Chapter Nineteen

96 11 71
                                    

Kai berjalan keluar kamar, dia mendekati Jinguji yang duduk di beranda kuil. Kai menghela napas, dia duduk di sebelah Jinguji dan memperhatikan pemuda itu. Kai merasa bersalah sudah meminta Jinguji menolong Bibi Hideyoshi, terlihat Jinguji yang kesal. Ya, Jinguji pasti kesal karena ada dua Nogumi di kuil Haguro. “Jinguji-Kun,” ucap Kai, “maafkan aku sudah memaksamu menolong Bibi Hideyoshi.”

“Ini bukan salahmu,” balas Jinguji, “aku melakukannya karena dia manusia.”

Kai menatap Jinguji. “Jinguji-Kun, bolehkah aku bertanya sesuatu?” tanya Kai.

Jinguji menatap Kai. “Selama ini, tidak pernah ada perselisihan yang besar antara Yahagi, Nogumi, dan Haguro,” ucap Kai, “tapi… kenapa kau begitu membenci mereka?”

“Mereka membunuh Kishi,” sahut Jinguji.

“Darah campuran itu yang membunuhnya,” ucap Kai, “tapi kenapa golongan murni yang kau musuhi?”

“Apa kau tidak sadar kalau darah campuran itu adalah bagian dari mereka?” sahut Jinguji, “Yahagi dan Nogumi.”

“Sadarlah kalau ada darah campuran yang berasal dari Haguro,” ucap Kai.

Jinguji menatap Kai dengan dahi berkerut. “Apa?” tanyanya. Kai mengerjapkan mata, dia tersenyum dan menggeleng. “Mereka sendiri juga diserang oleh darah campuran,” ucap Kai, “apa tidak sebaiknya kalian bekerjasama saja mengalahkan kelompok darah campuran itu?”

“Jadi maksudmu aku harus bekerjasama dengan mereka yang sudah melukai Hagiya-Kun? Tidak, Nona, aku tidak akan pernah melakukannya,” ucap Jinguji, “aku tidak mau melanggar janji kepada semua leluhur. Aku harus melindungi kelompokku.”

“Memusuhi mereka yang tidak bersalah dan bersikeras menyebut mereka monster,” ucap Kai, “kau seharusnya mengerti kalau di mata Yahagi dan Nogumi, Haguro juga monster.” Kai menatap Jinguji yang tertegun menatapnya. “Leluhurmu juga tidak ingin kau menepati janji dengan cara seperti ini,” ucap Kai, “bukankah ribuan tahun lalu mereka sudah berdamai? Kenapa kau tidak menciptakan kedamaian itu lagi?”

Jinguji diam, dia terlihat sedang berpikir. “Aku memikirkan ini sejak awal masalah ini muncul,” ucap Kai, “aku memahami maksud para darah campuran memberontak dan berusaha menyerang kalian.” Kai menghela napas panjang, dia berkata, “Penolakan kalian yang membuat mereka berubah menjadi monster.”

“Ha?”

Kai menoleh, dia tersenyum dan mengangguk. “Kalian justru menjadi alasan utama dari semua sikap mereka,” ucap Kai, “penolakan kalian, intimidasi dari kalian. Pikirkan sekali lagi, semua ini tidak akan terjadi andaikan kalian bisa menerima kehadiran darah campuran.” Kai beranjak, dia kembali berucap, “Cinta itu muncul diluar kendali semua orang. Kalau kau berpikir bahwa mereka lahir dari hubungan yang terlarang, kau seharusnya tidak mencintaiku.” Kai berjalan meninggalkan Jinguji yang terhenyak, dia berhenti dan berbalik lalu berkata, “Dan soal Miyuki-Chan, aku ingin mengatakan ini. Tidak akan ada seorangpun di dunia ini yang akan diam saja melihat saudaranya terluka.”

Jinguji termenung, dia menunduk. Entah kenapa sebagian dari otaknya membenarkan semua ucapan Kai. Benarkah mereka justru yang memicu semua masalah ini? Benarkah golongan murni yang justru memulai perang ini?

Daiki diam, dia memperhatikan Jinguji dari kejauhan. ‘Kuharap kau bisa memahami ucapan Yanase,’ batin Daiki, ‘diantara kami semua, kalianlah monster yang sesungguhnya. Monster yang menciptakan monster baru yang bisa membunuh kalian sekali serang.’ Daiki berbalik, dia melesat meninggalkan kuil.
*
Chinen berjalan pelan di kota, di belakangnya Ryosuke dan Inoo mengikuti. Chinen menoleh kearah sebuah toko, dia tersenyum kecil melihat Yuto keluar dengan pakaian sudah penuh darah. “Aku masih lapar,” ucap Yuto, “aku boleh tidak menyerang tempat lain?” “Cukup,” ucap Chinen, “kita akan bosan kalau semua hal kita lakukan sekarang. Kita pergi saja.”

Monster √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang