Bab 11

17.3K 1.4K 5
                                    

Bian tahu siapa pemilik suara itu. Bagaimana tidak kalau nyatanya suara itu milik Angga, salah satu sahabat terbaiknya selain Rizky.

Mereka bertiga satu SMA namun ketika kuliah, Angga memilih masuk ikatan dinas yaitu IPDN sedangkan Bian dan Rizky memilih Fakultas Kehutanan UGM meski melalui jalur berbeda. Bian diterima lewat SNMPTN dan Rizky diterima lewat SBMPTN.

Namun bukan itu yang membuat Bian terkejut. Perempuan yang dirangkul mesra oleh Angga lah yang membuatnya shock.

Perempuan itu, Bianca atau lebih sering dipanggil Anca yang notabene penyebab kandasnya hubungan Bian dan Nara dulu.

Sedetik Angga menyerukan namanya, sedetik itu juga Bian melihat Anca langsung melepaskan rangkulan Angga dan berlari secepat yang dia bisa.

Setelah sekian lama dirinya kehilangan jejak Anca maka, ketika kali ini Tuhan mempertemukan mereka, Bian tidak akan membuang kesempatan itu dengan percuma.

Bian berlari mengejar Anca tanpa menghiraukan tatapan bingung dua orang yang ada disana.

Nara terlalu terkejut bahkan kakinya seakan menancap di depan meja kasir. Seketika Nara ingin sekali berubah menjadi amoeba. Atau paling tidak di mall ini ada pintu doraemon. Atau jubah Harry Potter juga tidak masalah.

Bian meninggalkannya tanpa memperdulikan dirinya sekaligus makanan yang belum mereka bayar.

Nara menatap nanar Bian yang sudah menghilang di belokan pertama foodcourt. Entah kenapa mood Nara seketika berada di bawah garis koordinat.

Setelah membayar makanan mereka berdua, Nara keluar dari foodcourt tanpa mempedulikan laki-laki yang tadi bersama Anca dan tatapan orang-orang yang melihat adegan telenovela tadi.

Nara berjalan dengan perasaan kacau. Pikirannya menerka-nerka banyak hal.

Kenapa Bian harus berlari mengejar Anca toh status mereka kan suami istri? Sudah sering bertemu di rumah bukan?

Kenapa Anca terlihat ketakutan bertemu dengan Bian tadi? Apa mereka sedang ada masalah?

Dan siapa laki-laki yang merangkul Anca tadi? Kenapa Bian tidak marah dengan laki-laki itu?

Apa Anca selingkuh dengan laki-laki tadi pamakanya Bian marah dan mengejar Anca?

Sepertinya opsi terakhir lebih bisa diterima akal sehat Nara. Toh itu bukan urusannya.

Nara tidak mau membuang waktu berharganya untuk pasangan serasi yang bahkan inisial namanya saja sama, Bian dan Bianca. Seakan Tuhan memang menakdirkan mereka untuk bersama.

Nara akhirnya pulang dengan ojol. Satu-satunya orang yang selalu setia dan siap sedia menjemputnya disaat orang lain mungkin tidak bisa.

Tanpa terasa air matanya menetes. Nara tidak tahu kenapa ia menangis, yang jelas saat ini yang dia butuhkan hanyalah kasur kesayangannya.

———————————————————————-

Nara menekuk wajahnya, terlihat jelas bahwa hari ini dirinya tidak bersemangat.

"Kenapa lagi lo? Kemarin ngantuk, hari ini muka lo sebelas-dua belas sama kanebo kering." desah Zia ketika Nara menghempaskan tubuhnya dengan kasar di sebelahnya.

"Apasih! Gue lagi males bercanda." pertanyaan Zia membuat Nara panas.

Padahal biasanya ia akan menanggapi godaan Zia dengan santai namun kali ini entah kenapa ia sewot setengah mati.

"Lo kenapa? Gak biasanya ambekan gini." tanya Zia.

Tanpa menjawab pertanyaan Zia, Nara bertanya, "Pak Bian sudah datang belum sih?"

(Un) finished Business - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang