"Aw!" Pekik seorang gadis berambut hitam legam sebahu itu.
"Lo gapapa?" Tanya seorang pria tampan yang kini berdiri dihadapannya.
Sontak mata hitam gadis itu membulat dan mengernyitkan dahinya.
"Alvano?!"
Vano pun membantu gadis itu untuk memungut barang bawaannya yang berserakan dilantai sambil mengernyitkan dahinya menatap heran kearah gadis itu.
"Lo lupa sama gue?" Tanya gadis itu.
Kemudian vano pun menganggukkan kepalanya ragu.
Dengan cepat gadis itu pun menjitak kepala vano hingga membuat pria itu meringis kesakitan.
"Aw! Lo gila ya?!" Ujar vano tak percaya dengan gadis yang kini tengah bangkit dari posisi duduknya tadi.
"Masih ga ingat juga?" Tanya gadis berambut hitam legam itu sambil berkacak pinggang.
Seketika memori dikepala vano pun memutar kembali kejadian 6 tahun lalu.
Dimana dirinya masih duduk di bangku kelas 5 SD.
"Gita?" Ujar vano ragu.
"Akhirnya! lo tuh emang ya. Dari kecil gapernah berubah. Gampang banget lupa sama orang."
Kemudian senyuman tipis pun tergambar di bibir vano.
"Maaf." Ujarnya sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal sama sekali.
"Gamau tau. Pokoknya lo harus bayar semuanya."
"Semua?"
"Ya semua. Dari mulai lo nabrak gue sampe lutut gue lecet gini, terus lo hampir ngabisin waktu 30 menit buat inget gue siapa." Celoteh gadis itu kepada vano.
Vano pun terkekeh pelan, "Lo gaberubah ya." Ujar vano sambil mengacak rambut gadis itu gemas.
Kemudian gadis itu hanya tersenyum simpul kearah vano.
Tanpa ada yang sadar, shila tengah memperhatikan sepasang makhluk yang sangat serasi itu.
"Gue seneng gita balik. Tapi kenapa gue jadi takut kalo suatu saat semuanya balik kaya dulu." Ujar shila lirih sambil menahan sesak di dadanya.
******
"Eh, btw shila mana? Kalian masih tetep temenan kan van?"
"Hm." Ujar vano sambil menganggukkan kepalanya.
"Sumpah deh, gue kangen banget sama kalian. Pokoknya kita harus meet up secepatnya."
Kemudian vano menatap gita dan langsung menganggukkan kepalanya setuju.
"Eh, bagi ID shila dong." Ujar gita sambil membuka aplikasi chat di hpnya.
"Ga punya." Ujar vano singkat.
"Appa?! Serius? Astaga vano. Kalian beneran masih sahabatan kan?"
"Iya."
"Ya terus??!" Ujar gita tak percaya.
"Udah ayo jalan. Katanya tadi mau gue traktir. Entar gue keburu berubah pikiran." Ujar vano yang kini memutar tubuh gita dan mendorong tubuh gadis itu pelan.
Dari kejauhan shila hanya mampu menatap nanar kearah vano dan gita. Gita sahabat masa lalunya yang sangat ia rindukan.
Gue harap rasa gue sama vano bisa cepat hilang. Karena, gue ga akan rela kehilangan gita untuk kedua kalinya. Batin shila yang kini menyembunyikan dirinya dibalik sebuah mannequin di salah satu toko di mall tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise
Teen Fiction"Jangan pikirin gue, denger aja kata hati lo. Kalau memang lo milih dia, jangan bimbang lagi. Gue bakal bantu lo kok." Ujar shila dengan buliran air mata yang sejak tadi berkumpul dipelupuk matanya. 'Walaupun mungkin hati gue bakal lebih hancur. Wal...