| DUA PULUH (EPILOG)

1.7K 308 20
                                    

Rombongan pelayat sudah keluar dari area pemakaman. Tersisa Levin yang duduk di kursi rodanya, Nata yang berdiri di belakangnya dan Dion yang terisak di seberang Levin. Ketiganya berdoa lebih lama, menangis lebih lama dan berdiri lebih lama dari yang lain.

Age menghembuskan nafas terakhirnya dalam perjalanan ke rumah sakit kemarin, sementara Dirga tewas di tempat karena kepalanya hancur membentur tanah lebih dulu. Posisi mereka bertukar karena Age menarik Dirga, membuat pembunuh dengan julukan Shadow itu terjun dengan puncak kepala menghadap tanah, sementara Age jatuh dalam posisi terlentang.

Levin menyeka air matanya, ia menangis dalam diam. Age pernah mempertaruhkan nyawanya untuk Tara dan sekarang, Age kehilangan nyawa karena Levin terlambat. Ia terlambat menarik Dirga agar Age tidak terus terdorong, andai saja ia bisa mendekat lebih cepat dan mencekik leher Dirga lebih cepat, mungkin Age tidak akan tewas dengan terjun bebas dari lantai dua seperti itu.

Dion dan Nata menoleh saat Tanu datang, menuntun perempuan dengan dress putih selutut dan tongkat di tangan kirinya. Mata perempuan itu sembab, tanpa perlu dijelaskan, Dion sudah sangat mengenal perempuan yang pernah dilindungi Age setengah mati itu.

"Age," panggil perempuan itu saat berada di samping Dion dan berjongkok, meraba nisan dengan nama Ragenta Purnama.

Levin semakin dibanjiri air mata saat Tara terisak meraba bunga-bunga yang ditaburi di atas makam Age.

"Maafin saya," ujar Levin dengan suara seraknya.

"Bukan, ini salah aku yang nggak pernah ngejelasin kecurigaanku sama Dirga," jawab Tara dengan air mata yang tidak bisa berhenti mengalir.

______

"Gue balik lagi, Ge," Levin meletakkan sebuket bunga di makam Age. Ia membersihkan dedaunan kering dan menyiram makamnya dengan sebotol air yang selalu ada di samping nisan putih yang mulai kotor seiring berlalunya waktu.

Setelah menaburkan bunga, Levin berdoa sebentar. Ia tersenyum disela air mata yang mulai menggenang. Tiga bulan sudah berlalu dan semuanya begitu cepat berubah, ia masih merasa kalau Age akan datang ke counter, menghuni lagi ruang service, membeli makan malam saat lembur, Levin merasa kalau sahabat baiknya itu akan kembali.

"Ruang Service bener-bener kehilangan satu penghuni terbaik," Levin menyeka air matanya. Ia benar-benar tidak percaya kalau semuanya akan berakhir seperti itu.

"Gue masih berharap lo muncul dengan wujud lain lo, Ge." Levin tertawa, ia memang mengharapkan hal itu. Setidaknya untuk ucapan selamat tinggal.

"Dirga," Levin ingat pada perkataan terakhir pembunuh itu sebelum ai jatuh bersama Age, "dia akan tetap jadi bayangan Rega kalaupun dia hidup sampai sekarang."

Levin merasakan sesuatu yang dingin menyapa punggungnya. Tanpa perlu menoleh, ia tahu pasti kalau sosok Rega yang selama ini ia kira Dirga itu muncul. Sosok itu muncul untuk yang terakhir kalinya karena Levin mendengar suara "terima kasih" dalam kepalanya.

"Ge, gue tunggu lo di rumah." Levin tersenyum dan beranjak, meninggalkan area pemakaman bersamaan dengan sosok lain yang muncul tak jauh darinya.

_______

Hore! Tamat.
Buat yang belum ngerti alasan kenapa Dirga memalsukan kematiannya dengan membuat Rega gantung diri adalah dia mau balas dendam sama Age.

Dirga itu, orang yang paling terpukul waktu ngeliat adiknya (Tara) lahir dalam kondisi buta.

Ada yang mau tau kisah lengkap Age, Tara, Dirga dan Rega?

Btw, gue berterima kasih buat semua readers yang udh ngikutin dr prolog smpe tamat, atau bahkan yang udah baca dari seri 13DAYS, gue makasih banget banget. Tanpa kalian, gue nggak akan semangat nulis cerita ini, ga akan pede buat menjelaskan kisah Tara yang sebenernya dan kisah Levin si tukang service ganteng.

Sekali lagi terima kasih supportnya lovely readers ❤️

Bab selanjutnya, bakal ada teaser dr Korean Fanfict prtama gue. ^^

Rayreblue.

TS[2] : SHADOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang