"Iya, ini konektornya yang kena. Kalau dicharge sering nggak masuk?" Levin bertanya sambil membongkar bagian belakang ponsel berlogo Oppo di penutup belakangnya.
"Sering, Mas. Perlu diganti berarti, ya?" Perempuan berseragam SMA itu memperhatikan Levin. Nada suaranya terdengar begitu menyebalkan ditelinga Levin.
"Iya, mau diganti?" Levin bertanya tanpa memandang perempuan yang duduk di depannya—hanya dibatasi oleh etalase berisi smartphone terbaru dari LG dan Sony.
"Mau, gantiin isi hati saya juga, saya mau." Jawaban perempuan berseragam SMA itu membuat Levin tersenyum tipis.
"Saya panggilin tukang servicenya sebentar, ya." Levin beranjak, naik ke lantai dua dan menyeret Age yang baru saja selesai memasang speaker dari ponsel lama keluaran Samsung.
"Apa, sih?" Age menarik tangan Levin agar lepas dari kerah belakang bajunya.
"Gantiin gue." Levin mendorong Age ke dekat etalase tempat si perempuan berseragam SMA menunggu.
Age mendecak sebal dan merebut ponsel di tangan Levin, ia menatap kesal Levin sebelum akhirnya menghampiri perempuan tersebut.
Levin tidak mempedulikan pandangan kecewa dari perempuan berseragam SMA yang make upnya mirip dengan ibu-ibu mau kondangan itu. Ia naik ke lantai dua, mengambil dimpet dari ransel.
"Gue males mau keluar. Nitip, boleh?" Maya bertanya sambil bersandar di kursi dan kakinya mendorong ke meja, kursi empuk singgasananya itu berputar.
Levin mengangguk, menunggu perempuan yang rambutnya diikat sembarangan itu menyebutkan pesanan makan siangnya.
"Bakmie spesial Pak Tarjo aja, deh, yang deket." Maya melempar lipatan uang dua puluh ribu dan ditangkap dengan baik oleh Levin di ambang pintu yang langsung menuju tangga.
"Es teh, ya?" Levin memastikan Maya juga memesan minuman yang selalu ia beli saat makan siang.
"Yoi!" Maya berseru setelah Levin berbalik dan berjalan turun.
Perempuan berseragam tadi melirik Levin yang keluar dari toko. Bukan sombong, hanya saja dandanan anak SMA yang jelas-jelas masih kelas satu itu mengganggu Levin, ia hanya risih, dan Age adalah satu-satunya orang yang suka sekali melayani pelanggan model begitu.
Warung bakmie Pak Tarjo tidak jauh dari tempatnya bekerja, hanya sekali belok di perempatan lalu menyebrang di pertigaan Barga Raya Swalayan, sesudah toko sepatu adalah warung sederhan Bakmi Pak Tarjo yang cukup terkenal di kalangan para pegawai sekitar Micro Gadget Store and Service.
Levin berjalan, memperhatikan para pejalan kaki yang kali ini lebih ramai dari biasanya. Matanya tertuju pada sosok perempuan yang berdiri di tepi jalan, menatap kosong ke depan. Pemandangan yang tak pernah terlewatkan oleh Levin dimanapun.
Buk!
Levin menoleh saat bahunya ditabrak. Laki-laki berjaket hitam dengan tudung yang menutupi kepala, berjalan cepat tanpa melihat Levin yang ditabraknya. Penasaran dan merasa tidak asing, Levin mengikuti laki-laki itu. Entah kenapa ia merasa pernah melihat postur tubuh laki-laki itu, jaket hitam dan gayanya saat berjalan juga terasa tidak asing.
Laki-laki itu berjalan lebih cepat, tahu kalau Levin mengikuti. Semakin cepat dan menerobos kerumunan yang menunggu lampu pejalan kaki menyala hijau. Tanpa sadar, Levin ikut menerobos dan lampu pejalan kaki menyala hijau. Ia berhenti di tengah, memperhatikan sekitar dan berusaha mencari laki-laki berjaket hitam yang lenyap entah kemana.
"Sialan." Umpatnya setelah ingat kalau laki-laki tadi adalah laki-laki yang sama dengan pemilik Samsung Galaxy S3—ponsel yang disetrum Age karena sudah terlalu lama tidak dipakai.
KAMU SEDANG MEMBACA
TS[2] : SHADOW
Mystery / ThrillerTime Series [2] : SHADOW He's not a vampire, not a night ghost. Just a Shadow. ••• RAYREBLUE Present ; SHADOW A Paranormal-Thriller Story. Copyright @April 2017