Bab 6

20.6K 1.6K 2
                                    

Setelah semalam makan alpukat cokelat kocok yang dia buat sendiri, pagi ini Nara terlihat sangat bahagia.

Saking bahagianya sampai-sampai dia tidak sadar kalau di dalam lift yang dia naiki ada makhluk astral yang selama ini dia hindari.

"Apa kamu memang selalu bersemangat seperti hari ini? Atau karena hari ini kamu tahu saya akan mulai bekerja di kantor ini?"

What?

Nara tidak mau membuang-buang waktu meladeni pembicaraan yang menurutnya sangat nirfaedah ini, tentunya dari orang yang juga sangat nirfaedah baginya.

Nara menggembungkan pipinya kesal. Mendadak menyesali mengapa dia tidak melihat isi lift terlebih dahulu sebelum menaikinya.

Sudahlah. Penyesalan memang selalu datang belakangan kan? Kalau di awal ya pendaftaran.

"Kamu sariwan hari ini? Tumben diem. Biasanya sudah mengibarkan bendera perang kalau ketemu saya."

Tak tahan lagi akhirnya Nara menjawab,

"Bapak yang aneh. Saya kalem, bapak terganggu. Saya bawel, bapak juga terganggu. Pendosa ya saya di mata Bapak."

Bian hampir saja menyemburkan tawanya kalau tidak mengingat sekarang mereka berada di dalam lift dimana bukan hanya mereka berdua di dalamnya.

Ting!

Pintu lift terbuka, Nara seketika langsung pasang langkah seribu menuju kubikelnya. Sudah cukup 5 menit dia berada di lift yang sama dengan Bian.

Bian yang melihat itu menampilkan senyum tipis. Perempuan itu masih sama dengan perempuan yang dia kenal di awal masa PPSMB dulu.

Perempuan tangguh nan cerdas. Di saat perempuan lain takut dengan gertakan para komdis, Bian ingat betul hanya Nara yang berani menjawab.

Slogan perempuan itu pun masih diingat Bian sampai sekarang.

Berani karena benar, takut karena salah.

Sudah 6 tahun berlalu namun rasanya pun masih sama. Sampai detik ini Bian menyesali segala kesalahpahaman yang pernah terjadi diantara mereka berdua.

Sejak mengetahui bahwa dirinya ditugaskan menjadi Senior Analyst yang bekerja sama dengan DLH tempat Nara bekerja, Bian seolah mendapat angin segar.

Bian yakin ini kesempatan yang Allah berikan lewat semua doa-doa yang tak henti dia panjatkan.

Bukan untuk balikan. Selain faktor usia, Bian juga bukan tipe yang mau membuang waktu untuk hal yang sia-sia.

Mengenai hal itu Bian akan mengurusnya nanti. Tentunya setelah berhasil mengambil kembali hati Nara dan menyelesaikan kerjasama mereka.

Bian sampai di depan ruangan yang nantinya akan dia tempati sementara dia disini. Ruangannya terletak di sebelah ruangan Bu Ambar.

Dulunya ruangan ini milik salah satu PEH senior yang sekarang sudah pensiun. Hanya itu penjelasan yang Bian dapatkan.

Saat membuka pintu, Bian mengamati ruangan tersebut sudah tampak rapi dan siap pakai. Bian tampak bersyukur para karyawan di kantor ini menyambutnya dengan hangat.

(Un) finished Business - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang