Aku turun dari punggung Taehyung begitu kami sampai di perkemahan. Tiga puluh menit yang lalu, Taehyung memaksaku untuk naik ke punggungnya. Padahal, aku tahu bahwa dia mungkin akan lebih sakit lagi dari ini.
"Ke mana siswa yang lain?" tanyaku kepada Hyemi, siswi yang baru keluar dari tendanya.
"Mereka pergi untuk menyalakan kembang api di tempat yang tidak terlalu banyak pohon. Aku tidak ikut karena menjaga tenda."
"Oh, terima kasih."
Dia pergi dengan membawa ember beserta senter, berniat mencari air mungkin.
"Punggungku sakit."
Aku menghela napas begitu Taehyung merengek layaknya seorang anak kecil yang baru saja terjatuh dari sepeda. Dengan segera, aku menarik tangannya untuk kemudian berjalan ke tengah-tengah tenda.
"Tendamu yang mana?" tanyaku.
Dia tersenyum, ah tidak, dia baru saja mencengir.
"Di sebelah tendamu," ujarnya ringan, tanpa dosa.
Aku memutar kedua bola mataku dengan malas, lalu berjalan mendahuluinya untuk memasuki tenda hijau yang ia maksud. Di dalamnya, kudapati hanya ada dua tas punggung. Sepertinya tenda ini berisi dua orang saja.
"Siapa yang satu tenda denganmu?" tanyaku begitu ia masuk.
"Min Yoongi," ujarnya lalu duduk tepat di hadapanku.
Tenda ini berisi dua orang, pantas saja terasa agak sempit. Aku lantas mengedarkan pandanganku, berusaha mencari keberadaan kotak obat yang biasanya disediakan oleh senior di tiap tenda.
"Di mana kotak obatnya?" tanyaku.
Dia menunjuk tas hitam yang berada di sebelahku.
"Di dalam tasku."
Aku membuka rasleting tas hitam itu dan mendapati kotak obat yang kucari. Aku lantas mengeluarkan kotak obat itu, kemudian menarik rasleting sampai tasnya tertutup kembali. Kualihkan pandanganku ke depan dan kudapati Taehyung sedang menatapku sambil tersenyum.
"Jangan tersenyum seperti itu. Kau terlihat seperti orang gila."
Aku menatapnya dengan tatapan aneh sebelum akhirnya membuka kotak obat. Dia tersenyum sebentar sebelum mengalihkan pandangan kepada kotak obat yang sedang kubuka.
"Aku buka bajuku, ya."
Sontak aku langsung menatapnya dengan tatapan terkejut. Dia ... membuka baju? Maksudnya?! Aku jadi takut sekarang. Apalagi, kulihat tenda ini sudah ditutup rapat dengan rasleting. Astaga, aku terjebak.
"Yang terluka 'kan punggungku. Jadi, kau mana bisa mengobati punggungku kalau aku masih memakai baju," jelasnya, menyelesaikan kesalah pahamanku.
Baiklah. Aku sempat meneguk ludahku dengan kasar sebelum mengangguk, membolehkannya untuk membuka pakaiannya. Ketika pria itu mulai menyentuh kancing kemeja kedua, dia menatapku. Aku terkejut, ketahuan kalau aku sedang mengintip.
"Bisakah kau lepaskan semua kancing pakaianku? Tanganku tergores pisau saat membunuh ular tadi."
Kedua mataku sontak melebar mendengarnya. Aku hendak menolak, tapi tidak jadi ketika aku mulai memikirkan nasib tangannya yang terluka. Baiklah. Ini tidak buruk.
"Ini hanya karena tanganmu terluka."
Perlahan, aku meraih kancing kemejanya. Dengan perasaan gugup, aku melepaskan kancing kemeja keduanya tanpa mau mendongak untuk melihat reaksi Taehyung saat aku melakukannya.
"Jangan pikirkan yang macam-macam. Kalau kau terus bersikap menggemaskan seperti ini, nanti giliranku yang bisa melakukan hal yang macam-macam padamu."
Aku meneguk ludahku dengan kasar, kemudian mendongak, hanya untuk melihat wajah tampan Taehyung yang begitu mempesona saat tersenyum kecil. Baiklah, ini lebih baik daripada tatapan mesumnya saat di perpustakaan bulan lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
vbyul.
Short StoryDilihat dari sudut pandang mana pun, Kim Taehyung tetaplah pria gila yang senang menggangguku dengan tingkahnya yang konyol-mirip anak gorila yang minta dihajar. Dia itu menyebalkan. Tidak jelas. Bodoh. Sepertinya semua sifat buruk terdapat dalam di...