Chapter Twenty-two

70 12 26
                                    

Shori berjalan pelan, dia berhenti kala melihat Haru berdiri di depan rumah. “Haru-Chan!” Shori berlari, dia lantas memeluk gadis itu. Senyum bahagia mengembang di wajah Shori, dia sangat senang bisa bertemu lagi dengan Haru. Shori melepaskan pelukannya, dia menatap Haru dan berkata, “Maafkan aku merahasiakan banyak hal darimu. Aku tahu, semua yang dilakukan ayahku bukan hal yang bisa dimaafkan. Tapi, kumohon…” “Beritahu Chinen kalau kami akan memberikan serangan balasan,” sela Haru.

Shori terdiam, dia terpaku menatap Haru. Sorot mata Haru tampak tegas dan penuh keyakinan. “Kau jangan bercanda, Haru-Chan,” ucap Shori, “Chinen sangat kuat, bagaimana kalian bisa melawannya?”

“Kami tidak selemah yang kau bayangkan, Shori,” ucap Haru, dia menghela napas dan menatap pemuda itu. “Kau masih punya kesempatan untuk memilih kepada siapa kau akan berpihak.”

Tidak ada yang bicara. Shori diam, dia tahu Haru berusaha membujuknya untuk meninggalkan Chinen. “Apa yang kau cari disana? Orangtuamu tidak mendapat intimidasi, kan? Kau juga tidak pernah mendapat tekanan dari mereka, lalu kenapa kau membenci mereka?” tanya Haru.

“Karena mereka memilikimu.”

Haru menatap Shori, dahinya sedikit berkerut. “Aku membenci mereka karena mereka memiliki dirimu,” ucap Shori, “kalau saja mereka tidak mempedulikanmu, kau sudah bersamaku sejak lama. Kalau saja mereka tidak menyayangimu, tidak akan ada malam mengerikan itu. Ayahmu tidak akan mati sia-sia dan ibumu juga pasti masih hidup sekarang.” Shori menarik napas panjang, dia menghembuskannya perlahan. “Ayahku hanya ingin supaya kau tidak mendapat tekanan dari golongan darah murni, tapi ayahmu bersikeras menutupi identitasmu,” ucap Shori.

“Sebenarnya apa yang kalian inginkan?” gumam Haru, dia benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiran semua orang. “Kalian darah campuran menginginkan pengakuan dan mengharapkan untuk diterima oleh darah murni,” ucap Haru lagi, “tapi kalian membenci mereka dan berniat memusnahkan mereka. Sebenarnya apa yang kalian inginkan?”

Shori tidak menjawab. Haru menghela napas, dia melangkah meninggalkan Shori tanpa sepatah katapun. Haru terkejut merasakan seseorang menariknya, dia termangu merasakan Shori memeluknya erat. “Jangan tinggalkan aku,” ucap Shori, “kumohon jangan pergi.”

“Kalau kau tidak ingin aku pergi, tinggalkan Chinen dan mulailah menerima kehadiran darah murni,” ucap Haru, dia melepaskan pelukan Shori dan menatap pemuda itu. “Ayahku pernah berkata dia ingin mengasuhmu disini saat usiaku masih sepuluh tahun,” ucap Haru, “dulu aku tidak mengerti kenapa dia mengatakan itu. Tapi sekarang, aku mengerti. Ayahku ingin kau berbaur dengan darah murni, menjauhkanmu dari kebencian tanpa dasar ini.” Haru memukul pelan lengan Shori yang termangu, dia tersenyum kecil dan melangkah pergi.

Shori termangu, dia perlahan menunduk. Benar juga kata Haru, sebenarnya untuk apa dia memusuhi mereka? Yahagi, Nogumi, Haguro. Shori juga bagian dari mereka. Shori masih memiliki darah Yahagi dan Haguro, bukankah seharusnya Shori bisa berbaur dengan mereka? Shori berbalik, dia terkejut melihat Chinen entah sejak kapan berdiri di dekatnya bersama Ryosuke dan Yuto. “Sepertinya ada yang berusaha mempengaruhimu, hm?” ucap Chinen, “dan sepertinya kau juga mulai terbujuk dengannya. Menyedihkan sekali.”

Shori terdiam. Inilah alasan dia tidak bisa begitu saja meninggalkan Chinen. “Kau masih ingat apa yang kulakukan kepada anak itu saat dia memutuskan berdiri melawanku, kan, Sato-Kun?” Chinen tersenyum manis, “aku sudah berusaha agar dia mendapat tempat, tapi pada akhirnya dia memilih berdiri di pihak orang-orang yang sudah menjatuhkan dan menginjak harga dirinya.” Chinen mencekik kuat leher Shori, Shori yang terkejut tidak bisa menghindar dan berusaha melepaskan cekikan pemuda itu. “Aku tidak suka perlawanan,” geram Chinen, “aku benci pengkhianat. Kau sudah tahu resiko apa yang akan kau hadapi, jadi kuharap kau mempertimbangkan baik-baik semua tindakanmu.”

Monster √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang