"Bangsat lo, Bang!"
Laki-laki berseragam putih abu-abu itu melayangkan tinjunya ke wajah orang yang dipanggilnya Abang — kakak kembarnya.
D. Himawan tercetak di badge name sang kakak.
"Nata berhak milih!"
Satu tinju kembali melayang menghantam rahangnya. Ia tersungkur tepat saat perempuan berseragam sama dengan mereka, berteriak dari arah kantin lalu berlari menghampiri.
"Mundur, Ta!" Teriak laki-laki yang menghajar kembarannya tanpa ampun.
Bukannya mundur, perempuan itu justru menarik kerah belakang laki-laki yang siap melepaskan bogem mentahnya sekali lagi. Tanpa rasa takut, Nata —si perempuan dengan rambut kuncir kuda— menyelipkan kaki kanannya di antara kedua kaki si laki-laki dan menghantamkan siku ke dada. Laki-laki yang menghajar kembarannya sendiri itu terjungkal, punggungnya menghantam lantai lapangan cukup keras.
"Aku punya hak untuk memilih."
Sekali lagi, Levin bangun pagi buta dengan keringat membanjir. Ia beranjak, menyalakan lampu kamar dan duduk di tepi ranjang.
Nata. Akhirnya, nama itu masuk dalam mimpinya, bercampur dengan masa lalu arwah laki-laki yang mengganggunya belakangan ini. Ia punya sebutan baru untuk sosok itu ; arwah penguntit Nata.
Levin mengusap wajahnya dan beranjak keluar kamar. Age tidur di atas karpet bulu tebal dengan selimut yang menggulung tubuhnya, sementara Damar meringkuk di dalam sarung, menguasai sofa sendirian. Levin mengambil remote di coffee table, mematikan televisi yang menampilkan rerun pertandingan MMA kemarin malam.
Disambarnya handuk yang tergantung di dekat jendela ruang tengah, mandi adalah pilihan terbaik saat ini. Kepalanya penuh dengan berbagai pertanyaan tanpa jawaban.
Matanya terpejam, membiarkan air dingin dari shower membasahi rambut sampai kakinya. Tanpa perlu membuka mata, ia sudah tahu kalau di belakangnya ada sosok perempuan berwajah hancur dan tangan kiri yang putus sedang berdiri mengamati —hal yang paling dibencinya saat sedang mandi.
D. Himawan, ia ingat, nama itu muncul dalam mimpinya. Nama salah satu dari sepasang murid laki-laki kembar dari masa lalu arwah penguntit Nata. Sosok itu memang punya hubungan dengan Nata, dan Levin semakin ingin tahu.
"Lo nantangin gue? Mau sampai kapan berdiri di situ? Untung aja ini kamar mandi, kalau di luar, udah gue bacain Yasin, lo!" Seru Levin, kesal karena arwah perempuan bertubuh berantakan itu tak kunjung menghilang.
Tak ada respon. Aura kehadirannya tetap terasa dan Levin ingin sekali melempar botol shampoo andai arwah itu bisa dilempari barang-barang.
"Mesum lo!" Teriak Levin pada akhirnya. Ia tidak tahan dan berbalik, membalas tatapan mata putih yang tajam itu.
"Pergi nggak, lo?" Ancamnya dengan gayung di tangan kanan yang siap ia lempar—walaupun tidak ada efeknya karena arwah itu tembus di sentuh.
Tanpa diduga, arwah perempuan itu membagi kejadian kecelakaan yang menimpanya. Motor matic keluaran Yamaha, ringsek terjepit bemper belakang truk dan bagian depan Avanza. Tak lama, motor dan Avanza putih tersebut meledak sebelum korban di evakuasi. Tak berhenti di sana, dua orang yang terjepit menjerit sampai suara mereka lenyap akibat ledakan yang kedua.
Levin terhuyung, punggungnya membentur dinding di samping shower. Arwah perempuan bertubuh berantakan itu perlahan berubah. Wajah bekas terbakar dan penuh nanah itu perlahan kembali ke wujud normalnya, tangan kirinya yang putus perlahan terbentuk kembali. Sosoknya kembali seperti manusia biasa yang baru saja meninggal.
KAMU SEDANG MEMBACA
TS[2] : SHADOW
Mystery / ThrillerTime Series [2] : SHADOW He's not a vampire, not a night ghost. Just a Shadow. ••• RAYREBLUE Present ; SHADOW A Paranormal-Thriller Story. Copyright @April 2017