Moon Star : Confession

3.6K 477 44
                                    

Kata orang, sebanyak apapun bintang gemintang yang terhimpun dan diberkati oleh galaksi, sesilau apapun pancaran cahaya yang dipantulkan mentari untuk bintang yang tak dapat terjamah dari bumi, tetap tiada dapat membandingi presensi yang acapkali menarik hati. Di antara jutaan bintang di atas sana, pasti ada yang paling terang, bukan? Ada yang paling menarik, bukan? Akan tetapi, seseorang yang kita cintai tampak lebih terang dari bintang yang menghiasi.

Aku memandangi bintang-bintang di atas sana dengan decakkan. Baru menyadari kalau aku sering sekali melewati kesempatan ini. Bintang itu indah, apalagi kala ditemani oleh rembulan. Bukankah mereka lengkap? Aku juga ingin seperti itu. Aku ingin merasa lengkap. Jika aku adalah bintang, maka aku butuh rembulan.

"Byul?"

Aku sedikit menoleh ke belakang. Kemudian kembali memfokuskan pandangan ke atas sana. Lagipula, itu hanyalah Kim Taehyung, apa yang perlu dipermasalahkan? Dia datang dengan membawa dua kaleng soda. Kini kami berada di atap sekolah. Awalnya hanya aku, tetapi tak lama setelah itu dirinya ikut bergabung bersamaku.

"Untukmu," ujarnya setelah mengambil tempat untuk duduk di sampingku.

Aku menerimanya sambil mengulum bibir. Belakangan ini kami jarang bicara berdua. Ujian akhir semester sudah dekat dan aku mulai fokus belajar. Dan jangan tanya mengapa, tapi kupikir Taehyung pun mulai fokus pada ujiannya. Itu melegakan. Aku hanya tinggal menunggu apakah aku berhasil mendidiknya sebagai guru privat atau tidak.

"Akh!"

Sontak aku memekik. Ringisan pun tak bisa terloloskan manakala mendapati jari telunjukku mengeluarkan darah saat aku mencoba membuka kaleng soda. Aku tidak tahu kapan, tahu-tahu tangan Taehyung sudah ikut menyentuh tanganku. Kulihat dia ikutan meringis sembari meniup-niup lukaku dengan hati-hati. Sedang aku hanya bisa mengernyit. Kemudian, tak lama setelahnya, pandangan kami bertemu. Dia menatapku tajam, lantas jemari lentiknya bergerak menyentil keras keningku yang tertutupi rambut. Sontak aku kembali memekik, menatapnya tidak percaya.

"Byul bodoh."

Aku masih tidak bisa mengatupkan rahangku ketika dia berkata begitu. Astaga. Apa dia baru memukul keningku? Maksudku, dia menyakitiku?! Sekarang lihatlah, dia malah sibuk sendiri dengan saku blazernya.

"Jangan sok kuat, aku tidak suka. Jangan sok bisa, aku lebih tidak suka lagi. Kalau kau tidak bisa, katakan saja. Jangan memaksakan diri dan berakhir seperti ini," ujarnya perhatian sembari memasangkan plester bermotif bintang kuning pada jari telunjukku.

Aku menghela. Mendadak sentimental akan aksara yang baru saja ia semat di udara. Dia baru meremehkanku, bukan?

"Apa maksudmu?" tanyaku langsung.

Dia memandangiku sebentar sebelum akhirnya menghela sambil berdecak. Kemudian, satu sentilan lagi mendarat mulus di keningku, dan itu mau tak mau harus membuatku memekik lagi. Dia ini berniat menyembuhkan atau melukaiku, sih?!

"Byul. Mulai sekarang, berhenti menganggapku sebagai orang lain. Aku selalu ada di sampingmu, jika kau lupa. Aku tidak mengharapkan apapun, sungguh. Aku hanya ingin kau mau berbagi denganku. Entah itu masalahmu atau apa yang tidak kaukuasai. Aku juga tidak pernah menyakitimu. Jadi kau bisa percaya padaku."

Aku mendecih, lalu menunjuk keningku sambil berujar, "Tidak pernah menyakiti katamu? Lantas yang baru kaulakukan tiga puluh detik yang lalu itu apa?"

Taehyung nampak membuka mulutnya, kemudian memainkan lidahnya di dalam sana. Setelahnya, dengan gerakan cepat, lengan kekarnya menyentuh leherku, kemudian membawa kepalaku mendekat.

Cup!

Satu kecupan mendarat di keningku dengan begitu mulusnya. Ini sudah beberapa minggu setelah terakhir kali dia menciumku. Walaupun tidak di bibir, tapi sensasinya sama saja. Membuatku gugup dan berdebar. Sungguh aku benci sensasi menggelikan ini. Setelah beberapa saat terdiam, akhirnya kuberanikan diri untuk menatap manik matanya lagi.

vbyul.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang