| DELAPAN BELAS

1.6K 282 19
                                    

Levin masih tidak bisa memejamkan mata, ia duduk di samping ranjang Chesa sementara Adiknya itu sudah tidur sejak satu jam lalu.

"Rega ngincer gue!"
Suara Age di telepon kemarin terus bersarang di kepalanya. Shadow, kalau benar pembunuh itu adalah Rega, apa alasannya jadi psikopat seperti itu? Dia tidak punya kelainan kepribadian, dan kenapa Tanu belum juga menangkap Shadow padahal pembunuh itu sudah selangkah di depan mata?

"Kenapa belum tidur, Nak?" Levin menoleh, Bundanya baru kembali dari kamar mandi.

Levin hanya tersenyum, "Levin keluar sebentar, ya?" ia beranjak dan meninggalkan Bundanya yang duduk di sofa.

Pikirannya masih kacau karena Age dan Shadow. Tak ada pilihan selain menghubungi Age lagi. Ia menyalakan ponsel yang sengaja dinonaktifkan sejak berangkat ke Semarang kemarin. Beberapa pesan Whatsapp dan notifikasi berita muncul, telunjuknya mencari chat terakhir Age yang masuk. Temannya itu hanya mengirim lokasi dan pesan bahwa ia benar-benar butuh bantuan Levin.

"SMA Darma Bangsa?" Gumamnya saat membaca lokasi yang dikirimkan Age.
Kenapa SMA lama itu? Bukannya itu sekolah Age?

Mendadak kepalanya terasa seperti dihantam batu besar, ia ambruk ke lantai dan arwah penguntit Nata itu muncul lagi.

Rega atau Dirga? Arwah itu,

Bayangan ruang tengah penuh darah pun menutup semua yang ada di sekitarnya. Levin masih sadar tapi ia masuk ke dalam masa lalu arwah itu lagi.

Rega, Levin melihatnya berlari masuk ke rumah dan menemukan mayat orang tuanya tergeletak mengenaskan.

"Dirga! Bangsat! Dimana lo!" Teriakan itu membuat telinga Levin sakit, seolah ia benar-benar berada di sana.

Levin memperhatikan sosok Rega dengan teliti. Mata cokelat gelap itu jelas memancarkan kemarahan. Dirga muncul dari kamar Rega dengan tambang di tangannya.

"Lo bener-bener gila." Rega melangkah mundur.

Levin membulatkan mata tak percaya. Ia melihat jelas sepasang kembar identik itu sangat mirip bahkan jika Dirga melepaskan kacamatanya, mereka berdua bagai sedang bercermin. Yang membuat Levin semakin kaget adalah fakta bahwa arwah yang selama ini datang mengganggunya bukanlah arwah Dirga melainkan Rega. Rega yang sudah tewas bunuh diri karena paksaan Dirga entah bagaimana caranya. Semuanya semakin jelas saat bayangan Dirga tersenyum puas karena berhasil memalsukan kematiannya sendiri. Walau gagal membunuh Tara karena Age yang datang menyelamatkannya, Dirga yang kini sudah berubah menjadi Rega pun harus menerima hukuman penjara sebagai Rega. Seringai itu terlihat saat ia diseret masuk ke mobil polisi.

Semua bayangan itu lenyap, menyisakan Levin yang terduduk di lorong rumah sakit, badannya penuh keringat dan wajahnya pucat.

Yang gue lihat selama ini bukan arwah Dirga tapi arwah Rega. Kematian Dirga dipalsukan dengan identitas Dirga yang disematkan pada tubuh Rega yang gantung diri. Dirga hidup, Dirga yang hidup selama ini, Dirga yang menderita Multi-Identitiy Disorder dan tidak menjadi dirinya sendiri melainkan memerankan peran Rega si pembunuh Shadow. Cara membunuh target utamanya adalah dengan memancing orang terdekat target, membunuh orang-orang disekitarnya dan menyeret orang lain untuk jadi umpan.

Gue umpannya, target utamanya adala Age. Hubungannya dengan korban yang lain adalah mereka semua pernah ada di kehidupan Rega sebagai temen-temen yang deket sama dia, itu sebabnya dia gampang membunuh para korban. Dirga iri dengan kehidupan Rega adalah salah satu penyebab Dirga memutuskan untuk berubah menjadi Rega dan memalsukan kematiannya sendiri.

"Dirga yang hidup selama ini," gumam Levin yang tidak sanggup berdiri.

______

TS[2] : SHADOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang