Korban berinisial SN tersebut, ditemukan tewas dengan beberapa luka dari benda tumpul di kepala serta tusukan garpu di kedua payudaranya. Sampai saat ini, polisi masih belum menemukan pelaku pembunuhan. Berdasarkan pengakuan dari tetangga, korban sering pulang tengah malam dalam keadaan mabuk.
"Wah, lo kudu hati-hati, Vin." Age menepuk pundak Levin, membuat ponsel yang sedang ia pasangi LCD jatuh ke karpet.
"Kampret." Levin mengumpat kesal, ia terpaksa mengulang pemasangan LCD-nya dan mengecek lagi, apa ada kerusakan yang ditimbulkan atau tidak.
"Lo lihat mayatnya, Vin?" Maya angkat bicara, karena sejak tadi sibuk mengurus laptop yang perlu ganti keyboard.
Levin diam, ia fokus memasang baut-baut pada bagian bawah ponsel. Walaupun ia ingin sekali menjawab, tetap saja mulutnya memilih bungkam. Kejadian semalam sudah membuatnya tejaga sampai pagi. Bahkan ia sempat tidur di ruang Service sebelum semua karyawan datang.
"Ah, cewek yang kayak gitu, mah, resiko mati dibunuhnya lebih gede." Age berujar sambil membongkar tablet pc yang sudah dua hari tergeletak di rak.
Levin berhenti, ia mencerna kalimat yang Age ucapkan barusan. Seingatnya, Sarah bukan perempuan murahan yang mau tidur dengan para Om-Om kelaparan. Mungkin, Sarah memang sering pulang dalam keadaan mabuk, iya, semabuk apapun Sarah, ia akan tetap pulang walaupun berakhir tidur di koridor karena lupa password rumah.
"Sarah itu perempuan yang kuat mabok." Levin bergumam, tapi masih bisa di dengar oleh Maya dan Age.
Mendengar gumaman itu, Maya dan Age melempar pandangan lalu menatap tak percaya pada Levin. Sadar dirinya sedang diperhatikan, ia membalas tatapan kedua rekan kerja sekaligus teman baiknya itu.
"Tiap hari Sarah selalu pulang tengah malam, entah mabok atau enggak. Kalaupun mabok, dia bakal tetap pulang." Levin menjelaskan.
"Tahu darimana lo?" Sahut Age.
"Karena gue selalu pulang diatas jam sebelas. Gue tiap hari ketemu, tuh, cewek." Jawab Levin.
"Lo naksir dia? Kok yakin banget?" Maya bertanya dengan tatapan penuh selidik.
Levin diam. Ia tidak menyukai perempuan itu, hanya saja, rasanya aneh kalau Sarah tiba-tiba dibunuh.
______
Setelah memastikan barang-barangnya masuk ke dalam ransel, ia segera memakai hoodie berwarna navy kesayangannya dan mengambil tiket bus yang tergeletak di atas meja kerja. Dipandanginya tiket tujuan Karawang atas nama Renata Dewantari tersebut, sebelum akhirnya menghela nafas dan menyandang ransel sambil beranjak keluar.
"Pulang, Ta?" Sapa Jihan, penghuni kamar yang pintunya berhadapan dengan pintu kamar Nata.
Nata mengangguk tersenyum, "titip, ya? kalau ada apa-apa, aku dikabarin."
"Siap. Hati-hati, ya." Jihan tersenyum dan melambaikan tangannya setelah Nata berjalan pergi.
Menuruni tangga ke lantai tiga, Nata sempat kaget karena suara pintu yang dibuka. Sejak ditemukannya mayat Sarah semalam, ia jadi paranoid melewati lantai tiga. Apalagi, Levin sempat mengatakan kalau Nata harus berhati-hati mulai sekarang, entah apa maksudnya.
Ia berbelok dan berjalan pelan, melewati lorong lantai tiga. Pintu unit milik Sarah dipasangi garis polisi dan ... sepertinya garis itu masih terpasang rapi semalam.
Bruk!
Nata berhenti tepat di depan pintu unit Sarah. Ia mendengar jelas suara benda jatuh dari dalam. Jika diperhatikan, garis polisi yang terpasang sudah terlepas satu dan tiga lainnya yang menutup pintu masih menempel dengan baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
TS[2] : SHADOW
Mystery / ThrillerTime Series [2] : SHADOW He's not a vampire, not a night ghost. Just a Shadow. ••• RAYREBLUE Present ; SHADOW A Paranormal-Thriller Story. Copyright @April 2017