Aku menghela napas panjang, memperhatikan Kim Taehyung yang sedang sibuk mengumpulkan kayu bakar untuk kebutuhan kemah. Padahal, api unggun sudah dinyalakan lima belas menit yang lalu. Ia beralasan kalau kita harus pergi mencari kayu baru sebelum api unggunnya mati.
"Byul, arahkan senternya ke sini."
Aku menurut, menyorotinya dengan cahaya lampu senter agar ia tidak kesulitan memilih kayu.
Setelahnya, aku terlarut dalam lamunanku sendiri. Kupikir, ini adalah kemah pertamaku. Sejak masuk ke SD dan SMP, aku tidak pernah sekali pun diijinkan mengikuti acara semacam ini. Karena apalagi kalau bukan karena ibu yang terlalu khawatir padaku.
"Ah, sudah selesai. Uh, itu terlihat seperti ranting yang panjang! Wah ini-AKH!" pekik Taehyung, seolah membanting pikiranku untuk kembali ke dunia nyata.
Aku mengarahkan senterku ke segala arah dan tidak menemukan Taehyung di mana pun. Aku panik. Kaki-kakiku mulai melangkah untuk mencari keberadaannya. Sebenarnya, aku tidak takut. Hanya saja, aku takut pria ceroboh itu terluka.
"Taehyung! Kim Taehyung!" panggilku, namun hanya suara rintihan yang kudapat.
"Byul! Aku di sini!"
Itu suara Taehyung. Aku mencoba melangkahkan kedua kakiku menuju ke sumber suara. Namun, yang kudapat hanya puluhan pohon tinggi yang tidak bisa kuhitung jumlahnya.
"Kim Taehyung! Taehyung-AKH!"
Aku memekik begitu kencang ketika kakiku terpeleset dan tubuhku sempat melayang sebelum akhirnya jatuh dengan begitu mengenaskan di atas tanah. Karena kejadian itu, kakiku sakit luar biasa.
"Byul-ah! Kau tidak apa-apa?"
Aku meraba-raba permukaan tanah di sekitarku dan menemukan senter yang tergeletak dekat dengan tangan kiriku. Aku lantas mengarahkan senter yang masih menyala itu ke segala arah. Aku terkejut begitu mendapati tubuh Taehyung tergeletak tak jauh dari tempatku berbaring.
"Taehyung!"
Aku mencoba bangkit, begitu pula dengan Taehyung. Lantas kami saling berjalan menghampiri satu sama lain. Aku dengan kakiku yang pincang dan Taehyung dengan tubuh yang sedikit membungkuk.
"Kau tidak apa-apa?" tanyanya, menyentuh kedua bahuku dan memperhatikan tubuhku dari atas sampai ke bawah.
Aku mengangguk lemah.
"Tentu. Kau sendiri?"
Taehyung menghela napas lega, kemudian melepaskan cengkeramannya pada kedua bahuku. Pria itu lantas tersenyum, seolah meyakinkanku bahwa semuanya akan baik-baik saja.
"Aku tidak apa. Hanya saja, punggungku terbentur batu tadi," ujarnya, menyentuh punggungnya yang membuat ia harus berjalan membungkuk.
Aku memperhatikan kemeja tipis yang ia pakai dengan pandangan khawatir. Punggungnya bisa benar-benar terluka jika ia memakai kemeja setipis itu. Sebenarnya, yang bodoh di sini itu aku. Aku tidak memakai jaket, jadi Taehyung memberikan jaketnya untuk kupakai.
"Pakai kembali jaketmu," ujarku, mencoba melepaskan jaket hitam yang sedang kupakai.
"Eiy, aku tidak membutuhkannya," ujar Taehyung, menahan tanganku.
Dalam keadaan seperti ini pun, Taehyung masih saja tersenyum. Padahal, kuyakin saat ini dia sedang merasa risau karena memikirkan jalan keluar dari hutan ini.
"Punggungmu terluka. Kau harus pakai ini," ujarku bersikeras.
Namun Taehyung malah menarik rasleting jaketnya sampai leherku.
"Yang penting kau tidak kedinginan. Ayo cari jalan keluar dari hutan ini," ujarnya, berjongkok di depanku.
Aku mengerutkan alis, mengira Taehyung berjongkok untuk mengistirahatkan kedua kakinya yang mungkin mulai terasa lelah. Aku sempat khawatir karena saat kusorot tadi, terdapat banyak goresan luka di kaki Taehyung.
KAMU SEDANG MEMBACA
vbyul.
Short StoryDilihat dari sudut pandang mana pun, Kim Taehyung tetaplah pria gila yang senang menggangguku dengan tingkahnya yang konyol-mirip anak gorila yang minta dihajar. Dia itu menyebalkan. Tidak jelas. Bodoh. Sepertinya semua sifat buruk terdapat dalam di...