Push it Harder

11.1K 920 26
                                    

Adams nyaris mendaratkan bibirnya dibibirku ketika pintu kamar secara tiba-tiba diketuk dengan keras.

"Damn it!" Desis pria itu.

Napasku nyaris putus akibat perbuatannya. Namun syukurlah, kepada siapapun yang telah mengetuk pintu itu. Sungguh aku sangatlah berterima kasih.

Adams bangkit dan membuka pintu dengan kasar.

"Tuan,"

Seorang pria muda yang kuduga adalah salah satu penjaga rumah ini terlihat terengah-engah.

Adams tidak menyahut. Ia hanya diam diambang pintu sambil memperhatikan tingkah pria muda itu.

"Cepat Tuan. Anda harus melihatnya." Kata pria muda itu lagi.

Adams menoleh padaku sebentar dan bergegas pergi.

Ada apa, pikirku.

Seraya membenarkan pakaianku, aku segera mengejar Adams. Tentunya setelah menitipkan Ben kepada pria muda itu.

Kulihat Adams melangkah cepat menuju kamar seseorang.

Kamar tempat Aidan terbaring.

"Oh astaga!" Aku nyaris menjerit saat tiba di kamar itu.

Bukan karena apa, melainkan karena melihat sosok yang tengah duduk di tepi ranjang.

Sosok yang sudah sejak lama terbaring dan seharusnya sudah tidak bernyawa lagi.

Sosok yang wajahnya tertutupi oleh Morris yang tengah memeriksanya.

Pandanganku teralih pada Adams.

Rupanya tidak hanya aku, raut wajah Adams bahkan menunjukan bahwa ia sama sekali tidak percaya dengan apa yang dilihatnya kini.

"Kalian datang juga," Morris berbalik.

Jelas sudah. Wajah pucat dengan rahang tirus yang berada di belakang Morris.

"Aidan?!" Ucapku spontan.

Aidan menoleh padaku tetapi tidak menunjukkan reaksi apapun. Ia hanya menatapku dalam diam. Tanpa ekspresi.

"Kill him!" Ujar Adams tiba-tiba.

Semua orang yang ada di kamar tercengang.

"A-Adams", Morris tak kuasa menahan keterkejutannya.

Adams menatap sang dokter dengan wajah bengis. "Dia akan membahayakanku. Singkirkan dia!!" Teriaknya.

Ketika langkah Adams bergerak maju, semua orang bergegas menahannya.

"Tuan kami mohon, hentikan, Tuan Aidan tidak akan menyakiti anda..." salah seorang perawat wanita bahkan dengan berani menjegal langkah Adams.

"You bit*h! Beraninya kau-"

"Dia benar Adams", kali ini Morris yang berhadapan dengan Adams. "Aidan sama sekali tidak akan membahayakanmu."

Adams menyipitkan matanya seraya mendelik tajam pada Aidan yang masih duduk bak patung di tepi ranjang.

"Apa yang terjadi padanya?" Suara Adams tidak lagi meninggi.

Morris melepas kacamatanya seraya menghela napas. "Aku tidak tahu, aku mendapat kabar dari salah seorang perawat kalau ada yang tidak beres dengan Aidan dan setelah aku datang, ia sudah dalam posisi seperti ini."

Adams masih tampak tak percaya. "Akan kupastikan," desisnya.

Sementara aku masih berdiri di ambang pintu. Memperhatikan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Thorn Mc AdamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang