Hampir seminggu shila tidak masuk sekolah akibat tuduhan yang menimpa dirinya seminggu yang lalu.
Dengan susah payah michel mencari pelaku yang dengan mudahnya menjebak shila, dan akhirnya hari ini ketemu.
Michel yang diikuti sepasang saudara kembar alias vano dan vero sedang mengintrogasi seorang gadis berkacamata tebal di sebuah gudang sekolah.
"Lebih baik lo ngaku atau lo ga akan pernah nyentuh kaki lo di sekolah ini lagi!" Ujar michel geram kepada seorang siswi yang notabennya adalah teman sekelas mereka yang terkenal nerd.
"Gu--gue-- ga ngelakuin apa apa. Gu--gue cu--cuma---" ujar siswi itu tergagap.
"Gue percaya bukan lo yang ngelakuin semua ini." Ujar vano.
"Langsung to the point aja lah." Ujar vero yang kini mulai mendekatkan wajahnya kearah siswi cupu tadi. "Siapa yang nyuruh lo ngambil dompet sesil dan naro tuh dompet di tas shila?" lanjut vero kepada sisiwi cupu tadi.
"La--Laura." Ujar sisiwi cupu itu sambil menundukkan kepalanya dan dengan tubuh yang gemetar.
"Gila ya tuh nenek sihir!" Ujar michel geram sambil mengepalkan kedua tangannya, "Lo juga-- kenapa sih lo mau aja disuruh ngelakuin itu sama orang kaya dia!?" Ujar michel dengan emosi yang meledak ledak.
"Nasib keluarga gue jadi taruhannya chel." Ujar sisiwi cupu tadi sambil meneteskan air matanya.
Sontak michel pun menghembuskan nafasnya kasar, bagaimana bisa laura mengancam gadis se polos milly -gadisnerd-.
"Setelah gue pikir pikir, gamudah buat laporin laura ke BK cuma karena satu saksi gini. Kita butuh bukti." Ujar vero sambil menatap michel dan vano bergantian.
"Masalah bukti," ujar vano sambil memasukkan tangannya ke saku celananya santai, "Serahin ke gue." Lanjutnya menatap gadis cupu itu dengan tatapan yang mampu membunuh siapa saja yang melihatnya secara perlahan.
*****
Disinilah shila menghabiskan waktunya selama seminggu sejak di skors.
Sebuah rumah tua yang bertuliskan 'Panti Asuhan Kasih'.
Taman ini terlihat tak terurus semenjak shila sibuk dengan urusan sekolahnya.
Shila memutuskan untuk duduk dibawah sebuah pohon besar yang dibawahnya tersedia sebuah bangku yang dipenuhi dedaunan kering.
"Ga kerasa hampir 1 bulan gue ga kesini," ujar shila sambil membersihkan daun daun tadi yang ada diatas bangku, "Pohon ini juga udah gede ternyata." Ujar shila sambil duduk menghempaskan tubuhnya di kursi taman itu dan mendongakkan kepalanya menatap pohon tua.
*****
"Va--vano mulai curiga sama gu--gue." Ujar gadis cupu itu kepada laura yang kini tengah menyeret nya di sudut lorong yang sepi tepatnya di lantai 4 gedung sekolah.
"Apa?! Lo tuh bego ya! Gimana bisa dia curiga sama lo?!"
"Gue--gue gatau."
"Awas aja kalo sampe vano tau gue yang nyuruh lo buat jebak shila, gue pastiin hidup lo ga akan tenang!" Ancam laura kepada gadis cupu yang kini tubuhnya mulai bergetar.
PROK! PROK! PROK!
Tepuk tangan pun menggema di sepanjang lorong yang sepi itu.
"Nice! Acting lo bagus juga ya." Ujar michel sambil berjalan mendekat kearah laura.
"Michel?!" Pekik laura tak menyangka.
"Lo-- lo ngapain? Lo--"
"Thanks. Sekarang lo boleh pergi." Ujar michel kepada gadis cupu tadi yang kini membalasnya dengan anggukan mengerti.
"Lo??!!!" Ujar laura geram sambil mengepalkan kedua tangannya.
"Kenapa? Gue ganyangka ya, masih aja ada orang yang punya pikiran receh kaya lo!" Ujar michel yang kini mulai menyudutkan laura.
"Apaa lo bilang??!!" Ujar laura tak mau kalah.
Kemudian michel pun memutar rekaman yang ada di handphonenya dengan volume keras.
Terdengarlah semua pembicaraannya dengan gadis cupu tadi.
"Anjir lo---" ujar laura berusaha merebut handphone michel dari tangannya.
Michel pun menyembunyikan handphonenya dibalik tubuhnya, "Apasih salah kembaran gue sama lo sampe lo ngelakuin ini semua sama dia?!" Ujar michel memotong kata kata laura.
"Salah dia? Haha. Pertanyaan bagus."
"Apaa?!"
"Dia udah ngerebut dua orang yang gue cinta. Dulu dia rebut alex dari gue dan sekarang dia juga berusaha rebut vano! Gue gasuka sama cewek PHO kaya dia. Dia selalu ngancurin kebahagiaan gue! Dia--"
"Lo tau? Ga ada cowok yang tahan deket dejet sama cewek dengan otak selicik lo!" Ujar michel yang kini emosi nya tak tertahankan lagi.
Merasa emosi nya sudah mencapai luncak, laura pun melayangkan tangannya untuk menampar michel.
Hingga tiba tiba sebuah tangan kokoh menghentikan tangan laura.
"Vano?!" Ujar laura membelalakkan matanya melihat sosok yang berada disampingnya kini.
"Ini yang lo bilang cinta? bahkan bedain vano dan gue aja lo gabisa." Ujar vero sambil menggenggam kuat tangan laura hingga gadis itu memekik kesakitan.
"Aw lepass! Lepasin gue!"
Dengan cepat vero pun melepaskan tangan laura dengan kasar.
"Oke."
"Sialan lo!! Gue pastiin cepat atau lambat, hidup lo bakal hancur!" Ujar laura menatap tajam kearah vero dan michel hingga kemudian ia memutuskan untuk pergi dari hadapan mereka.
"Kamu gapapa?" Ujar vero yang kini mendekat kearah michel.
Michel pun menggeleng kan kepalanya "Engga. Aku gapapa. Makasih ver." Ujar michel.
*****
Dengan emosi yang meledak ledak, laura menuruni anak tangga dengan cepat.
Hingga tiba tiba tubuhnya seakan membeku ketika melihat vano berdiri dihadapannya sambil menatap laura tajam.
"Va--vano?!"
"Gue kira," ujar vano sambil menaiki satu anak tangga hingga tersisa satu anak tangga lagi antara dirinya dan laura, "Lo beda ra. Awalnya gue kira, lo bisa jadi sahabat gue. Karena jujur, gue nyambung ngobrol sama lo, dan prestasi lo juga berhasil ngimbangin gue. Tapi ternyata semua hanya perkiraan gue." Ujar vano sambil menatap laura kecewa.
"Va--van-- gue--"
"Gue kecewa sama lo." Ujar vano yang kemudian menaiki anak tangga, melewati laura.
"Gue bakal jujur sama guru BK, kalo gue yang ngelakuin semua. Gue juga rela dikeluarin dari sekolah ini, asal--" Ucapan laura pun terhenti.
Vano pun menatap kebelakang kearah laura.
"Asal lo gaberubah. Asal lo tetep mau jadi temen gue van. Cuma lo satu satunya orang yang ngerti gue. Please maafin gue." Ujar laura yang kini memeluk vano dari belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise
Teen Fiction"Jangan pikirin gue, denger aja kata hati lo. Kalau memang lo milih dia, jangan bimbang lagi. Gue bakal bantu lo kok." Ujar shila dengan buliran air mata yang sejak tadi berkumpul dipelupuk matanya. 'Walaupun mungkin hati gue bakal lebih hancur. Wal...