Age memejamkan mata, bersandar di kursi, enggan bicara dengan Jihan ataupun Nata yang sejak tadi duduk bersamanya di loby kantor polisi.
Berkat panggilan telepon Damar yang tersambung dengan Tanu, teriakan-teriakan saat Damar hampir dibunuh pun terdengar, Tanu awalnya ragu tapi mendengar seruan Nata, ia akhirnya membawa tim ke Sudirman Flat dan menemukan si pembunuh dalam kondisi kepala bocor akibat lemparan vas bunga dari Age.
Age mendongak saat seseorang berdiri di depannya, Tanu menyisir rambut dengan tangan lalu memutuskan untuk duduk di samping Age.
"Dia yang membunuh Dhanu dan Widya." Kalimat singkat dari Tanu membuat Nata menatap polisi muda tersebut. Begitu juga dengan Jihan yang menutup mulut, menahan diri untuk tidak bertanya dengan suara keras.
"Kalian nggak perlu cemas, saya akan temukan Levin secepatnya." Tanu beranjak, menepuk pundak Age dan kembali ke ruangannya.
Age, Nata dan Jihan keluar dari kantor polisi. Jihan tidak bisa kembali ke Flat karena malam ini harus pulang ke Depok entah karena urusan apa. Tersisa Nata dan Age yang berdiri di parkiran, Age menunggu keputusan Nata, perempuan itu mau kembali ke Flat atau ke rumah sakit menjemput Damar.
"Aku pulang pakai taksi aja. Kamu bisa ke rumah sakit."
Age tidak menjawab ucapan Nata, ia hanya mengangguk dan masuk ke mobil, menyalakan mesin lalu keluar dari parkiran, meninggalkan Nata yang berjalan ke halte bus di depan kantor polisi.Nata tahu, sangat beresiko pulang ke Flat sendirian walaupun si pembunuh 'Shadow' sudah ditangkap berkat Damar. Ia mengecek ponselnya, tak ada satu pesan pun dari Levin, entah sejak kapan Nata jadi sangat khawatir pada tetangganya itu, yang jelas, ia ingin Levin kembali dalam keadaan sehat—menguburkan berbagai pikiran buruk kalau Levin memang diculik oleh pembumuh Shadow.
Tin—tin!
Nata mendongak, honda jazz hitam berhenti di depannya, kaca mobil perlahan turun."Rega?" Nata tidak percaya kalau Rega kembali muncul setelah menemuinya di rumah sakit tadi. Rega memastikan kalau Nata tidak bertindak bodoh sewaktu di rumah sakit, setelah itu ia pamit karena ada urusan keluarga mendadak. Sekarang sahabat lamanya itu muncul lagi.
"Ayo masuk, bahaya kalau kamu pulang sendiri." Rega tersenyum ramah.
Nata tidak bisa menolak, ia tidak mau pertemuannya dengan Rega selalu canggung dan terasa aneh mengingat masa lalu mereka berdua yang cukup buruk. Nata akhirnya masuk ke mobil, duduk di samping Rega yang mengemudi. Laki-laki itu tersenyum dan menginjak pedal gas.
Nata tidak tahu bagaimana haus memulai percakapan, kepalanya sedang dipenuhi pertanyaan-pertanyaan hilangnya Levin, bahkan ia memikirkan bagaimana bisa pembunuh itu membantai dua orang sekaligus lalu—
"Nat, kamu mikirin apa?" Rega bertanya saat mobil berhenti di lampu merah.
Nata menggeleng, "nggak ada."
"Dari wajah kamu, tuh, kelihatan ada yang ganggu pikiran kamu." Rega melirik Nata sekilas.
"Tetanggaku hilang, nggak tahu, sih, tapi dia nggak jelas ada dimana sekarang padahal —
Tiiin!!!
Brak!
Kalimat Nata terputus karena sambaran mobil dari arah kanan berhasil membuat mobil Rega berputar dan kepala Nata membentur dashboard sementara Rega sudah lebih dulu memejamkan mata akibat benturan kepalanya dengan jendela yang retak—nyaris pecah. Kecelakaan itu membuat keributan di jalan, mobil yang menyambar mobil Rega berhenti, pemiliknya menghambur keluar memperhatikan dua orang di dalam mobil yang sudah tidak sadarkan diri, kepala mereka terluka akibat benturan.
KAMU SEDANG MEMBACA
TS[2] : SHADOW
Mystery / ThrillerTime Series [2] : SHADOW He's not a vampire, not a night ghost. Just a Shadow. ••• RAYREBLUE Present ; SHADOW A Paranormal-Thriller Story. Copyright @April 2017