Ini adalah kali pertama bagiku melihatnya seperti ini.
Sang Adams, yang memasang wajah tersiksa. Dan semuanya, karena Ben, yang tidak terendus keberadaannya.
Entah dimana Bella menyembunyikan anak itu. Aku tidak bisa membayangkan.
Seperti halnya Thorn, yang sudah tiga hari tak beranjak dari kursi kebesarannya di depan perapian.
"Apa kau tidak ingin makan sesuatu?" Aku memberanikan diri bertanya. Meski dari jarak yang cukup jauh.
Aku tidak ingin mengambil resiko untuk terlalu dekat dengannya.
"Kenapa kau masih ada di sini?" Gumam Thorn. Kedua matanya terpejam dengan kepala bersandar di kepalan tangannya.
Aku sendiri heran, setelah pria ini dengan sukarela melepaskanku- "Kau membutuhkan seseorang Thorn..." jawabku.
Thorn membuka matanya perlahan dan menatapku tajam. "Dan kau pikir aku membutuhkanmu?"
"Ya." Ugh, rasanya aku begitu malu setelah mengucapkannya.
"Apa kau adalah Layla?" Thorn bangkit dari kursinya dan berjalan ke arahku.
Takut. Kedua kakiku spontan melangkah mundur. "Namaku bukan Layla." Tegasku.
Langkah Thorn terhenti. "Maka kau boleh pergi Nona," suara Thorn terdengar parau. "Kau tahu siapa yang kubutuhkan saat ini."
"Thorn, aku tahu ini bukan saat yang tepat. Tapi, mengapa kau selalu menganggapku Layla? Aku bukanlah gadis itu dan kau tentunya sudah mengetahui." Rasanya aku lelah mendengar nama itu.
Thorn menatapku sejenak dan mengambil sesuatu dari sakunya.
Sebuah benda yang sama seperti yang belum lama ini ia tunjukan padaku.
"Lihat lagi benda ini dengan seksama." Perintah Thorn.
Pandanganku teralih dari wajah sendu Thorn ke benda itu. Liontin emas yang berbentuk kunci.
Anehnya. Semakin lama aku melihat benda itu, semakin aku membencinya. Meski jauh di lubuk hatiku, rasanya begitu ingin aku menjerit.
'Kau membuangku..."
Entah sadar atau tidak, dan entah keberanian dari mana. Aku meraih liontin itu dalam sekejap... dan melemparnya.
Thorn tampak terkejut. Dan segalanya bagai berputar di depan mataku.
'Kau berjanji?'
'Aku melakukan dosa besar'
'Aidan akan membunuhku.'
"Tidak..." Aku mengusap kasar kedua mataku, yang seolah sedang melihat ilusi optik.
Sungguh ilusi yang menjijikan. Mengapa aku harus menyaksikan pemandangan tidak senonoh seperti ini.
Siapa dua orang yang tengah bergumul tanpa sehelai benangpun itu.
"Layla..."
'Yang kau cintai bukanlah aku Layla!!'
"LAYLA!" Sebuah guncangan yang keras seakan menyadarkanku. Dan ilusi yang kulihat, menghilang begitu saja.
Berganti dengan sosok Thorn yang tampak khawatir padaku. "Apa yang terjadi?" Tanya pria itu.
Sebulir air mata mengalir begitu saja dari mata Thorn.
Mengapa ia menangis?
Thorn meraih tubuhku ke dalam pelukannya. Sebuah pelukan yang nyata dan cukup lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thorn Mc Adams
RomanceCinta kami dipertemukan dalam keadaan tidak terduga. Dia, yang bernama Thorn Mc Adams. Adalah bangsawan tampan yang memberikan penawaran dengan harga tertinggi. Penawaran yang akan membawaku ke dalam jeratnya. Terperangkap di dalam permainannya. Dia...