Chapter Four

117 14 10
                                    

Haru berjalan menuruni tangga, dia melangkah menuju ruang makan. Haru mengambil ramen instan untuk sarapan, membuatnya sembari membaca materi untuk ujian. Beginilah nasib anak SMA yang hidup sendiri tanpa orangtua. Makan seadanya, seenaknya. Yang penting perut terisi. Sejak orangtua Haru meninggal dua tahun lalu, Haru hidup sendiri. Sebenarnya ada paman dan bibinya yang berniat mengasuhnya, tapi itu artinya dia harus pindah. Haru tidak suka beradaptasi dengan lingkungan baru, jadi dia menolak dan memilih hidup sendiri. Toh, dia tidak benar-benar sendiri. Orangtua Sora berbaik hati mengurus keperluannya, setiap dua hari sekali mereka datang mengecek Haru.

“Haru-Chan, dimana shampoo yang baru kubeli kemarin?”

Haru menengok, dia balas berteriak, “Di meja dekat wastafel. Kau buta, ya, sampai tidak melihat botol shampoo sebesar itu?” Haru menghela napas, dia geleng-geleng kepala dan kembali menyiapkan sarapan. Ya, sekarang dia tidak sendiri. Ada Shori yang tinggal bersamanya. Lumayan, jadi Haru tidak menonton televisi sendirian seperti orang bodoh di malam hari.

“Wah, ramen.”

Haru memekik kaget, dia langsung memukul keras kepala Shori yang tiba-tiba ada di dekatnya. Rambutnya basah, handuk kecil melingkar di lehernya. “Aw! Kau ini kenapa senang sekali memukul kepalaku, sih?!” Shori berniat membalas Haru, tapi gadis itu segera menangkis pukulan Shori. “Kau yang apa-apaan, muncul seenaknya seperti hantu!” balas Haru, “eh, kau tadi bertanya dimana shampoo, kenapa sekarang sudah selesai mandi? Kau cepat sekali kalau mandi.”

“Memangnya kau, sikat gigi saja makan waktu setengah jam,” balas Shori, dia terkekeh dan berlari menghindar saat Haru memukul lengannya. Haru berdecak, dia tertawa saja dan membuat teh. Haru senang Shori kembali kemari. Haru menghela napas, dia teringat kejadian beberapa hari lalu. Haru merasa Hokuto dan Taiga tidak bersikap ramah kepada Shori. Mungkin itu karena mereka sudah lama tidak bertemu, tapi tetap saja Haru merasa aneh. Dua orang itu seakan menjaga jarak dengan Shori, padahal dulu mereka bertiga bisa dibilang akrab.

Apa terjadi sesuatu, ya?

“Kenapa Kyomoto-Kun dan Matsumura-Kun tidak menyambut kedatanganku, ya?”

Haru berjengit kaget, dia sampai menubruk meja makan. Haru terbelalak menatap Shori yang lagi-lagi muncul di belakangnya secara mendadak. “Kau merasa tidak kalau sikap mereka aneh sekali?” tanya Shori, “mereka seperti… tidak menyukai kedatanganku. Apa jangan-jangan selama ini mereka membenciku, ya?” Shori menatap Haru, dia meneruskan, “Aku berbuat salah, ya, kepada mereka?”

Haru berdecak, dia duduk dan mulai menyantap ramennya. “Kau terlalu berlebihan,” komentar Haru, “mungkin itu karena kalian sudah lama tidak bertemu. Kalau Taiga, dia kan memang sejak dulu tidak begitu akrab dengan yang lain. Hokuto… yah, agak aneh memang dia tidak terlalu antusias dengan kedatanganmu, tapi kurasa itu karena dia memang sudah lama tidak bertemu denganmu dan dia sudah asyik dengan teman-temannya yang sekarang.” Haru menatap Shori, dia meneruskan, “Jangan terlalu diambil serius. Lama-lama mereka juga akan kembali akrab denganmu.” Haru tersenyum, dia kembali menyantap ramennya. “Makan ramenmu, nanti dingin,” sahut Haru disela kunyahannya.

Shori mengangguk, dia duduk di depan Haru dan mulai menyantap ramen instan. Selama beberapa saat mereka diam, sibuk dengan makanan mereka. Haru beranjak, dia akan mencuci tangan saat telepon berdering. “Siapa menelepon pagi-pagi begini?” gumam Haru, dia segera menjawab panggilan yang masuk. “Hai, Miyazaki disini,” sahut Haru.

‘Haru-Chan, apa kau di rumah?’ sebuah suara menyahut.

Haru mengerutkan dahi, dia menjawab, “Aku di rumah, kok. Memangnya ada apa, Paman Hideyoshi?”

‘Jangan keluar rumah. Bahaya.’

“Hm?” Haru keheranan, dia menyingkap tirai jendela dan terbelalak melihat orang-orang berlarian sambil berteriak di luar rumahnya. Pantas saja daritadi Haru mendengar suara ramai, dia kira itu hanya suara tetangga sebelah yang memang sering sekali mengadakan jamuan bersama koleganya. “Paman, apa yang terjadi?” tanya Haru, “apa… apa ada monster lagi?”

Monster √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang