“sudah kuingatkan bukan, jangan campuri urusanku!” teriak Emily pada pria itu yang hanya berdiri diam.
“kau sudah keterlaluan” kata Nathan akhirnya setelah beberapa menit keheningan setelah teriakan wanita itu.
“jangan coba-coba memberitahuku apa yang bisa dan tidak bisa kulakukan! Dasar anak sampah!” seru Emily dengan amarah yang terpancar dari seluruh tubuhnya. “kalau bukan karena ayahku yang mengadopsimu kau pasti sudah berada di tumpukan sampah itu!”
Nathan hanya berdiri tenang di sudut dan menatap wanita yang selama dua puluh tahun ini dilayaninya dan ia merasa waktu yang dilaluinya selama ini cukup untuk menebus kebaikan ayah Emily karena sudah menampungnya selama ini “kurasa sudah cukup semua ini. Aku pergi” kata Nathan yang sudah berbalik menuju pintu.
“oke…pergi saja sana. Dasar anak jalanan tidak tahu diuntung!” bentak Emily “dan jangan campuri urusanku!” tambahnya sambil berteriak.
Nathan tidak menjawab apapun hanya bunyi pintu ditutup dengan pelan saja yang menjadi jawaban balasan.
***
Bersandar pada pagar kayu di dekat kandang kuda Nathan merenung menatap rumput-rumput hijau yang terhampar luas di depannya “tidak perlu mengendap-endap” katanya saat terdengar suara rumput yang terinjak di belakangnya.
“sepertinya kau sedang banyak masalah” kata Aidan yang ikut bersandar di pagar di sebelah Nathan.
“untuk apa kau di sini? Bukankah kau tidak ingin berhubungan denganku lagi?” kata Nathan masih tidak menatap mantan temannya itu.
Aidan terdiam beberapa saat mendengar itu dulu ia memang berkata seperti itu karena terbawa emosi tetapi akhirnya ia sadar setelah bertemu Ruby, wanita yang berhasil mengambil hatinya tanpa disadari oleh wanita itu sendiri dan sekarang ia ingin memperbaiki pertemanan mereka seperti dulu “aku ingin melanjutkan pertemanan kita” kata Aidan
Saat Nathan masih terdiam dan tidak menjawab Aidan pun melanjutkan “aku sadar kejadian dulu cukup membuka mataku akan sifat asli Emily”
Ya, Aidan memang akhirnya sadar akan sifat asli wanita itu saat tanpa sengaja di suatu pesta ia bertemu dengan Emily lagi dan tidak sengaja mendengar obrolan wanita itu dengan Nathan yang mengatakan sesuatu tentang ‘rencananya yang gagal’ dan ‘pria bodoh brengsek’. Awalnya Aidan cukup kaget dengan sifat Emily itu karena selama mereka berteman sampai berpacaran wanita itu cukup berhasil menyembunyikannya dengan menjadi wanita yang lembut dan perhatian.
“kau bahkan tidak mengetahui setengah dari kebusukannya” gumam Nathan
“apa?” tanya Aidan karena tidak mendengar gumaman pria itu.
“tidak…tidak apa-apa, jaga saja wanitamu baik-baik” kata Nathan yang lalu pergi meninggalkan Aidan meresapi kata-katanya berusan.
“kau yang….” Kata Aidan
Jadi Nathan yang memberikan peringatan-peringatan itu?!
***
“baiklah sudah saatnya kita melanjutkan permainan dan sepertinya permainan ini akan menjadi permainan terakhir kita yang berarti eliminasi kali ini langsung dua pasangan” kata Susan setelah selesai makan malam.
Mendengar itu mereka langsung menatap Susan meminta penjelasan “begini…” Robert memulai “karena kami akan memulai perjalanan kami minggu depan untuk pergi mengelilingi dunia kami ingin masalah ini segera tuntas” jelas Robert.
“ehm…” Susan berdehem mengembalikan fokus para tamu pada wanita itu “karena itu untuk kali ini permainan yang akan dimainkan akan lebih rumit. Kalian akan ditugaskan untuk mencari suatu barang dengan masing-masing petunjuk akan diberikan bila kalian sudah ada di tempat-tempat itu.” Ia menyerahkan tiga peta rumah itu dengan masing-masing pasangan
