Miyuki berhenti, dia menoleh kearah Taiga. “Nii-San,” ucap Miyuki, “apa menurutmu kita harus datang? Apa sebaiknya kita pulang saja?” Miyuki menunduk, dia meremas jemarinya gelisah. “Bagaimana kalau saat kita datang mereka malah menganggap kita penganggu? Kita pulang saja, yuk.” Miyuki akan berbalik, Taiga dengan cepat menahannya. “Kita datang bukan sebagai Nogumi, tapi sebagai teman sekolahnya,” ucap Taiga, “lagipula, apa kau tidak ingin menemani Hagiya itu?”
Miyuki menatap Taiga. Taiga menggandeng tangan Miyuki, mereka berjalan menuruni tangga. “Kalau mereka melukaimu, aku yang akan menghancurkan mereka semua,” ucap Taiga. Mereka berbelok, dari kejauhan sudah ada Jesse dan Reo. Aran duduk di dahan pohon besar dekat kuil, dibawahnya ada Juri dan Yasui bersaudara yang mengobrol pelan bersama Sora. Hokuto dan Myuto juga ada disana, mereka berdiri mendampingi Haru yang duduk diatas batu besar. Shori tidak ada disana, biarlah toh Taiga tidak akrab dengannya. Chiru juga ada disana, dia duduk di sebelah Kai yang masih terlihat lemah. Taiga menoleh, dia berjalan pelan mendekati Chika yang duduk dan menangis. Taiga melirik, jujur saja dia masih tidak menyangka semua kejadian ini akan dia alami.
Kishi Yuta.
Taiga tidak pernah menyangka, bahkan di mimpinya sekalipun bahwa Kishi akan mati dengan cara seperti ini. Taiga kembali menghela napas, dia mendekati Chika dan berkata, “Ibuku berkata kalau menangisi orang yang sudah mati itu akan menyiksa rohnya.” Taiga mendongak, memperhatikan awan mendung yang menaungi mereka semua. “Lihat awan mendung itu,” ucap Taiga, “kata ibuku, awan mendung adalah representasi penderitaan roh yang kalian tangisi.” Taiga kembali menatap Chika, hatinya seperti dihantam batu melihat wajah gadis itu. Tidak ada sorot mata ceria yang biasa dia tunjukkan. Chika terlihat rapuh, wajahnya basah airmata. Taiga menjadi tegang, entah kenapa dia merasakan sensasi aneh di tubuhnya. Sebagian saraf tubuhnya memaksanya untuk memeluk Chika, menenangkan gadis itu.
Haruskah Taiga memeluknya?
“Dia masih bisa bertahan,” Chika terisak, “dia seharusnya bisa bertahan, kalau saja aku langsung mengobatinya.” Chika menunduk, tangisnya semakin keras. “Harusnya aku lebih cepat menolongnya,” Chika terisak keras, “harusnya aku bisa menolongnya, aku bisa menyelamatkan nyawanya.”
Taiga maju perlahan, baru saja dia akan menuruti hatinya ingin memeluk Chika saat Daiki tiba-tiba muncul dan memeluk gadis itu. “Tenanglah, Chika-Chan,” ucap Daiki, “ini bukan salahmu. Ini semua sudah takdir dari Dewa, kau tidak akan bisa melangkahi takdir sekeras apapun kau mencoba.” Daiki menoleh, dia menatap Taiga yang menatapnya geram. “Terimakasih kau mau menyempatkan diri datang kemari, Kyomoto-Kun,” ucapnya, “aku sangat menghargainya.”
“Aku kemari karena adikku yang ingin datang,” ucap Taiga, dia menghela napas dan berbalik lalu berjalan menjauh. Taiga merasa kesal sekali, kenapa Daiki harus muncul saat dia sudah bersedia berkompromi dengan perasaannya sendiri? Kenapa Daiki harus merusak suasana? ‘Kalau aku tidak ingat dia sepupu Konno-San, sudah kuhabisi dia,’ batin Taiga.
Miyuki mendekat perlahan, dia duduk di sebelah Hagiya. Miyuki menoleh, dia terhenyak melihat Hagiya begitu pucat. Tatapan matanya kosong, dia seperti tidak bernyawa. Miyuki mendengar dari Daiki kalau Hagiya yang paling merasa bersalah disini. Miyuki menghela napas, dia menyentuh bahu Hagiya. “Senpai,” panggil Miyuki pelan, “Senpai, aku…”
“Seharusnya aku tidak menurutinya,” suara Hagiya terdengar. Miyuki benci ini, dia benci mendengar suara Hagiya yang terdengar lemah. Hagiya menoleh, dia menatap Miyuki dengan mata berkaca-kaca. “Seharusnya aku tidak menurutinya dan tetap menyembuhkannya,” Hagiya terisak, “dan seharusnya aku menjalankan tugasku dengan baik. Dia memintaku menjaga kuil, tapi aku malah membiarkan monster itu masuk dan membunuhnya.” Hagiya menangis keras, Miyuki langsung mendekat dan memeluk pemuda itu erat. Miyuki menghapus kasar airmatanya, dia harus kuat. Dia harus memberikan kekuatan untuk Hagiya. “Aku membunuhnya,” Hagiya terisak keras, “aku yang membunuh Kishi-Kun.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Monster √
FanfictionSelama ribuan tahun, tiga kelompok monster berselisih. Sebuah kesalahpahaman merusak kedamaian yang mereka jaga. Siapa yang sebenarnya bertanggungjawab dalam hal ini? * Title : Monster Author : Veve Octavia Genre : Fantasy, Romance, Friendship Lengt...