-Elina Desma Gloria-
"Omg !! Kalian liat cowok yang disana ? Ganteng banget kan ?" Seruku sambil menunjuk ke meja yang berada di pojok kantin ini.
"Elina, seriously ? Jangan bilang kamu akan mendekati cowok itu juga." Ucap Larisa, salah satu sahabatku.
Aku memberikan cengiran khas diriku sebagai jawabannya.
"Kamu kapan kapoknya sih. Jika kamu mendekatinya dan dia menolakmu juga, maka dia akan menjadi cowok ketiga dalam daftar cowok yang menolakmu dikampus ini." Ucap Ayu memperingatkanku. Dia sahabatku juga. Nama lengkapnya Puspa Ayu Hapsari. Dan dia tidak mau dipanggil dengan nama Puspa.
Aku mengerucutkan bibirku. "Bisa tidak sih tidak mengingatkanku soal itu." gerutuku.
Dan mereka berdua sontak tertawa.
Aku semakin mengerucutkan bibirku. Mereka berdua memang benar. Aku sudah ditolak oleh dua orang pria yang kusukai di kampus ini.
Pria yang pertama bernama Ivander Adley. Dia seangkatan denganku. Aku menyukainya saat masa orientasi. Dia tinggi, badannya sedikit kurus, memiliki warna kulit kecoklatan, serta mata berwarna coklat.
Aku tipe perempuan yang tidak bisa menyembunyikan rasa sukaku. Kepada siapapun itu, termasuk kepada Ivan, nama panggilannya.
Aku mulai mendekati Ivan dengan perlahan. Memberinya sedikit perhatian lebih, mencari tahu semua kesukaannya hingga mencari tahu apa saja kegiatannya. Dan itu berlangsung hingga dua bulan.
Namun setelah dua bulan berlalu dia mulai memperlihatkan rasa tidak sukanya terhadapku. Entahlah, aku rasa aku tidaklah jelek. Aku tinggi, kulitku kuning langsat. Rambutku juga lurus dan berwarna coklat, aku memang sengaja mewarnai rambutku.
Aku tau dia mencoba menjauhiku, namun dengan bodohnya aku malah menyatakan perasaanku kepadanya.
Dan kalian tau apa jawabannya ?
Yap. Dia menolakku.
Tanpa alasan.
Pria kedua bernama Gian Aditya. Dia senior dikampusku. Aku tidak sengaja melihatnya sedang bermain basket di lapangan kampus saat itu.
Dia tinggi, kulitnya berwarna putih, badannya atletis sekali, mungkin karena dia sering berolahraga. Aku langsung terpesona begitu saja saat melihatnya memasukkan bola basket ke ring ditambah dengan badan atletisnya yang berkeringat.
He's so hot !
Sama seperti saat mendekati Ivan, aku juga melakukan pendekatan terhadap kak Gian. Ya, aku memanggilnya kakak karena dia adalah seniorku.
Kak Gian merespon baik semua perlakuanku untuk mendekatinya. Dia sangat ramah walaupun memiliki wajah yang sangat tampan, menurutku.
Namun sayangnya, tiga bulan setelah mendekatinya, dia baru mengatakan kalau dia memiliki kekasih. Mereka sudah menjalin hubungan selama tiga tahun. Dan kak Gian sangat mencintai kekasihnya tersebut.
Aku kembali patah hati.
Aku tersadar dari lamunanku saat ada yang menoyor kepalaku.
"Sakit tauk !"
"Siapa suruh ngelamun. Ayo kekelas, sebentar lagi Bu Aini masuk." ajak Risa yang di angguki oleh Ayu.
Aku melihat jam di pergelangan tanganku. Sekarang pukul satu lewat dua puluh menit, dan itu berarti waktu kami tinggal sepuluh menit lagi.
"Bentar lagi dong. Sayang banget makhluk seindah dia di anggurin begitu saja." Ucapku seraya menopang dagu dengan kedua tanganku dan memandang ke arah pria tampan yang berada di pojok kantin. Dia sedang melahap makan siangnya.
"Elina Desma Gloria !" panggil Risa dan Ayu serempak.
Aku menghela napas pasrah. "Oke fine." Ucapku sambil mengangkat kedua tanganku.
Jika diantara kami ada yang dipanggil nama lengkapnya, itu berarti harus mengalah. Sebelum yang lainnya mengamuk.
Aku beranjak dan mulai mengikuti kedua sahabatku yang berjalan menuju kasir di kantin. Sembari mereka membayar pesanan mereka, aku menyempatkan mencuri pandang ke arah pria itu.
Sial. Aku tertangkap basah.
Dia ternyata juga sedang menatapku. Dan yang membuatku mematung ditempat adalah , dia mengedipkan sebelah matanya.
Astaga.
Aku malu sekali.
Aku sontak memalingkan wajahku. Jangan sampai dia melihat wajahku yang memerah karena malu.
"Elin. Kenapa dengan wajahmu ? Kamu terlihat gugup." Ayu menatapku dengan curiga.
"Hah ? Aku baik-baik saja." Ucapku berkilah.
Aku buru-buru membayar makanan yang kupesan tadi. Setelah itu menarik Ayu dan Risa menjauh dari sana.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Love me, please
General FictionSeperti yang kau bilang sembilan tahun yang lalu. Aku tidak pantas untukmu. Jadi sekarang, menjauhlah dari hidupku. -Elina Desma Gloria- *** "Aku minta maaf. Sungguh. Aku menyesal." -Gavin Devon Adelard-