Bab 16

17.3K 1.3K 13
                                    

Nara tiba di apartement Bian tepat ketika hujan dengan derasnya mengguyur Kota Bogor.

Nara mengganti skechers-nya dengan sandal apartement sementara Bian sudah masuk terlebih dahulu ke kamarnya.

Nara membereskan barang belanjaan mereka di dapur. Nara sedikit menyesal ketika di supermarket tadi ia menawarkan diri untuk memasak makan malam bersama.

Tapi sudahlah, hitung-hitung menambah pahala di tengah banyaknya tumpukan dosa yang ia miliki.

Nara memutuskan malam ini ia akan memasak cah kangkung, jamur tepung, ayam kecap, dan sambal terasi segar.

Nara mulai memotong-motong kangkung dan mencucinya. Setelahnya ia membagi potongan ayam sama rata.

"Kamu gak mau mandi dulu? Kerudung kamu basah itu. Nanti masuk angin." Bian berkata tepat di belakang Nara, membuat Nara menegang karena jarak mereka yang terlalu dekat.

Nara tidak berani melihat ke belakang. Setelah dirasa Bian mulai menjauh, Nara menatap Bian.

Bian tampak lebih segar. Rambutnya masih basah dengan aroma sabun yang menguar dari tubuhnya. Nara bisa menduga kalau Bian baru saja mandi.

"Saya gak bawa baju ganti, Pak. Gak papa. Basahnya sedikit kok. Nanti juga kering sendiri." Nara memperhatikan baju dan kerudungnya yang memang basah karena menerobos hujan dari parkiran sampai lobby.

"Pakai sweater dan trining saya yang dulu pernah kamu pakai juga sewaktu menginap disini. Sekalian Isya. Saya sudah barusan." saran Bian.

Nara tampak berpikir sejenak sebelum akhirnya mengiyakan tawaran Bian. Nara tidak suka shalat dalam keadaan bajunya basah. Tidak nyaman.

"Ya sudah, ini sementara Bapak yang masak gak apa-apa?"

"Itu bumbu cah kangkungnya sudah saya ulek. Tinggal bapak panasin wajan, masukin minyak dikit, tumis bumbunya, terakhir masukin kangkung yang sudah saya potong-potong kecil."

"Ayamnya juga sama. Untuk jamur langsung dibalur telur dan tepung bumbu instan saja." Nara menginstruksikan Bian.

"Udah sana kamu mandi. Jangan kaget kalau nanti cah kangkung buatan saya lebih enak daripada buatan kamu." ujar Bian meremehkan.

Nara memutar bola mata malas. Ia yang memang sudah hapal letak apartement Bian tanpa sungkan langsung menuju kamar mandi.

30 menit kemudian Nara sudah selesai mandi. Ia mencium wangi masakan yang berasal dari dapur.

Nara cukup terkejut melihat Bian sudah menyiapkan masakan di atas meja. Jangan lupakan apron bergambar minions yang Bian gunakan semakin menambah kesan cute pada dirinya.

"Cepet banget masak. Enak gak nih?" Nara menatap Bian curiga. Perasaan dirinya baru saja meninggalkan Bian tapi pria itu sudah menyelesaikan tugasnya di awal waktu.

"Coba dulu baru komen, tapi saya belum buat sambal terasinya. Kamu aja yang buat."

"Oke." Nara mengacungkan jempol.

"Lomboknya 2 aja." teriak Bian dari meja makan.

"Yaaa..." sahut Nara tak kalah kerasnya.

Nara ingat benar sejak dulu Bian memang tidak suka makanan pedas. Semasa kuliah dulu saja Bian hanya sanggup memakan ayam geprek level 1 dengan jumlah cabai 1. Itupun Bian sampai menghabiskan es teh milik Nara juga.

Bian bahkan pernah dengan songongnya mencoba mie setan milik Nara dan berakhir perut Bian mules seharian sampai ia harus tukar shift responsi praktikum dengan Nara.

(Un) finished Business - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang