Mereka kembali masuk ke dalam rumah dimana Susan dan tamu-tamu lain yang masih tersisa sedang bersantai di dalam rumah.
“dari mana saja kalian?” tanya Susan.
“kami habis berjalan-jalan” jawab Ruby
Robert yang berjalan menghampiri istrinya berkata dengan nada menggoda “kalian seperti sedang dimabuk cinta saja” katanya, menatap penuh arti pada jalinan tangan Aidan dan Ruby.
Perkataan Robert itu membuat Ruby menjadi malu ia lalu berusaha membebaskan tangannya dari telapak tangan Aidan yang besar tetapi pria itu tidak mengijinkannya malah Aidan mengeratkan genggaman mereka dan tersenyum penuh arti pada kedua tuan rumah mereka.
Aidan melirik para tamu yang sedang bersantai dengan pandangan bertanya yang sepertinya tidak luput dari pengamatan Robert karena pria itu berkata “kami merasa hari ini sebaiknya para tamu bersantai di dalam rumah saja karena sepertinya nanti akan turun hujan”
“kalau begitu kami permisi dulu untuk menyegarkan diri” kata Aidan mengangguk sekali pada Robert dan Susan lalu menarik Ruby bersamanya.
“kembalilah turun saat makan malam nanti dan ingat jangan terlalu berisik!” teriak Robert ketika mereka menaiki tangga menuju kamar mereka.
Ketika masuk ke dalam kamar wajah Ruby sudah seperti tomat matang, sangat merah karena ucapan terakhir yang diteriakkan Robert.
Aidan berbalik dan tertawa melihat wajah Ruby yang sangat merah “kau sungguh menggemaskan” katanya setelah tawanya mereda.
“aku tidak tersanjung dengan kata-katamu itu” kata Ruby yang masih kesal karena pria itu menertawakannya.
“berhentilah menekuk wajahmu atau….” Kata Aidan sengaja memotong perkataannya untuk memancing perhatian Ruby.
“atau apa?” tanyanya terlihat penasaran tapi juga kesal.
“atau kucium lagi” kata Aidan dan langsung bergerak cepat memojokkan Ruby ke dinding dan mencium wanita itu lagi dengan gemas.
“hmmmp….” Refleks Ruby langsung membalas ciuman pria itu
“kau tahu…” kata Aidan setelah mencium Ruby tetapi masih belum menjauh dari wanita itu “kurasa sesi latihan kita akan berlanjut sesuai dengan janjiku.” Dan setelah kata-kata terakhirnya itu Aidan pun melepaskan Ruby lalu berjalan ke kamar mandi dengan bersiul-siul, mendadak suasana hatinya berubah drastis.
Ruby yang masih berdiri di tengah ruangan pun menghanpiri pinggiran ranjang dan terduduk di sana “ya ampun, ya ampun! Kenapa aku malah membalas ciuman pria itu! Arkh….” Dengan malu ia menguburkan wajahnya di Kasur.
***
Sialan, akan wanita jalang itu malah lebih dekat dengan Aidan! Lihat saja akan kubuat dia tidak bisa tertawa lagi…
Emily tersenyum licik tanpa sadar saat pikiran itu melintas di kepalanya.
“berhentilah membuat kekacauan” kata Nathan dengan lelah. Ia lelah mengikuti kehendak Emily yang selalu egois, ia akan berhenti andai saja ia tidak berhutang budi dengan keluarga wanita itu. Gara-gara Emily persahabatan yang terjalin antara ia dan Aidan terputus padahal Aidan adalah satu-satunya teman yang sungguh-sungguh tulus berteman dengannya.
“apa maksudmu?” tanya Emily dengan wajah polos.
“aku tahu kau yang membuat Ruby tercebur di danau dan entah bagaimana kau mengetahui kalau wanita itu tidak bisa berenang.”
“lalu? Kau ingin melaporkanku…?” tantangnya tahu bahwa pria itu tidak akan melaporkan perbuatnnya karena kesetiaannya pada keluarganya.
“kau tahu aku tidak akan melaporkannya” kata Nathan dan disambut senyuman puas wanita itu.