Sampai saat ini, Polisi masih menyelidiki kasus hilangnya Dokter Muda berinisial DP tersebut.
Levin bersandar di sofa, memejamkan mata dan membiarkan ingatannya berseluncur bersama masa lalu laki-laki si penguntit Nata. Potongan masa lalu itu ia rangkai dan nama D. Himawan menjadi satu-satunya petunjuk untuk mengetahui apa hubungan si pembunuh 'Shadow' dengan kematian si laki-laki bernama D. Himawan tersebut.
"Kamu boleh mampir ke sini, kapanpun."
Suara tawa dan ucapan itu membuat pikiran Levin buyar.
"Jaga kesehatan, Jum'at aku jemput jam tujuh."
Suara laki-laki. Levin membuka mata dan beranjak ke pintu depan, ia tidak pernah sekalipun mendengar Nata bicara dengan laki-laki yang bukan penghuni Flat, apalagi sampai bicara di depan pintu. Levin sengaja keluar dan berpapasan dengan Nata—tentu saja bersama laki-laki yang tadi bicara.
"Pacar, Ta?" Pertanyaan itu tak bisa ditahan dan meluncur manis dari binir Levin.
"Bukan, dia sahabatku waktu SMA," Nata memandang teman laki-lakinya, "Ga, ini Levin. Tetanggaku."
"Rega." — "Levin."
Keduanya berjabat tangan."Aku duluan. Thanks buat hari ini, Ta." Rega mengusap puncak kepala Nata dan berjalan pergi.
"Sok cool banget temen lo." Levin memandang Nata yang sibuk dengan ponselnya.
"Vin, kamu curiga nggak, sih, sama — astaga! kepala kamu kenapa?" Nata memperhatikan perban yang membalut bagian atas telinga kanannya.
Levin menahan tangan kanan Nata sebelum menyentuh perbannya, "panjang ceritanya."
Nata menatap mata Levin, beberapa detik sebelum akhirnya ia menghela nafas, "udah makan? Aku mau masak mie goreng telur."
"Tumben nawarin." Cengiran Levin dibalas lirikan tajam oleh Nata sebelum keduanya masuk ke Flat yang ditempati Nata.
Nata meletakkan sling bagnya di sofa, membiarkan Levin ikut ke dapur walaupun ia tidak yakin tetangganya yang berwajah melelehkan hati itu bisa membantunya memasak. Baru meraih dua bungkus mie goreng instant di kabinet atas, Levin kembali menahan pergelangan tangan Nata. Laki-laki itu berada tepat di belakangnya.
"Gimana kalau lo mandi, terus gue yang masak? Kebetulan di rumah gue nggak ada yang bisa dimasak dan lo nawarin makan, jadi gue berbaik hati masakin mie goreng spesial." Levin menaik turunkan alisnya saat Nata berbalik. Perempuan itu hanya mengerjapkan mata dan mendorong Levin hingga mundur beberapa langkah.
Sementara Nata pergi ke kamar tidurnya, Levin berkutat dengan dapur. Alasannya menerima tawaran masuk dan makan di rumah Nata bukan karena ia lapar, tapi karena ia butuh informasi tentang arwah laki-laki itu. Nata punya hubungan dengannya dan Levin harus tahu paling tidak beberapa persen dari cerita sebenarnya tentang si D. Himawan ini.
Prang!
Levin tersentak dan berbalik. Matanya terpaku pada arwah penguntit Nata yang sudah berdiri di dekat kompor—entah bagaimana bisa ia menjatuhkan teflon.
Dering ponsel dari arah ruang tengah membuat arwah itu lenyap dan Levin menunda acara masaknya. Ponsel Nata yang ada di dalam sling bag berdering. Tak lama Nata keluar dengan rambut basah dan t-shirt yang dipakai terbalik. Levin hanya mengerjap dan memutuskan memperhatikan ke arah lain—rasanya aneh melihat perempuan dengan rambut basah seperti itu.
"Halo, Mbak?" Nata berjalan masuk ke kamar tidurnya, menutup pintu.
Levin berbafas lega dan kembali ke dapur. Ia celingukan, mencari arwah laki-laki dengan nama belakang Himawan tersebut dan sayangnya, ia benar-benar lenyap.
KAMU SEDANG MEMBACA
TS[2] : SHADOW
Mystery / ThrillerTime Series [2] : SHADOW He's not a vampire, not a night ghost. Just a Shadow. ••• RAYREBLUE Present ; SHADOW A Paranormal-Thriller Story. Copyright @April 2017