Chapter Twenty-six

91 9 113
                                    

Sora dan yang lain berlari kencang, mereka berhenti di pusat kota. Mereka tercengang melihat keadaan kota sudah sangat kacau. “Astaga, mereka menyerang kota tanpa aba-aba,” ucap Shoki. “Ya kalau mereka memberitahu kita sudah disini sejak tadi,” sahut Yasui. Yasui menoleh kearah Kai dan Chiru, dia berkata, “Amankan diri kalian. Kalian manusia, jangan melibatkan diri dalam pertempuran. Kaede…” Yasui menatap Kaede di sebelahnya, “amankan dua temanmu ini.”

Kaede mengangguk, dia segera menggiring Kai dan Chiru namun Kai menolak. “Aku disini menemani Jinguji-Kun,” ucapnya, “terakhir kali aku menyingkir, aku hampir kehilangan dia.”

“Ada kami disini, Kai,” balas Sora, “sekarang kau sebaiknya mengamankan dirimu. Jinguji-Kun juga tidak akan memaafkan dirinya sendiri kalau kau terluka.”

Kai menatap Jinguji, berharap pemuda itu akan menahannya dan memintanya tetap di sisinya. Kai ingin melakukan sesuatu untuk melindungi Jinguji. Jinguji menatap Kai, dia tersenyum dan berkata, “Jaga dirimu baik-baik. Aku akan menyusulmu nanti.”

Tanpa banyak bicara, Kaede segera menarik lengan Kai dan Chiru menjauhi lokasi. Kaede membawa mereka bersembunyi di sebuah gang sempit, dia menatap dua sahabatnya itu dan berkata, “Aku akan segera kembali. Kuingatkan, jangan keluar atau menampakkan diri kalian sebelum salah satu dari kami menjemput kalian. Mengerti?” Kaede berbalik, dia baru melangkah saat sebuah tangan menariknya. Kaede menoleh, dia menatap Chiru yang memberinya tatapan memohon. “Pastikan Morohoshi-Kun baik-baik saja,” ucap Chiru, “dan… jaga dirimu.”

Kaede diam sejenak, dia mengangguk dan berlari meninggalkan dua gadis itu. Chiru gelisah, dia mondar-mandir tidak karuan. Kai diam, dia sangat gelisah tapi tidak ada yang bisa dilakukannya sekarang. Dia manusia, mana bisa mengalahkan monster sekuat itu? Tapi Kai mengkhawatirkan Jinguji sekarang, jauh lebih mengkhawatirkan pemuda itu daripada dirinya sendiri. “Kai,” suara Chiru terdengar, “haruskah kita mengabaikan permintaan mereka dan keluar dari sini?”

“Apa yang kau katakan? Senpai, kau mau membuat Morohoshi Senpai merasa bersalah kalau terjadi apa-apa denganmu?” balas Kai.

“Tidak, tapi apa kau bisa tenang sekarang?”

Kai terdiam. Tentu saja dia tidak tenang. Meskipun ada yang lain disana, tetap saja Kai tidak tenang. Bagaimana jika terjadi sesuatu kepada Jinguji? Bagaimana jika Inoo kembali melukai Jinguji dan mengurungnya di dunia roh seperti waktu itu?

Kaede dan yang lain berhadapan dengan Chinen. Daiki mengerutkan dahi, dia tidak mengenali dua orang di dekat Nozomu. Tapi dari aura yang mereka keluarkan, mereka jelas darah campuran. Daiki jadi heran, bagaimana Chinen bisa menemukan darah campuran secepat itu? “Wah, wah, senang bisa bertemu dengan kalian,” ucap Chinen tersenyum, “aku tidak ingat kapan terakhir kali kita bertemu seperti ini.” Chinen beralih menatap Daiki, dia tersenyum manis. “Aku tidak menyangka kalian mau menerima seorang pengkhianat,” ucapnya remeh.

“Tidak ada yang berkhianat diantara kami,” sahut Chika tegas, “tidak ada yang pernah mengkhianati kami. Jadi jaga ucapanmu.” “Justru kau yang seharunya pantas disebut pengkhianat,” ucap Miyuki, “kau merusak kedamaian dan mengadu domba semua orang. Kau jahat.”

Chinen tergelak, dia menatap tajam Chika dan Miyuki. Taiga, Daiki, Hagiya, dan Jinguji langsung bergerak melindungi dua gadis itu. “Perempuan selalu banyak bicara,” ucap Chinen, dia tersenyum dan mengeluarkan kuku tajam dan taringnya. Tak sampai sepuluh detik, Daiki dan Hagiya bersamaan mendorong Chika dan Miyuki menjauh, dan langsung menangkis serangan Yuto yang melesat cepat kearah mereka. Hagiya mengeluarkan belati peraknya, dia menyabetkan senjatanya melukai lengan Yuto.

“Akh!” Yuto menatap lengannya yang melepuh, dia menggeram dan menerjang Hagiya namun Miyuki menghempaskannya. “Kau berhadapan denganku!” teriak Miyuki, “Nogumi harus berhadapan dengan Nogumi juga!”

Monster √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang