Sempurna. Bukan untuk wajahmu. Namun untuk matamu. Dan kau telah membuatku jatuh setiap kali mata indahmu itu menatapku. Walaupun kau tak pernah sadar tentang rasa ini. -Secret Admirer.
Shila hanya menghembuskan nafasnya kasar dan menghempaskan tubuhnya di kursi-nya sambil melipat kesal surat yang tadi terletak diatas mejanya.
Sudah hampir 2 tahun ini, shila mendapatkan surat seperti ini.
"Siapa sih yang ngirim surat ini!!"
"Ga tau apa gue kepo."
"Atau gue lapor ke polisi buat tes sidik jari aja kali ya." Gerutu shila kesal.
"Dapet surat lagi?" Tanya michele yang kini duduk disebelah shila.
Shila pun menganggukkan kepalanya pasrah.
"Siapapun dia, harusnya gue bersyukur, kembaran gue ternyata laku juga."
"Sialan lo!" Ujar shila sambil menjitak kembarannya itu.
"Aduh shil, sakit bego." Gerutu michela kesal.
"Hahaha, muka lo lucu banget abis kena jitak." Ujar shila terang terangan, kemudian berlari keluar kelas yang kala itu masih dihuni oleh michele dan dirinya.
Setibanya didepan kelas, shila tiba tiba merasakan denyut dikepalanya yang sepertinya telah menghantam sesuatu.
"Aw!" Pekik shila sambil mengusap usap kepalanya yang terbentur tadi.
Kemudian ia pun mendongakkan kepalanya hendak memaki orang tadi.
"Lo--- Al??!!" Ujar shila histeris.
Dengan wajah datarnya, vano hanya berjalan cuek melewati shila.
"Eh-- al!! Tunggu!!" Pekik shila dari belakang tubuh vano yang tinggi.
"Tumben datang sepagi ini. Biasanya juga lama. Udah selesai tugas belum? Tadi lo sarapan apa?" Kepo shila yang kini mengikuti vano dari belakang.
Namun vano hanya menampilkan wajah datarnya enggan membalas perkataan shila.
Rutinitas, batin vano.
******
Sehabis pulang sekolah, shila memutuskan untuk mengunjungi sebuah rumah mewah milik keluarga vano yang dulu hampir setiap weekend ia kunjungi.
"Siang tan." Sapa shila sambil heboh membawa belanjaan untuk ibu dari dua bocah tampan itu.
"Hei shila, udah lama kamu ga kesini. Apa kabar?" Tanyanya sambil sibuk dengan masakannya siang itu.
"Iya tan, sibuk sih. Banyak kegiatan. Baik kok tan."
"Bagus lah."
"Sekarang shila bantuin tante masak ya." Ujar shila semangat.
Kemudian dengan senang hati, ibu dari kedua bocah tampan itu pun membiarkan shila membantunya yang sedikit lagi akan menyelesaikan masakannya.
****
"Jadi juga akhirnya." Ujar shila lega.
"Kamu laper ya?"
"Iya nih tan. Cacing aku udah demo. Hehe."
"Michele sama vero pasti makan diluar ya?"
"Iya tan. Ya biasalah. Ga heran mereka mah."
"Haha iya tante lupa. Oh ya shil, kamu panggil al gih dikamar."
"Oke." Ujar shila semangat sambil berlari menaiki anak tangga dengan penuh semangat.
*******
TOK TOK!
"Al, makan yuk!"
Tak ada jawaban.
"Al, ayo turun."
Masih tak ada jawaban dari vano.
Hingga akhirnya shila memutuskan untuk memasuki kamar vano tanpa izin.
Nuansa abu abu pun terpanacar dari kamar vano. Masih sama seperti biasa, batin shila.
Aroma ini. Aroma parfum vano yang merupakan salah satu aroma favorite shila.
Setelah selesai mengelilingi kamar vano dengan dua bola matanya, akhirnya mata shila terhenti pada tempat tidur berukuran king size itu.
Vano, ia tengah tertidur pulas disana.
"Tidur ya." Ujar shila sambil melangkahkan kakinya kesamping tempat tidur vano dan ia pun menekuk lututnya demi melihat vano.
Vano tengah tertidur pulas dengan wajah teduhnya, alis tebalnya, rahang tegas dan wajah yang sempurna menurut shila.
"Tolong jangan bangun, gue gapengen liat muka jutek lo sekarang." Ujar shila lembut sambil mengusap lembut rambut vano.
Merasa seseorang menyentuh rambutnya, vano pun mulai menggerakkan kedua bola matanya yang kala itu masih terpejam hingga akhirnya terbuka perlahan.
"Elo??!!" Ujar vano shock ketika mendapati wajah shila sangat dekat dengan wajahnya.
Kemudian vano bangkit dari tidurnya.
"Lo ngapain kesini?"
Shila hanya mengguman tak jelas. Tentu saja saat ini shila sangat kesal. Lagi lagi ia harus melihat wajah jutek dan datar milik vano.
"Woy, gue ngomong." Ujar vano sambil melemparkan sebuah bantal kearah shila yang masih duduk disebelah tempat tidurnya.
"Aww!!" Pekik shila setelah sebuah bantal melayang kearahnya.
"Al, sakit. Isshh, ngeselin banget sih." Gerutu shila.
"Gue kesini pengen ngajakin lo makan dibawah. Eh taunya lo tidur." Lanjutnya sambil berdiri memeluk bantal yang dilempar vano tadi.
Kemudian vano mengacak rambutnya frustasi.
"Yaudah sana. Gue nyusul." Ujar vano kesal.
"Oke. Jangan lama. Ntar gue kangen." Ujar shila sambil menampilkan deretan giginya yang tersusun rapi dan pergi meninggalkan kamar vano secepat kilat.
"Jantung gue kenapa gini?" Ujarnya sambil memegangi dadanya untuk merasakan detak jantungnya yang berdetak lebih cepat kala itu.
Dag Dug Dag Dug
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise
Teen Fiction"Jangan pikirin gue, denger aja kata hati lo. Kalau memang lo milih dia, jangan bimbang lagi. Gue bakal bantu lo kok." Ujar shila dengan buliran air mata yang sejak tadi berkumpul dipelupuk matanya. 'Walaupun mungkin hati gue bakal lebih hancur. Wal...