Pertandingan badminton antara ganda putra A dan ganda putra B -dengan Bian di dalamnya- berakhir dengan kemenangan mutlak ganda putra B dengan skor 16-21.
Bian mengusap peluh di dahinya sembari berjalan ke arah Nara. Merasa masih kepanasan, akhirnya Bian menanggalkan kaosnya. Di depan semua penonton yang masih stay di lapangan. Catat.
Sorak sorai dari penonton yang didominasi perempuan tampak memenuhi lapangan. Adegan itu pun tidak luput dari pandangan Nara yang memang berada di pinggir lapangan.
"Kok wajah kamu merah, Nar?" tanya Bian sembari mengambil handuk dan tumblr dari kedua tangan Nara.
Nara memandang Bian sebal, "Jangan geer ya, Bi. Wajah aku merah karena menahan terik matahari. Bukan karena lihat kamu buka kaos barusan. Pengen banget pamer roti sobek, berasa atlet badminton?"
Bian menahan tawa.
"Katanya gak lihat, tapi barusan kamu bilang kalau perut aku seperti roti sobek. Jadi yang benar yang mana, Nar?"
Nara memelotokan kedua matanya ke arah Bian. Mencoba mengintimidasi Bian dengan tatapannya.
Bukannya takut, Bian justru tertawa sempurna. Tidak lagi tertahan seperti tadi. Sangat puas malah.
Nara yang melihat tingkah Bian berdecak kesal. Nara memalingkan tubuhnya dan berjalan ke arah podium penonton kembali.
Belum lama Nara berjalan, Bian menarik lengannya hingga membuat langkah Nara terhenti. Nara membalikkan badan dan menatap Bian heran.
Bian berjongkok di depan Nara, "Ngikat tali sepatu yang benar. Nanti kalau kamu sampai jatuh, gak ada yang mau gotong. Badan kamu kan berat."
Meski diucapkan dengan sadis oleh Bian, tapi Nara bisa merasa kalau Bian tulus membantunya. Nara merasa tersentuh dengan perlakuan Bian.
Bian berdiri setelah mengikat tali sepatu Nara. Bian menyerahkan tupperware berwarna pink pastel ke arah Nara.
"Ini ada bekal. Dimakan. Tadi kan ada yang ngomel abis ninggalin sate favoritnya padahal belum habis." meski diucapkan dengan formal namun, jiwa otoriter Bian masih sangat kental terasa.
Nara menerima kotak bekal itu dan membuka isinya. Tampak dua tangkup sandwich panggang berisikan sayur dan daging. Aromanya menggugah selera.
Nara mengambil setangkup sandwich lantas mengunyahnya, "Beli dimana?"
"Itu aku buat sendiri." Nara seketika tersedak. Bian dengan sigap menyodorkan tumblr yang baru saja dia minum.
Bian membukakan tutup botol dan menyodorkannya untuk Nara.
"Makannya pelan-pelan. Gak ada yang bakal minta ini." Bian berkata masih dengan nada yang datar.
Nara meneguk air dalam tumblr tanpa menggubris perkataan Bian.
Oke jangan tanyakan kenapa Nara bisa berada di sini, di lapangan badminton, bersama Bian tentunya, dan jangan lupakan handuk di tangan kiri Nara serta tumblr di tangan kanannya.
Orang yang melihat pasti akan langsung berpikir bahwa Nara adalah kekasih dari salah satu orang yang sedang bermain badminton di lapangan ini.
Belum lagi tingkah Bian yang super manja, meminta Nara melap keringatnya, meminta minum dari tumblr yang dipegang Nara. Kalau bukan karena Bian sekarang partner kerjanya selama beberapa bulan ke depan dan sangat berpengaruh terhadap kantor tempat kerjanya sekarang, tidak akan sudi Nara melakukan ini semua. Huh!
KAMU SEDANG MEMBACA
(Un) finished Business - END
Romance"Saya tidak tahu tujuan Bapak hadir kembali di hidup saya. Bersikap seolah kita tidak saling mengenal sebelum ini. Asal Bapak tahu, saya justru berharap kita tidak pernah saling mengenal. Saya permisi." "Silahkan. Asal setelah ini tatapan kamu tidak...