Foto shila dan vano waktu SD ada di mulmed tuh ☝
*********
Shila berjalan memasuki kelasnya dengan ceria karena telah menerima sebotol mineral dari vano pagi tadi.
Namun kali ini ruangan kelas terlihat lebih ricuh dari biasanya.
"Kenapa?" Tanya shila santai kepada fina yang duduk tepat di sampingnya.
"Itu, dompet sesil hilang."
"Hah? Serius?" Ujar shila tak percaya.
"Iya, mungkin bentar lagi sesil bakal ngecek semua tas kita."
"Semoga aja deh malingnya ga terbukti dari kelas kita." Ujar shila yang kemudian menelungkupkan wajahnya diatas meja.
******
"Dompet gue?!" Pekik sesil tak percaya.
Shila hanya mengerutkan keningnya melihat dompet milik sesil.
Kenapa bisa di tas gue?!
"Shil, lo tuh parah ya. Tega lo shil." Ujar sesil tak menyangka setelah menemukan dompet nya di dalam tas shila.
"Sil, bukan gue. Serius." Ujar shila.
"Alah, mana ada maling ngaku." Ujar zara, teman sesil.
"Wah parah lu shil, ganyangka gue." Ujar danu kepada shila.
Shila hanya bisa menggigit bibir bawahnya. Mimpi buruk apa lagi ini, batin shila.
"Bukan gue. Gue-- gue juga gatau gimana bisa dompet sesil ada ditas gue. Sumpah. Sil, percaya sama gue. Bukan gue." Ujar shila meyakinkan sesil.
Tiba tiba vano pun memasuki kelas.
Van, please bantu gue. Batin shila sambil menatap vano penuh harapan agar vano membelanya dan mengatakan bahwa dia bukanlah pelakunya.
Namun, vano hanya menatap datar kearah shila dan terlihat bercengkrama sejenak dengan salah satu teman sekelasnya hingga kemudian berjalan, melewati shila.
Hah, bego. Mana mungkin vano perduli sama lo. Batin shila.
"Ayo, ikut gue ke BK!"
"Sil, please. Percaya. Bukan gue."
"Lo kira gue percaya? Ha?" Ujar sesil.
"Dasar maling!" Ujar teman teman sesil kepada shila.
Michel, lo dimana. Tolongin gue.
*******
"Shila, kamu saya skors sampai kamu terbukti tidak mengambil dompet milik sesil." Ujar salah satu guru BK.
"Tapi bu--"
"Keluar." Ujar guru BK tadi dengan tegas.
Kemudian, dengan langkah lemas, shila pun keluar dari ruang BK.
Terlihat michel dan vero tengah berdiri disana menatap shila khawatir.
"Gimana?" Tanya michel panik.
"Gue-- gue di skors."
Shila pun menangis sambil memeluk kembarannya erat.
********
"Chel, kalian luan aja. Gue masih pengen sendiri." Ujar shila sambil meyakinkan michel bahwa ia baik baik saja.
"Ga. Gue gabakal biarin lo sendiri."
"Chel, please." Mohon shila.
Kemudian mau tak mau michel pun meninggalkan shila ditengah lapangan basket yang kala itu tengah sepi akibat bel pulang sekolah yang telah berbunyi 30 menit yang lalu.
"Yaudah. Tapi lo janji gaboleh ngelakuin hal yang aneh aneh." Ujar michel sambil memeluk kembarannya itu yang dibalas anggukan oleh shila.
Setelah michel pergi, tinggallah shila seorang.
"Mama, papa, shila kangen. Shila bukan pencuri kan?" lirih shila dalam tangisnya yang mulai pecah.
Shila terduduk ditengah lapangan basket sambil menatap langit yang kala itu terlihat mendung.
Tes! Tes! Tes!
Rintik hujan pun mulai turun, membasahi bumi.
Namun, shila tidak beranjak dari tempatnya. Shila tetap mendongakkan wajahnya kearah langit dan memejamkan kedua matanya.
Ini adalah salah satu cara shila untuk menghilangkan rasa sedihnya.
Git, gue kangen lo, batin shila.
Gita. Sahabat karibnya yang terpaksa pindah ke paris demi mengikuti kedua orang tuanya 3 tahun lalu.
Sahabat yang sangat mengenal shila dan siap melindungi shila kapanpun ia butuh. Namun shila sadar, gita hanyalah sahabat yang hanya bisa ia kenang.
🔊 Secret Love Song - Little Mix ft. Jason Derulo
Hingga tiba tiba, shila tak lagi merasakan rintik hujan jatuh dipermukaan wajahnya.
Dengan perlahan, shila membuka kedua bola matanya.
Payung? Batin shila bingung.
Kemudian shila pun mulai mencari sang pemilik payung yang tengah melindunginya dari hujan.
"Alvano?!" Pekik shila tak percaya.
Ya. Vano saat ini tengah berdiri dihadapan shila sambil memegang sebuah payung ditangannya.
Dengan cepat shila pun bangkit dari duduknya.
"Lo kira, dengan cara lo mandang langit dan hujan hujanan kaya gini, semua masalah lo bisa selesai?" Ujar vano datar dan menatap shila tajam.
Kemudian shila pun menggelengkan kepalanya pelan.
"Gue percaya sama lo." Ujar vano yang mampu mengangkat kepala shila yang awalnya merunduk lesu.
"Ta--tapi tadi bukannya lo--"
"Apa?"
Kemudian shila mengingat ingat lagi kejadian tadi dikelasnya. Ia tak mendengar bahwa vano mengatakan ia tak percaya kepada shila.
Kemudian shila pun menggelengkan kepalanya cepat.
"Ayo." Ujar vano sambil menarik tangan shila, agar ia mampu berlindung di bawah payung yang vano pegang tadi.
Jadilah vano dan shila seperti berada di drakor. Sepayung berdua.
"Tu-tunggu." Ujar shila sambil menghentikan langkahnya dan vano.
"Apa lagi?" Ujar vano.
"Gu--gue boleh nanya se--sesuatu sama lo?" Ujar shila gugup.
"Hm?"
"Kenapa lo ngelakuin ini semua? Kenapa lo percaya sama gue?"
"Karena, cuma lo satu satunya perempuan yang selalu ada dan betah di sisi gue dari kecil sampe sekarang. Dan jelas, gue lebih percaya sama lo dibanding 1000 perempuan di sekolah ini." Ujar vano sambil menatap tepat dimanik mata shila.
Tak butuh waktu lama setelah vano mengatakan hal tadi, senyuman shila pun mengembang lagi.
"Thanks al." Ujar shila tak percaya bahwa lelaki dingin nan cuek dihadapannya ini mampu mengeluarkan kata kata seperti itu. Kata kata yang shila kira mustahil akan keluar dari mulut vano.
Untuk saat ini, hujan dan lelaki tampan adalah favorite-ku. Perpaduan yang serasi bukan? Haha, mikir apasih lo shil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise
Teen Fiction"Jangan pikirin gue, denger aja kata hati lo. Kalau memang lo milih dia, jangan bimbang lagi. Gue bakal bantu lo kok." Ujar shila dengan buliran air mata yang sejak tadi berkumpul dipelupuk matanya. 'Walaupun mungkin hati gue bakal lebih hancur. Wal...