Aidan merasa permainan ini menarik, ia dapat dengan bebas menggerayangi Ruby tanpa mendapatkan pukulan atau teriakkan. Dengan perlahan ia menelusuri lengan atas wanita itu hingga pergelangan tangannya yang halus dan tidak ada apa-apa di sana.
Lalu tanpa sengaja buku-buku jarinya menyentuh sekilas payudara wanita itu dan membuat tubuh Ruby tersentak. Dan entah setan mana yang hinggap di tubuhnya sehinngga membuat tangannya bergerak dan kembali menyentuh kedua payudara wanita itu kali ini sedikit berlama-lama di payudaranya kemudian meremasnya sekali sebelum meluncur turun ke perutnya yang datar dan semakin turun hingga hampir mencapai daerah intimnya.
***
Ruby kesulitan untuk tetap berdiri tegak karena sentuhan memabukkan itu tetapi ia langsung tersadar saat tangan itu merayap semakin ke bawah "hei perhatikan tanganmu" bisiknya tajam ketika dilihatnya Susan maupun Robert sedang tidak melihat.
"aku memperhatikan kok...hmm..mungkin lebih tepat merasakan.." gumamnya dengan diiringi tawa pelan dan kembali membuat Ruby geram karena tangan pria itu masih bergerak seakan menggerayanginya.
Entah berapa lama pria itu terus menggerayanginya hingga dua dari empat peserta sudah menyelesaikan permainan "hei tolong cepat selesaikan permainan ini hanya tinggal satu peserta lagi." Bisik Ruby risih, tidak sengaja tatapannya bertabrakan dengan tatapan tajam Emily yang sudah menyelesaikan permainan. Wanita itu menatap benci padanya.
Mendengar itu Aidan pun menjadi serius walaupun sedikit menyesal karena ini harus berakhir. Dan dalam beberapa detik saja ia sudah menyelesaikan permainan itu. Sebenarnya bisa saja ia segera mengakhiri permainan hanya beberapa menit setelah permainan dimulai karena tubuh wanita itu merespon dengan sangat lugu, hingga ia bisa mengetahuinya dengan mudah. Saat ia tadi mencapai daerah leher Ruby ia merasakan wanita itu menjadi antusias dan aura yang dikeluarkan wanita itu seakan mengatakan "ya di sana!" membuatnya harus menahan kekehannya.
"jadi yang kalah dalam permainan ini adalah Raymond dan Nadine" kata Susan mengumumkan.
Dan masih tersisa tiga pasangan yang akan memperebutkan perkebunan itu.
***
Ruby bangun dari ranjang dan memperhatikan Aidan masih tertidur nyenyak di sebelahnya sudah beberapa hari ini mereka tidur bersama dengan bantal yang masih tetap diletakkan ditengah-tengah sebagai pemisah walaupun Aidan selalu menggodanya karena tetap menaruh bantal di antara mereka.
Setelah selesai mandi Ruby segera keluar kamar dan menghirup udara segar karena hari masih sangat pagi baru jam 6 pagi ketika ia melihat jam tangannya dan memutuskan kalau tidak ada salahnya ia melihat danau itu lagi sekalian mencari bukti yang mungkin tertinggal.
Ia berjalan menuju danau sambil memperhatikan rerumputan mencari-cari sesuatu namun seperti yang diduganya, hasilnya nihil karena ia telat beberapa hari untuk menyelidiki "shit!" umpat Ruby.
Dan entah kenapa bukannya berbalik pergi ia malah masuk ke semak-semak yang berada tidak jauh dari danau, di sana dapat melihat dengan jelas danau itu dan sepertinya akan mudah bila mendorong seseorang yang sedang berada di tepi danau seperti ia beberapa hari lalu kemudian bersembunyi lagi di sini.
Dengan pikiran itu Ruby yakin orang yang mendorongnya bersembunyi di sana, ia pun mencari di sekitar daerah itu melihat apakah ada barang bukti yang tertinggal di sana walaupun keadaan semak yang hanya diterangi seberkas cahaya matahari yang masuk dari sela semak-semak lebat membuatnya susah untuk melihat.
