Bab 1

38.1K 2.1K 34
                                    

Kring...kring...kring...

Dering alarm jam beker kesayangan Nara yang demi Tuhan, ingatkan Nara nanti untuk segera menggantinya dengan nada yang lebih lembut menggema di seluruh penjuru kamar pagi ini.

Nara meraba bagian sisi kanan tempat tidur, mematikan alarm dengan sekali tekan, dan meregangkan otot-otot yang terasa sangat kaku.

Nara melirik sekilas ke arah jam beker yang baru saja dia matikan.

Hmmm baru juga jam 6 pagi....

Eh, apa?!

Nara segera turun dari tempat tidur, menyambar handuk sekenanya, dan langsung berlari ke arah kamar mandi.

Rutinitas Nara di pagi hari setelah bangun tidur yaitu, mandi, shalat, sarapan, manasin si manis -honda jazz hitam kesayangannya- , dan langsung melejit menuju kantor.

Pagi ini Nara terpaksa melewatkan rutinitas sarapannya. Meski sarapan bagi Nara artinya hanya minum air putih dan makan rebusan ubi ataupun pisang, tapi itu berguna bagi kelangsungan kehidupan Nara di kantor nanti.

Ya, Nara sudah bekerja sebagai pengendali ekosistem hutan di Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kota Bogor. Itu memang cita-cita Nara sejak masih kuliah. Kerja di daerah yang berhawa sejuk.

Meski sekarang Kota Bogor sudah tidak bisa dikategorikan sejuk lagi mengingat macet dan polusi dimana-mana yang secara otomatis meningkatkan suhu udara kota ini. Nara sendiri baru setahun disini. Tapi jangan salah, Nara juga sudah lumayan menguasai beberapa kosakata Bahasa Sunda diantaranya, neng, geulis, dan damang. Kata-kata itu sering ia dengar hampir setiap hari.

Selain Bogor, Jogja juga merupakan kota favorit Nara lainnya. Nara menghabiskan 4 tahun di kota istimewa berhati nyaman dengan setumpuk kenangan yang tak kuasa dia lupakan itu.

Bagian mana dari sudut Kota Jogja yang mudah dilupakan?

Bahkan angkringan kopi jos, sebungkus nasi kucing, dan temaram lampu GSP -Grha Sabha Pramana- UGM seakan membentuk satu kesatuan menertawakan Nara yang dengan polosnya mempercayakan hatinya untuk dijaga seseorang namun justru mengkhianatinya.

Bian namanya.

Tempat pertama kali Nara bertemu dia adalah di Jogja. Di pohon yang entah namanya apa Nara lupa. Di depan gelanggang mahasiswa UGM. Ketika hari daftar ulang mahasiswa baru.

Miris. But, life must go on kan? Nara tahu sebagian hatinya tertinggal di Jogja. Salah. Lebih tepatnya sebagian hatinya ada bersama dia.

Meski Nara tidak menampik kalau setahun ini dia bisa sedikit tenang karena memblokir semua kontak Bian dan pergi sejauh mungkin dari semua hal yang berkaitan dengan Bian.

Katakan Nara pengecut. Nara hanya menjaga diri dari kemungkinan jatuh kesekian kali.

Karena kalau sudah jatuh, berdarah, bangkitnya susah.

Nara kembali menggerutu dalam hati. Coba aja semalam dia inget hari ini Hari Senin, hari dimana setiap pagi selalu dilaksanakan apel pagi maka, dia tidak akan marathon menyelesaikan satu drama Korea yang setiap episodenya bisa berdurasi 1,5 - 2 jam itu.

Khimar segiempat yang biasa Nara gunakan sehari-hari pun telah berganti dengan khimar instan untuk menyingkat waktu.

Nara mengeluarkan si manis yang dia beli dengan hasil tabungan dari garasi kontrakan.

Di Bogor ini Nara mengontrak bersama dengan sahabatnya, Ana. Ana sahabat Nara semenjak kuliah.Nara dan Ana sama-sama tipikal perempuan yang keras kepala. Tapi percayalah, Nara paling tidak bisa marah dengan Ana.

(Un) finished Business - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang