnya Emily-lah yang berada di balik semua kecelakaan yang menimpa Ruby dan kita harus cepat sebelum terlambat” ucap Nathan yang sudah berjalan mendahului Aidan.
“tapi untuk apa Emily berbuat seperti itu?” tanya Aidan terdengar kaget karena selama ini ia mengira itu ulah salah satu pesaingnya bahkan ia sempat mengira dalang dibalik semua ini adalah Nathan.
“sudah kubilang akan kujelaskan nanti” kata Nathan menghela napas tidak sabar dengan kekeras kepalaan Aidan.
“kau tahu dimana Ruby?” tanya Aidan ketika dilihatnya pria itu melihat berkeliling di hutan belakang rumah.
“tadi wanita itu di sini” katanya “mungkinkah Emily sudah mulai bertindak?” tanyanya lebih pada dirinya sendiri tetapi Aidan mendengar itu.
“memang apa yang akan Emily lakukan pada Ruby?”
“dia akan membunuhnya” ucap Nathan datar tetapi matanya menyorot tajam.
“lalu sekarang bagaimana?” Aidan mengacak rambutnya frustasi.
“terpaksa kita harus mencari semua tempat yang memungkinkan”
“itu akan memakan banyak waktu” Aidan menggeretakkan rahangnya, tidak senang dengan ide tersebut.
“lalu apa kau punya ide lain” tantang Nathan.
Aidan hanya mendengus dan seakan sudah disetujui bersama mereka mencari secara terpisah, Nathan mencari ke sebelah kanan ke arah rumah dan Aidan ke Kiri menuju taman.
Setelah lama mencari dan memeriksa hampir ke seluruh rumah Aidan masih belum menemukan Ruby dimana pun. dimana pun kau berada kuharap kau baik-baik saja, batin Aidan.
“tolong! tolong!”
Aidan melihat seorang anak laki-laki mungkin bisa disebut pemuda berusia kira-kira 15 tahun berlari ke arahnya. “ada apa?” tanyanya ketika pemuda itu sudah berada dalam jarak yang cukup dekat.
“an…anda pria yang bersama dengan wanita yang sedikit tomboy dengan rambut panjang kan?” tanya anak itu dengan napas yang memburu.
“benar kau tahu dimana dia?” tanya Aidan memegang kedua bahu pemuda itu erat.
“ikuti aku” kata si pemuda setelah berhasil mengatur napasnya.
***
“Miss, aku melihat seseorang menuju ke sini” kata pria dengan tampilan kumal dan berwajah seperti penjahat yang menjadi buron di televisi yang masuk tepat saat Emily menempelkan pistol ke keningnya.