Bab 3

22.9K 1.8K 15
                                    

Nara tiba di kontrakan setelah tadi berhasil menyelamatkan hatinya dari kedatangan makhluk astral di kantor.

Nara terus merapalkan dalam hati bahwa laki-laki seperti Bian hanya tahu mempermainkan perasaan perempuan.

Nara marah, sedih, dan kecewa pada saat yang bersamaan. Padahal sudah setahun juga Nara memblokir semua media sosial Bian.

Berharap ketiadaan komunikasi membuat dia semakin cepat melupakan Bian.

Apa daya. Pertahanan dirinya runtuh ketika mata mereka tanpa sengaja bertemu di rapat kerjasama tadi pagi.

Dibalik itu semua nyatanya ada setitik rindu yang membuncah di hati Nara.

Namun melihat Bian baik-baik saja tak ayal juga membuat Nara kesal. Bian bisa hidup dengan baik tanpa Nara. Apa kabar dirinya?

Nara masih ingat saat ada kunjungan rutin ke DLH Provinsi Yogyakarta sebulan yang lalu. Dia ditunjuk sebagai salah satu staf yang harus ikut serta.

Nara menolak dengan alasan sudah ada acara keluarga terlebih dahulu di hari yang sama.

Akhirnya Zia yang menggantikan Nara. Jujur Nara rindu Kota Jogja. Tapi dia belum siap kesana.

Jogja dan kenangannya seperti toxic bagi Nara.

Setelah memarkirkan si manis di garasi, Nara bergegas menuju kamar mandi. Nara harus keramas. Siapa tau setelahnya otaknya lebih dingin.

Rumah kontrakan Nara ini minimalis. Paduan warna abu-abu dan putih dengan beberapa ruangan di dalamnya.

Ada ruang tamu, ruang tv, dapur, garasi, dua kamar tidur, dan satu kamar mandi.

Di bagian belakang rumah juga terdapat halaman yang cukup luas dengan ayunan dan beberapa tanaman hias yang sempat Nara beli ketika pertama kali mengontrak rumah ini.

Awalnya Nara dan Ana tidak sengaja mengontrak rumah bersama untuk memangkas pengeluaran.

Mereka memilih tinggal bersama karena telah lama saling mengenal satu sama lain. Jadi tidak usah beradaptasi lagi.

Meskipun sebenarnya ada rasa was-was bila mengontrak bersama Ana, Nara akan bertemu dengan Bian yang memang masih berhubungan baik dengan Ana.

Namun sampai detik ini ketakutan Nara tidak terbukti. Ana menghargai privasi diantara mereka berdua.

Ana tahu kapan harus ikut campur dalam urusan Nara atau malah membiarkan Nara sendiri.

Nara keluar dari kamar mandi tepat ketika dia melihat Ana sedang duduk di depan sofa ruang TV, menonton acara gosip yang biasa tayang di sore hari.

"Gimana tadi, sukses jadi MC-nya?" tanya Ana seraya memakan kripik kentang favoritnya.

Sambil mengeringkan rambut dengan handuk kecil, Nara menjawab, "Ya gitu..."

"Kok jawaban lo ngambang?" tanya Ana menyelidik.

Nara rasa tidak ada gunanya juga dia menyembunyikan pertemuannya dengan Bian hari ini.

Toh, Ana juga sudah tahu cerita mereka dari awal kan.

"Gue ketemu Bian tadi. Ternyata dia Senior Analyst yang akan kerjasama dengan kantor gue." aku Nara pelan.

(Un) finished Business - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang