Shila masih berusaha mengontrol degup jantungnya sambil menuruni anak tangga satu persatu.
Tadi vano senyum kan? Gue gasalah liat kan?, batin shila.
"Hei, shil, kamu kenapa? Mana vano?" Tanya ibu dari vano dan vero heran melihat tingkah shila.
"Eh gapapa tan." Cengir shila, "Masih diatas. Katanya ntar nyusul tan." Lanjut shila sambil mengambil kursi disebelah ibu dari bocah tampam itu.
"Oh yaudah. Ayo makan shil."
Shila menganggukkan kepalanya.
*******
"Alvano, kamu anterin shila pulang gih."
"Ma,"
"Gaada bantahan al."
"Yes!! Akhirnya gue bisa pulang bareng al." Ujar shila dalam hati.
*****
Didalam mobil, shila dan vano di selimuti oleh keheningan. Vano fokus menyetir, sementara shila sibuk memperhatikan wajah vano dari posisinya.
Jengah melihat tingkah shila, vano pun menyalakan radio untuk menghilangkan suasana sepi antara dirinya dengan shila.
Alunan lagu All I Ask - Adele mulai menggema di antara shila dan vano, memecahkan keheningan.
"Al,"
"Kalau suatu saat nanti gue ngilang dari hidup lo, lo bakal nyariin gue gak?"
Vano enggan menjawab pertanyaan konyol shila.
Dan tiba tiba shila keluar dari mobil. Sontak vano terkejut dengan tingkah shila yang tiba tiba keluar dari mobilnya.
"Shil!! Lo--"
Ucapan vano terhenti ketika mendapati shila dari kaca depan mobilnya tengah berjalan membopong seorang wanita tua yang hendak menyebrang jalan pada malam itu ditengah lampu merah.
"Astaga." Ujar vano tak percaya.
Vano hanya bisa menampilkan senyum tipisnya dari dalam mobil.
Shila, gadis itu selalu membuat tingkah yang hampir tak pernah bisa vano prediksi.
Setelah beberapa menit akhirnya shila kembali masuk kedalam mobil vano.
"Udah, ayo jalan." Ujar shila sambil memasang sabuk pengamannya.
Tanpa basa basi vano pun langsung melajukan mobilnya kembali.
******
Handphone vano berdering tiba tiba.
"Halo?" Ujar vano.
"....."
"Lo dimana sekarang?"
"......"
"Gue kesana sekarang." Ujar vano terburu buru.
Vano menghentikan mobilnya dipinggir jalanan yang sangat sepi.
"Turun, lo bisa naik taxi, gue ada urusan."
"Hah?!!" Pekik shila tak percaya, "Tap-- tapi--"
"Gue bilang turun!!" Bentak vano.
Dengan kaki gemetar, shila pun turun dari mobil. Untuk pertama kalinya vano membentak shila. Lantas itu membuat shila shock.
Setelah shila turun, dengan cepat vano menginjak gas meninggalkan shila yang berdiri ditrotoar jalan pada malam itu.
"Al---Gu--guee takut." Ujar shila dengan sekujur tubuh nya yang gemetar.
Shila sangat takut kegelapan dan juga kesunyian.
Tak ada satupun taksi yang melintas. Bahkan kendaraan pribadi pun nihil.
Malangnya handphone shila tertinggal dimobil vano. Sehingga saat ini ia tidak dapat menghubungi siapa pun.
"Al, please, balik. Gue takut." Ujar shila yang duduk ditrotoar sambil memeluk lututnya dan dengan tangisan yang tak terbendung lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise
Teen Fiction"Jangan pikirin gue, denger aja kata hati lo. Kalau memang lo milih dia, jangan bimbang lagi. Gue bakal bantu lo kok." Ujar shila dengan buliran air mata yang sejak tadi berkumpul dipelupuk matanya. 'Walaupun mungkin hati gue bakal lebih hancur. Wal...