| DUA

2.6K 384 10
                                    

Dingin menusuk tubuhnya sampai ke tulang. Sakit menyerang kepala saat ia mencoba membuka mata. Diperhatikannya sekitar, pecahan gelas yang berserakan di lantai dekat tempat tidur membuatnya kembali mengingat kejadian terakhir kali sebelum pingsan.

Sosok laki-laki yang mengikuti Nata masuk ke rumahnya dan membagi masa lalu mengerikan padanya. Levin beranjak duduk, kepalanya masih terasa pusing saat menyadari jam dinding menunjukkan pukul tiga dini hari.

"Levin!"

Ia tahu persis siapa pemilik suara teriakan dari balik pintu rumahnya tersebut.

"Masuk, Ge! Nggak dikunci." Sahutnya.

Pintu Flat dibuka, menampakkan Age yang datang dengan wajah panik bercampur kaget begitu melihat pecahan gelas berserakan dan Levin yang terduduk lemas di dekat meja kerja.

"Lo ngapain aja seharian? Abis mabok lo? Perkosa cewek?" Rentetan pertanyaan bodoh Age membuat Levin melempar teman baiknya itu dengan ransel di kursi dan ditangkap oleh Age dengan baik.

"Anak-anak nyariin lo dari pagi. Handphone lo nggak bisa dihubungin, gue cari tadi sore ke sini, lo nggak jawab tapi tetangga lo yang cakep itu bilang kalau lo ada di dalam."
Levin berharap bisa menyumpal mulut Age yang mirip bebek itu dengan kaos kakinya.

Levin menghela nafas dan berpegangan pada kursi lalu berdiri. Ia masih sempoyongan, kejadian singkat kemarin malam menyalakan kembali kepekaan tubuhnya dan sukses membuat ia jatuh tak sadarkan diri lebih dari 24 jam.

Age mengambil air putih ke dapur, kembali dan membiarkan Levin meneguknya. Ia menunggu penjelasan Levin atas apa yang sebenarnya terjadi sampai dokter gadget kebanggaan Dion itu tidak masuk kerja tanpa alasan.

"Gue nggak tahu gimana harus jelasin, gue yakin lo bukan tipe orang yang percaya sama mistis." Jelas Levin yang kemudian menyalakan lampu rumahnya dan ganti baju ke kamar mandi.

"Mistis? Maksud lo apaan?" Sahut Age.

Levin tak menjawab. Ia keluar dengan kaos putih dan celana pendek hitam selutut, dilemparnya baju ke keranjang cucian di samping lemari.

"Mistis apanya? Jawab, heh!" Age melempar Levin dengan kaleng sprite kosong yang sejak tadi dipegangnya.

"Gue abis lihat setan." Jawaban Levin justru membuat tawa Age meledak. Tanpa disadari oleh kawannya itu, sosok perempuan bergaun hitam berdiri di belakangnya. Levin mengumpat dalam hati. Ia hanya ingin berhenti melihat para arwah itu sehari saja, andai bisa.

"Di belakang lo ada cewek pakai gaun hitam. Lo boleh ketawa sampai puas." Levin berujar dan beranjak ke dapur. Perutnya sedang mengadakan konser hardcore sekarang.

"Bangsat lo, Vin!" Age terbirit ke kamar tidur Levin dan menyalakan speaker aktif, memutar lagu dari album Future Hearts milik All Time Low keras-keras.

Kali ini, dibiarkannya Age masuk ke kamar tidur, tak peduli kalau suara berisik dari speaker aktif bisa mengganggu tetangga lainnya. Levin hanya ingin arwah-arwah itu tidak muncul sementara.

Pingsan selama lebih dari 24 jam membuat perutnya sakit karena tidak terisi. Setelah memasak nasi goreng dari sekotak nasi hangat yang dibawa Age, Levin segera membagi masakannya menjadi dua piring dan meletakkannya di cofee table ruang tengah. Hidung Age sensitif pada wangi masakan, jadilah laki-laki itu menyantap nasi gorengnya lebih dulu sementara Levin sibuk mencari ponsel.

18 Missed Call.
8 Whatsapp Messages.
3 Unread Messages.

Dari semua notifikasi itu, hanya panggilan telepon dari Liana yang diperhatikannya. Ia beralih ke aplikasi Whatsapp dan membuka pesan dari Ibundanya tersebut.

TS[2] : SHADOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang