Aku menghapus sudut mataku yang berair. Astaga, mengapa aku jadi secengeng ini? Tapi, mungkin itu wajar. Taehyung tak kunjung bagun selama 3 hari dan itu membuat semua orang khawatir, termasuk aku.
Aku takut dia mati, sungguh.
"Byul, kau boleh pulang. Biar bibi saja yang menjaga Taehyung."
Nyonya Kim masuk ke dalam ruang rawat inap Taehyung dengan wajah letih. Sehabis bekerja, mungkin. Aku sungguh kasihan melihatnya. Dia terlihat seperti ibuku yang selalu pulang larut karena menjual sayur-sayuran di pasar atau mengantarkan kue kepada pelanggan.
"Tidak apa, Bi. Bibi pulang saja. Aku yang akan menjaga Taehyung. Bibi terlihat letih, jadi harus banyak beristirahat," ungkapku.
Nyonya Kim tersenyum haru lalu mengelus rambutku dengan lembut. Ia lantas memelukku sebentar sebelum menghapus air matanya yang baru saja mengalir.
"Terima kasih, Yebyul. Kau gadis yang sangat baik. Tolong jaga Taehyung untukku."
Pelukannya terasa hangat seperti pelukan ibuku, aku sangat menyukai ini. Setelahnya, Nyonya Kim berbalik dan menghilang ditelan pintu. Aku kembali duduk di dekat ranjang Taehyung.
Oh, lihatlah pria ini. Dia nampak seperti seekor simpanse sekarat. Wajahnya pucat, bibirnya kering, dan aku baru sadar kalau dia juga punya tahi lalat kecil di hidungnya. Kalau dipikir lagi, Taehyung hanya bersikap menyebalkan untuk menarik perhatianku. Dia sebenarnya hanyalah pria yang suka bermain-main.
"Cepatlah buka matamu, Kim Taehyung."
..
..
Aku membuka kedua mata dengan perlahan. Mataku mengerjap menatap ruangan Taehyung yang nampak gelap. Seingatku, aku tidak mematikan lampu tadi. Lantas, siapa yang mematikannya?
"Kau sudah bangun?"
Tubuhku menegang begitu mendengar suara yang 3 hari terakhir selalu menghantuiku dengan perasaan bersalah. Aku kembali mengerjap merasakan tanganku digenggam oleh sesuatu yang terasa dingin.
"Yebyul," panggilnya.
Dan aku baru sadar kalau aku tidur di atas ranjang. Oh, tolong jangan katakan bahwa aku tidur di atas ranjang rumah sakit bersama dengan Taehyung. Tapi kenyataannya memang begitu, sungguh. Aku jadi ingin menangis mengingat perasaan khawatir yang sudah berubah lega hanya karena mendengar suaranya.
"Kau tidak apa?" tanyanya.
"Tanganmu dingin," lanjutnya.
Aku sedikit mendongak dan terkejut mendapati raut wajah lemah Taehyung yang sedang tersenyum. Aku sungguhan ingin menangis melihatnya.
"T-tae-hyung ...."
Aku masih belum mempercayai ini. Taehyung bangun, Taehyung tersenyum kepadaku, dan Taehyung tidak mati.
"Apa kau merindukanku?" tanyanya, parau.
Cepat-cepat aku mengubur wajahku di bawah dagunya. Tanganku sudah melingkar manis di pinggang Taehyung saat aku memeluknya sambil menahan tangisan. Aku benar-benar khawatir kepadanya. Dan aku sungguh terharu ketika mendapati dirinya masih bisa tersenyum dalam kondisi lemah seperti ini.
"Hei, jangan menangis."
Sialan, suara isakanku malah terdengar oleh Taehyung. Padahal, aku sudah menyembunyikannya baik-baik.
Taehyung balas memelukku sembari mengelus lembut kepalaku.
"A-aku ... aku sangat khawatir."
"Tenang saja. Aku sudah tidak apa-apa, berkatmu."
Pelan-pelan, aku melepaskan pelukan hanya untuk bersimuka dengannya, menatapnya dengan wajahku yang sembab karena air mata.
"Berkatku?"
Taehyung mengelus lembut pipiku sambil tersenyum manis. Astaga. Jangan katakan kalau aku sungguh merindukan perlakuan manisnya ini.
"Aku hanya bisa melihat wajahmu bahkan saat aku tidak sadarkan diri. Kau terlalu mendominasi diriku, Yebyul. Aku hidup karenamu dan aku bertahan karenamu."
Taehyung mengusap air mataku dengan lembut menggunakan ibu jarinya. Kami berdua bertatapan cukup lama sebelum akhirnya Taehyung mendekatkan wajah. Dekat dan dekat sampai bibirnya menyentuh keningku dengan lembut.
"Aku sangat merindukanmu," bisiknya.
Aku mengangguk dan kembali memeluknya.
"Aku juga. Kau tahu betapa khawatirnya aku? Kupikir kau akan mati, jadi aku sangat merasa bersalah."
Taehyung terkekeh, lantas mengeratkan pelukannya.
"Aku senang kau mengkhawatirkanku. Tolong katakan siapa yang menang kali ini."
Diam-diam, aku tersenyum.
"Kau yang menang. Aku sudah mengejarmu saat tubuhmu dibawa oleh ambulance."
Dia mencium puncak kepalaku dengan lembut, lantas menarik selimut sampai menutupi tubuh kami berdua. Well, ranjang ini cukup sempit tapi dapat menampung tubuhku dan Taehyung. Tolong jangan katakan bahwa tubuhku terlalu kecil.
"Baiklah. Ayo kembali tidur."
"Hm. Selamat malam, Kim Taehyung."
"Sekarang sudah pukul dua pagi, sayang."
"Baiklah. Kalau begitu, selamat pagi, Kim Taehyung?"
Dia terkikik, lantas menaruh dagunya di atas kepalaku.
"Selamat tidur, sayangku."
Well, itu terdengar cukup manis di telingaku.
.
.
.Preview : VByul 11 : (FH)
"Ya. Jangan biarkan pangeran kita menunggu!"
"Hei! Haksaeng! Haksaeng!"
"Ya. Aku takut kalau kau melarikan diri ke pria lain."
.
.
.
.
.
.
.
.
.THE END
KAMU SEDANG MEMBACA
vbyul.
Short StoryDilihat dari sudut pandang mana pun, Kim Taehyung tetaplah pria gila yang senang menggangguku dengan tingkahnya yang konyol-mirip anak gorila yang minta dihajar. Dia itu menyebalkan. Tidak jelas. Bodoh. Sepertinya semua sifat buruk terdapat dalam di...