"Ruby!" teriak suara yang sudah dikenalinya itu "Ruby" panggil suara itu lagi
"ck" Ruby mendecakkan lidahnya kesal dan ketika ingin membalikkan tubuhnya keluar dari semak lebat itu ia melihat sesuatu berkilau terkena cahaya yang masuk
"apa itu" kata Ruby dan mengambil benda berkilau itu yang ternyata adalah sebuah anting emas "pelakunya adalah wanita" gumamnya.
"Ruby!"
"iya, iya" seru Ruby lalu dengan cepat memasukkan anting itu ke saku celana jins-nya dan menghampiri Aidan yang sedari tadi memanggilnya.
"apa sih, dari tadi..." kata Ruby kesal.
"kenapa kau pergi dari kamar" kata Aidan marah
"bosan" jawabnya singkat
"kau bisa membangunkan aku lalu kita akan berjalan-jalan" kata Aidan masih dengan nada marah tetapi raut wajahnya sudah mulai tenang.
"sorry" kataRuby yang tidak ingin memperpanjang masalah " aku tidak enak membangunkanmu, kulihat kau tidur pulas."
"lain kali jangan pergi sendirian lagi" kata Aidan
"oke" kata Ruby dan diam-diam menyilangkan jarinya.
"kau tidak bohong kan" tanya Aidan curiga karena wanita itu langsung mengiyakan tanpa protes
"tentu saja tidak!" seru Ruby berpura-pura tersinggung.
"baiklah anggap saja aku percaya padamu"
Tunggu! 'anggap saja percaya padanya?"
Cih dasar pria arogan, bossy, tukang perintah!, umpat Ruby jengkel.
Aidan melihat ke sekitarnya seakan baru menyadari dimana mereka sekarang "sedang apa kau di sini?" ia mengerutkan keningnya.
Ups.
"aku sedang berjalan-jalan saja, melihat bunga-bunga di sini" kata Ruby mengalihkan matanya dari pria di hadapannya itu dan melihat padang bunga di dekat mereka.
"biar kutemani" kata Aidan
"ya ampun! Aku bukan anak kecil yang jatuh di tempat yang sama tau!" kata Ruby kesal karena sikap Aidan yang menurutnya tidak masuk akal.
"bukan itu maksudku. Aku hanya lelah dan sekedar ingin berjalan-jalan menikmati suasana" katanya menampilkan ekspresi lelah
"oh...sorry" kata Ruby menyesal karena ia mengetahui bahwa beberapa hari terakhir ini Aidan sibuk dengan urusan kantornya dan sering tidur malam karena pekerjaannya itu.
Mereka berjalan menikmati suasana dalam keheningan yang damai lalu tiba-tiba terdengar suara memekik membuat Ruby kaget dan memeluk Aidan "sorry, itu tadi refleks" kata Ruby ketika tahu suara tadi berasal dari tupai yang lewat.
"tidak apa-apa" kata Aidan tetapi tidak melepaskan pelukannya.
"hmmm...bisa kau lepaskan" kata Ruby melihat lengan pria itu yang memeluk pinggangnya.
"bukankah lebih nyaman seperti ini, anggap saja ini salah satu pelajaran kita yang belum selesai." Aidan mendekatkan keningnya hingga menempel di kening Ruby dan menatap dengan intens mata wanita itu.
"eh uhmmm..." Ruby menjadi salah tingkah ditatap seperti itu dan jantungnya mulai terasa seperti habis berlari keliling kompleks, berdetak dengan cepat hingga terasa hampir menyesakkan.
"tapi kau kan...." Kata-kata Ruby terpotong
"ssshh..." lalu Aidan mencium wanita itu dengan lembut
Ruby yang masih kaget hanya bisa membelalakkan matanya sampai Aidan mengangkat kepalanya dan berkata dengan nada geli "tutup matamu" bisiknya lalu mencium bibir Ruby lagi yang kali ini memejamkan mata.
Kali ini dalam ciuman Aidan ia merasakan sesuatu yang berbeda dari ciuman pria itu sebelumnya, lebih lembut dan penuh perasaan yang sulit untuk diartikan Ruby. Mereka berciuman dengan intensitas yang semakin meningkat hingga mereka terpaksa harus melepaskan diri untuk mengambil napas.
Terengah-engah Aidan menatap wanita di depannya yang terlihat masih terpengaruh dengan ciuman mereka tadi dan matanya masih berselimut kabut gairah.
"ayo kita kembali" ajak Aidan lalu menggenggam tangan Ruby dengan mesra.
***