Part 13

13.8K 790 5
                                    

Elina Desma Gloria

"Bulan depan mahasiswa kamu pada libur kan ? susulin aku ke Bali dong." Ucap Justin sambil terus menyetir.

Kami dalam perjalanan menuju Bandara. Hari ini Justin akan kembali ke Bali. Aku menawarkan diri untuk mengantarkan Justin ke Bandara sekalian menjemput Ayu, sahabatku yang hari ini akan datang.

Selama Justin berada disini, aku sering menghabiskan waktu bersamanya. Kami menyempatkan makan siang bersama, makan malam bersama dan jalan-jalan ke berbagai tempat.

Justin memperlakukanku dengan sangat baik, dia bahkan bisa dikategorikan sebagai pria romantis. Bagaimana tidak, selama seminggu ini dia selalu membawakanku bunga saat datang menjemputku. Aku bahkan sampai bingung harus meletakkan dimana bunga-bunga tersebut.

Sejujurnya, aku ingin sekali bisa bersikap layaknya sebagai seorang kekasih kepada Justin. Namun aku belum bisa, perasaanku kepada Justin masih seperti biasa saja. Layaknya seperti teman dekat atau...sahabat mungkin.

"Liat bulan depan deh ya. Gak janji tapi." Jawabku sambil mengirim pesan singkat kepada Ayu.

"Iya sayang." Ucap Justin sambil mengelus kepalaku.

*****

"Gak bisa lebih lama lagi nyampenya ? nunggu aku jamuran dulu gitu." Sindir Ayu saat aku mendekatinya.

Aku memberikan cengiran lebarku. "Sorry deh, macet tau."

Ayu mendengus. "Alesan doang paling. "

Aku tertawa melihat wajah kesal Ayu.

"Hai Ayu. Apa kabar ?" Sapa Justin kepada Ayu.

"Hai Justin. Baik. Kamu apa kabar ?"

"Aku baik."

"Jadi kapan traktiran jadiannya ?" Ayu menaikturunkan alisnya.

Aku memelototkan mataku kearah Ayu. Dasar ember ! gak bisa jaga rahasia sama sekali. Padahal aku sudah mengingatkannya untuk tidak membahas masalah ini di depan Justin.

Justin tertawa kecil. "Nanti ya pas aku balik ke Jakarta lagi." Ucap Justin sambil tersenyum.

"Tin, kayaknya kamu harus check-in sekarang deh." Ucapku yang diangguki oleh Justin.

"Aku balik ya, baik-baik disini, jaga kesehatan dan jaga hati kamu. Nyampe Bali aku kabarin lagi." Justin mengusap pelan kepalaku.

Aku mengangguk-ngangguk sambil tersenyum. "Safe flight". Ucapku.

"Yu, aku berangkat dulu ya." Pamit Justin kepada Ayu.

"Safe flight Tin." Balas Ayu.

Justin kembali menoleh kearahku. Dan tanpa kusangka-sangka dia mengecup pipiku sekilas. Bisa dipastikan pipiku merona saat ini, secara banyak sekali orang disini, ditambah lagi dengan ekspresi Ayu yang melihatku sambil senyum-senyum tidak jelas.

"Sampai jumpa lagi, sayang." Ucap Justin lalu mulai melangkah untuk segera check-in. Aku melambaikan tangan sambil tersenyum.

"Kamu pinter banget aktingnya." Ucap ayu yang berdiri di sebelahku.

Aku menoleh dan mengerutkan dahiku. "Maksudnya ?"

"Mungkin kamu bisa boongin Justin. Tapi kamu gak bisa boongin aku. Kamu gak cinta sama Justin kan ?"

Aku menghela napas berat. "Terlihat banget ya ?" tanyaku, lebih kepada diri sendiri.

"Lin, aku gak mau bilang apa yang kamu jalanin ini salah karena buat aku, jika kamu memang bahagia ya silahkan saja. Tapi, aku gak ngeliat kamu bahagia sama sekali. Kamu malah terlihat lebih tertekan. Kamu terlihat memaksakan diri untuk membalas perasaan Justin."

"Aku sedang berusaha Yu." Ucapku pelan.

"Berusaha apa ? Menghancurkan hati kalian berdua ?" Ayu menghela napasnya. "Lin, yang aku liat Justin sayang banget sama kamu. Dan yang aku liat juga, kamu masih sayang sama..."

"Yu, jangan sebut nama dia, please." Ucapku menyela pembicaraan Ayu.

"Sampai kapan Lin ? sampai kapan kamu lari dari masalah ? Sampai kapan kamu pura-pura bahagia ? Kadang, orang yang telah memberikan kita luka adalah orang yang akan menyembuhkannya juga."

Suara ponselku yang berdering menghentikan obrolan kami. Dan aku sangat berterimakasih kepada si penelpon. Karena aku tidak sanggup lagi menahan ocehan Ayu yang benar semua.

"Halo Ris." Sapaku kepada si penelpon. Yang menelpon adalah Rissa.

"Ayu udah sampe ?" Tanya Rissa.

"Udah, kita kesana sekarang ya."

"oke. Bye."

"bye."

Aku mematikan telepon lalu mengajak Ayu untuk segera berangkat menjemput Rissa. Kami akan menghabiskan waktu bersama hari ini.

"Jalan sekarang yuk, Rissa udah nungguin."

"Seneng pasti ada yang nyelamatin dari ocehan aku."

Aku tertawa pelan lalu menarik tangan Ayu.

"Udah ah. Jangan ngomel mulu."

Kami lalu melangkah meninggalkan bandara bersama-sama.

Bersambung

Love me, pleaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang