Spring Day

3.5K 461 42
                                    

Musim semi.

Aku sungguh menyukai ini. Dan yang lebih membuatku senang adalah fakta bahwa musim semi pertama jatuh pada hari minggu. Ini membuatku merasa tenang. Hari minggu tanpa belajar, tanpa beban, dan tentunya tanpa kehadiran Kim Taehyung.

"Seharusnya aku menandai hari ini sebagai hari terbaikku," gumamku, tersenyum pada indahnya mentari pagi.

Aku membuka jendela kamarku, kemudian menatap langit yang mulai berubah cerah. Udaranya sejuk sekali. Untungnya rumahku terletak berjauhan dengan jalan raya yang penuh dengan polusi.

Na nagateun ae
Na na na nagateun ae~

Aku melirik kepada ponsel yang tergeletak di atas meja belajar. Aku lantas mengambil ponsel tersebut, lalu mendesah kasar ketika nama seseorang terpampang jelas di sana. Heol. Dasar bayi kera.

"Apa?" tanyaku sebagai pembuka percakapan.

'Hei, kenapa nadamu jadi ketus seperti itu? Kau marah padaku?'

Aku memutar bola mataku.

"Ya. Sangat."

Terdengar suara decakkan keras di seberang sana.

'Ah, aku sudah kebal diperlakukan seperti ini, asal kau tahu. Ah, ya. Ayo lari pagi. Aku menunggumu.'

"Tidak mau."

'Eiy, kulihat perutmu membuncit kemarin. Mari olahraga bersama. Aku tidak suka melihat perut pacarku yang buncit.'

Pandanganku turun kepada perutku yang biasa-biasa saja. Dasar pembohong. Perutku masih rata dan dia masih mencoba membodohiku.

"Perutku tidak buncit dan aku bukan pacarmu."

'Ya, ya. Calon pacar.'

"Taehyung, aku benar-benar tidak ingin pergi. Jadi, kau jangan pernah mengancam."

Pria di sebrang sana malah terkekeh. Otomatis membuat alisku bertaut dan raut wajahku langsung berubah kesal. Sepertinya, pria ini senang sekali melihatku marah. Aku jadi ingin menjambak rambutnya.

'Kau harus pergi, Byul. Aku bahkan sudah meminta izin pada ibumu. Ya, 'kan Eomonim?'

'Tentu. Yebyul, pergilah. Pria ini pria baik-baik. Kuharap dia bisa jadi menantuku.'

Bahuku merosot begitu mendengar suara riang ibu. Itu berarti, Taehyung sudah ada di rumahku. Dan sialnya, dia bertemu ibu. Ya. Dia bertemu ibuku dan aku tidak tahu apa yang sudah ia katakan pada ibu sampai ibu mau-mau saja anaknya dibawa pergi oleh seekor bayi simpanse.

"Aku akan keluar."

Aku menutup telepon. Dengan langkah kesal, aku berjalan menuju lemari dan mengeluarkan jaket abu dan celana hitam yang longgar, pakaian olahraga. Ini gila. Aku benci olahraga.

Setelah memakainya, aku keluar dari kamar dan berjalan tergesa menuju ke lantai bawah. Sialan. Dapat kulihat, Kim Taehyung sedang duduk santai di sofa. Begitu matanya menemukanku, ia langsung memasang raut wajah sumringah sembari menggoyang-goyangkan ponsel.

"Ayo pergi, Yebyul," ujarnya, menyeringai.

Aku mendengus, kemudian pergi ke dapur.

"Ibu, apa kau baru saja membiarkan anakmu diculik oleh pria asing?" tanyaku sebal.

Ibu malah tersenyum sambil mengelus lembut puncak kepalaku. Ia lantas mengambil tanganku, menggenggamnya dengan erat. Kemudian ia menunduk, menatap tanganku.

"Dia sangat mirip dengan ayahmu, Nak. Lagipula, dia bilang kau adalah temannya. Ibu harap hubungan kalian baik-baik saja. Ibu sungguh percaya bahwa dia dapat menjagamu seperti ayahmu menjaga ibu dahulu."

vbyul.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang